Senin, 29 Desember 2014

MENULIS BEBAS (FREE WRITING)


Anda belum bisa menulis? sama dengan saya. Belum pernah menghasilkan karya tulis ilmiah dan sejenisnya, itu juga masih mirip dengan saya dikit. Intinya, bagi yang bukan penulis ahli jangan khawatir, teruslah berlatih menulis, minmal menulis dalam blog dan media lain. Kualitas menulis boleh saja rendah, tetapi motivasi untuk tetap menulis itu yang tidak boleh padam. Menulis harus menjadi bagian dari keseharian, apalagi seorang guru professional.

Guru professional harus terus membangun keintelektualitasannya. Daya intelektual itu bisa dibangun antara lain dengan menghasilkan tulisan-tulisan. Makin banyak tulisan yang dihasilkan seorang guru - apalagi tulisan ilmiah - akan mankin menunjukkan tingginya kualitas seorang guru. Makin banyak tulisan menunjukkan makin intelek. Guru top lah pokoknya!

Tapi, bukan berarti urusan menulis itu mudah atau gampang. Susah, terutama bagi yang tidak pernah memulai bikin tulisan. Walaupun terdengar janggal bila ada guru yang gak bisa nulis sama sekali. Hehehe, tentu saja guru setiap hari bikin tulisan, tulisan di papan yang dikopi dari buku pegangan guru. Kalau itu yang dilakukan tentu tidak beda jauh dengan trend copy paste. Dekat sekali dengan dunia plagiasi. Memang, ada copy paste yang dianjurkan yaitu dalam bentuk kutipan-kutipan. Memulai menulis adalah satu-satunya langkah awal bagi guru dan siapa yang ingin punya kemampuan penulis. Syukur-syukur bisa jadi penulis top Indonesia.

Keluhan dari para kolega guru tentang menulis ini antara lain macet menulis karena kebanyakan aturan. Koherensinya lah, sistematikanya lah, aturan pengutipannya, dan lain-lain penyumbat saluran motivasi guru untuk tuntas menyelesaikan sebuah tulisan. Kalau anda mengalami benturan-benturan itu, cara mengatasinya gampang banget (anak kecil juga bisa). Bila semua itu mengganggu pikiran anda, tata bahasa menghalangi selera anda untuk menulis tumbuh subur. Pilihannya adalah lakukan kegiatan menulis bebas.

Menulis bebas atau free writing adalah kegiatan menulis tanpa terikat kaidah tata bahasa dan aturan-aturan penulisan. Segala macam teori penulisan yang bikin otak kita kehilangan kata-kata untuk ditulis sebaiknya lupakan saja. Hidupkan laptop anda, ambil pulpen dan kertas, ketiklah, tulislah apa saja yang ingin anda tulis. Gaya tulisan dalam tulisan bebas adalah gaya anda sendiri. Tercipta dengan sendirinya saat otak dan perasaan anda hadir di monitor. Huruf demi hurup menjadi kata, kata menjadi kalimat. Dan tiba-tiba anda tidak menyadari tulisan itu telah selesai.

Telepon berbunyi. Hp jadul ini jadi indah tatkala terlihat panggilan dari Isteri tercinta saya yang tetap cantik meski sudah lebih dari 20 tahun kebersamaan ini. Saatnya menuis bebas kita tutup dan segera meluncur ke pasa kota tua "peureulak", menulis bebas kita ganti dengan ...... bebas...

selamat belajar menulis kawan.

Minggu, 28 Desember 2014

"GERAK" SEBAGAI PILAR PEMBENTUK KARAKTER (Bagian 2)


Senin, 29 Desember 2014

Tulisan ini adalah lanjutan dari Gerak sebagai pilar pembentuk karakter bagian 1. Postingan kali ini menawarkan gerak dalam olahraga yang bermanfaat untuk membentuk karakter.

1. Berenang
Berenang adalah olahraga dengan gerakan seimbang antara organ gerak kiri dan kanan. Dengan melakukan renang berarti kita juga telah melatih kedua otak, bagian kiri dan bagian kanan.Berenang menjadi begitu penting untuk pembentukan karakter, oleh karena itu berenang termasuk olahraga (gerak) yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Siapa yang belum bisa berenang harus segera belajar. Selain bermanfaat untuk membentuk karakter melalui latihan otak kiri dan kanan lewat gerak seimbangnya, renang juga perlu bagi para individu yang tinggal di daerah rawan banjr. Latihan renang sebelum banjir datang.
Pengalaman berenang terbaik yang tak bisa saya lupakan adalah saat menyebrang dari Iboih ke Pulau Rubiah di Sabang. Kejadian ini pada tahun 2000 lalu di Sabang.Bersama seorang teman dari Surabaya kami berenang santai bolak-balik Iboih - Rubiah. Alhamdulillah bisa selamat. Meskipun ada yang bilang itu sangat berbahaya dan tidak boleh dilakukan tanpa pengawasan dan peralatan memadai. Kami hanya menggunakan snorkel dan kaca mata renang plus sepatu sirip bebek. Hehee.

Saat awal berenang dari pinggiran Iboih kami merasa senang. Saya sendiri dengan senang hati melihat apa yang Nampak di bawah air. Ikan dan terumbu karang indah menyapa. Terangnya sinar mentari menambah kecantikan penghuni bawah air Iboih. Tapi saat berada di pertengahan penyebrangan, muncul rasa takut. Takut karena tidak Nampak apa-apa kecuali gelapnya dasar laut. Takut makin menjadi tatkala menyadari ada di pertengahan, jauh ke Iboih dan Jauh ke Rubiah. Saat itulah hati mengingat sang Maha Penguasa. Seraya berdoa saya memohon diselamatkan hingga ke tujuan penyebrangan. Dan Alhamdulillah, saya selamat.

Malapetaka justru hampir menimpa kawan dari Surabaya. Dia menyatakan hampir mengalami kram prut. Bila itu benar-benar terjadi pastilah dia akan tenggelam. Tenggelam di dasar selat rubiah.

Ternyata makin dekat dengan kematian akan membuat kita makin dekat dengan Tuhan. Semoga tetap ingat, selamanya.

2. Melayang diangkasa
Olahraga ekstrim ini memang bukan pilihan murah. Tetapi bagi orang yang telah melakukannya tentu akan mendapatkan banyak hikmah. Hikmah yang bisa diperoleh antara lain kesadaran tentang kecilnya diri (manusia) dihadapan alam, apalagi dihadapan kekuasaan Allah SWT yang menguasai seluruh kehidupan. Saya sendiri belum pernah mengalami terjun bebas dari ketinggian ini. Kalo ada kesempatan mau rasanya ikut terjun bersama para ahli terjun payung.

3. Menunggang kuda
Banyak hal yang bisa dipelajari dari menunggang kuda. Keberanian adalah hal pertama yang dipelajari. Berhadapan dengan kuda tentu membutuhkan keahlian berkomunikasi dengan bahasa isyarat yang hanya dimengerti oleh kuda dan penunggangnya. Daya tahan, keseimbangan saat duduk di punggung kuda dalah pelajaran selanjutnya yang bisa diperoleh. Kalau kita bisa lama duduk di punggung kuda, maka selanjutnya kita harus mampu mengendalikan kuda. Ketrampilan latihan mengendalikan ini bisa jadi bagian penting sebelum kita menduduki posisi sebagai leader dalam organisasi. Nah, sudahkah kita bisa mengendalikan kuda. Yang tidak punya kuda jangan khwatir, datanglah ke tempat-tempat penyedia jasa sewa kuda. Semoga dapat merasakannya ya sobat pembaca.

4. Memanah
Di Indonesia mungkin masih ada kegiatan memanah terutama di daerah-daerah yang masih menjalani kehidupan secara tradisional mengikuti adat setempat. Memanah - berserta menunggung kuda dan berenang - merupakan Anjuran atau sunnah Nabi Muhammad SAW juga. Kegiatan ini bisa melatih konsentrasi tinggi. Tanpa konsentrasi tinggi dapat dipastikan sasaran tidak akan bisa dibidik dengan tepat. Kalau kita punya cita-cita sebagai sasaran, tentu harus konsentrasi untuk bisa membidiknya dengan tepat. Dibidik dengan serangkaian kegiatan pencapaiannya.

Tentu masih banyak gerak-gerak lain yang tersedia untuk melatih diri kita. Gerak yang bisa mengaktifkan otak kiri dan kanan. Gerak seimbang mudah-mudahan dapat membentuk karakter manusia. Jangan lupa gerak rutin 5 kali sehari, biar tetap sehat lahir dan bathin.

Salam gerak











Jumat, 26 Desember 2014

DARI BANJIR AIR KE BANJIR BLOG



Kota Peureulak baru saja mengalami banjir besar. Banjir yang melanda sejak Hari Minggu, 21 Desember 2014 telah membuat Kota Peureulak Tenggelam. Ketinggian memang tidak merata, namun di beberapa sudut kota seperti di jalan RSU Peureulak, ketinggian air telah menenggelamkan beberapa rumah. Sebuah pemandangan yang memilukan melihat warga terkepung air. Air mengalir sangat melimpah. Sumber air berasal dari luapan Krueng Peureulak yang diguyur hujan lebat sejak tanggal 20 Desember 2014.

Menurut para tetangga di rumah Bang Ben (tempat pengungsian di Lorong Kuta Krueng), banjir ini adalah banjir terbesar selama 41 tahun ini. Pernah ada banjir memang di tahun 1996 dan 2006, tetapi tidak sampai lama. Ketinggian air pada waktu itupun hanya sebatas lutut, tapi kali ini rumah sewa milik orang tua beliau tenggelam hingga hampir menyentuh kusen jendela. Para penghuni di rumah sewa itu ditampung di rumah Bang Ben, mereka tinggal bersama tetapi masaknya masing-masing. Kata bang Sudir "seperti tinggal di Asrama Pak Din".

Bertahan di rumah Sewa bersama ananda kami, saya punya banyak waktu untuk mengamati terjadinya banjir. Sejak Minggu sore (21 Desember 2014) air mulai menggenangi Lorong Kuta Krueng. Saat itu saya belum tahu apa kejadian yang ada di luar dusun kami. Hingga minggu malam hujan masih mengguyur kota Peuruelak. Lebaaat sekali. Pada Senin pagi, 22 Desember 2014, barulah kami melihat beberapa warga mulai beranjak meninggalkan rumah mencari tempat yang lebih tinggi. Ada yang memilih langsung meninggalkan rumah sewa kami bahkan meninggalkan Kota ini mencari tempat aman. Namun saya dan anak saya serta satu orang tetangga (bu Ella Guru TK Pembina Kota Peureulak) memilih tetap bertahan. Bu Ella memang wajib bertahan, maklum dia Punya banyak peliharan (kucing) kesayangan di rumahnya.

Selasa, 23 Desember 2014, bertepatan dengan Hari pesta pernikahan Adik Ipar saya. Namun apalah daya, saya terpaksa tidak bisa menghadirinya karena harus menjaga rumah dan segala isinya terjamin aman dari terjangan banjir yang kian meninggi.

Cerita banjir memang banyak mengisahkan duka. Menjelang banjir  mereda, hari ini saya dan sahabat saya pak Jefri Soni Silitonga, M.Pd. yang merupakan Master Kimia SMAN Unggul Aceh Timur, mengisi Acara pelatihan IT bagi siswa siswi MAS Alwidyan Alue Lhok Aceh Timur. Materi utamanya adalah pembuatan blog. Kegiatan yang direncanakan dihadiri oleh 25 siswa peserta ternyata hanya dihadiri 24 orang. Satu orang lagi menurut pak Kepmas tidak bisa hadir karena terhalang banjir.

Semoga banjir air kali ini akan diikuti dengan banjir Blog dari para siswa yang dilatih. Pelatihan ini direncanakan berlangsung sampai besok. Semoga acaranya bisa sukses.

Salam blogger.

Kamis, 18 Desember 2014

"GERAK" SEBAGAI PILAR PEMBENTUK KARAKTER (Bagian I)


Medan, 16 Desember 2014

Mas Dwi (yang duduk menghadap ke peserta) adalah salah seorang WI PPPPTK Penjas dan BK Parung - Bogor. Beliau adalah salah seorang Fasilitator pada kegiatan PKB-KSM ProDEP Kabupaten Aceh Timur. Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari, dimulai dari tanggal 14 dan berakhir pada tanggal 16 Desember 2014 di PPPPTK Bangunan dan Teknik Medan. Pertemuan dengan Mas Dwi ini terjadi karena saya menjadi salah satu pengawas yang mendampingi 5 orang kepala sekolah binaan saya.

Sekolah binaan yang saya damping di kegiatan ProDEP kali ini adalah : 1. SMPN 1 Lokop, 2. SMPN 1 Peunaron, 3. SMPN 1 Julok, 4. SMPN 4 Ranto Peureulak, dan 5 SMPN 2 Ranto Peureulak. Dari 5 sekolah binaan, 1 orang kepala sekolah binaan saya tidak bisa hadir. Ketidakhadiran itu dikarenakan Kepala Sekolah tersebut harus mendampingi orang tuanya yang sakit di Rumah Sakit Zainal Abidin Kota Banda Aceh.

Di sesi akhir - saat pelaksanaan post test - saya mendapat kesempatan berdiskusi panjang lebar dengan Mas Dwi yang ternyata punya wawasan sangat luas. Namanya juga WI, memang harus luas yah wawasannya. Perbincangan dimulai dengan pertanyaan sederhana saya ke mas Dwi,
        "kenapa tidak ada lagi materi Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) di sekolah?"
Mas Dwi senyum-senyum dan langsung memberikan tanggapan pertanyaan itu dengan penuh semangat. Menurut beliau SKJ dihentikan karena beberapa alasan, antara lain:
1. Membutuhkan slot waktu terlalu panjang. Satu paket SKJ bisa membutuhkan waktu 2 bulan, bahkan lebih untuk pembelajarannya. Sehingga bila tetap diajarkan maka materi Penjas (Gerak) lain tidak memiliki waktu yang cukup untuk dibelajarkan.
2. Bergerak dengan berpikir. Anak-anak (khususnya SD) memerlukan gerak yang tanpa berpikir. GErak tanpa berpikir ini akan membuat anak-anak bergerak dengan gembira, ini berbeda dengan SKJ yang gerakannya sudah baku. Memang ada daerah yang menjadwalkan HARI GERAK, mislanya pada hari Sabtu. Pada hari itu peserta didik diajak bergerak tetapi gerak yang dipraktekkan adalah gerak bebas (aerobic). Jadi gerak yang dilaksanakan mendatangkan keceriaan.

Itulah antara lain penjelasan ilmiah sehingga saya tidak lagi melihat ada SKJ di sekolah-sekolah binaan saya...hehehe, tksh Mas Dwi.

Selain itu, ternyata gerak dalam pembelajaran di sekolah-sekolah dapat dikelompokkan menjadi 3,
1. Gerak untuk bebas / rekreasi (memunculkan keceriaan)
2. Gerak untuk kebugaran tubuh
3. Gerak untuk prestasi

Gerak bebas / rekreasi ini yang mestinya mendapat porsi lebih banyak. Gerakan-gerakan ini biasanya kita temukan dalam permainan-permaintan tradisional rakyat Indonesia. Seperti permaintan gobak sodor, bentengan, dan lain-lain. Karena banyak melakukan gerakan rekreasi inilah anak-anak pada zaman dahulu hidup bersama dalam kegembiraan tiada tara. Meskipun tidak segemerlap saat ini, namun dunia anak pada masa saya dulu tak kalah ceria. Selalu ada canda dan tawa saat beragam permainan di lakukan, di sekolah bahkan di luar sekolah. Malah tak jarang berbagai gerak-gerak kami lakukan di pinggilan kali sipon, atau bahkan di gupakan kerbau sekalipun.
Gerakan rekreasi pada masa lalu juga bisa dilakukan pada malam hari. Terutama pada malam minggu, kami sering main petak umpet rombongan. Wah serunya, kita lari ke barat, ke timur, utara dan selatan untuk tetap bersembunyi. Tak jarang permainan penuh gerak lari ini berakhir menjelang tengah malam. Kalau sekarang ada sekelompok anak - anak lari di malam hari malah dicurigai sebagai pelaku tindak criminal.

Selain gerak rekreasi, ada gerak yang diajarkan di sekolah dengan tujuan kebugaran tubuh. Gerakan-gerakan ini dirancang agar siswa yang melakukan gerakan itu memiliki kondisi tubuh yang fit sehingga mampu belajar dengan baik, memiliki hasil belajar yang tinggi. Di antara gerakan ini misalnya peregangan, latihan fisik ringan dan gerak latihan liannya. Tujuan gerakan ini bukan untuk mendapatkan siswa yang punya ketahan fisik paling tinggi, atau punya keahlian terbaik pada gerakan tertentu. GErakan pada tipe ini adalah untuk menjaga agar kondisi siswa fresh dan siap untuk belajar, bukan malah sebaliknya. Seringkali ditemukan di sekolah-sekolah, siswa justru tidak siap mengikuti pelajaran selanjutnya setelah jam penjaskes berakhir.

Gerak prestasi juga diajarkan di sekolah. Gerak prestasi ini justru terlalu besar porsinya. Sehingga kadang kala mengabaikan alokasi waktu gerak untuk rekreasi dan kebugaran. Menurut Mas Dwi, dampak dari pembelajaran gerak prestasi ini misalnya siswa hanya tahu yang namanya lari itu ke depan. Kenapa? Karena dia diajarkan lari untuk gerak prestasi yaitu lomba lari cepat dalam cabang Atletik. Mestinya kan yang namanya lari itu bisa lari mundur ke belakang, ke samping kiri dan kanan serta lari zig-zag. Kalo anak diajarkan terlebih dahulu macam-macam gerak lari dengan penuh gembira, tentu kemampuan larinya bervariasi bukan cuma bisa lari ke depan. Inilah latihan yang sesungguhnya dapat menentukan kualitas sebuh tim sepakbola. Tapi apa yang terjadi sekarang di sekolah.

Pembelajaran Penjaskes di sekolah biasanya seragam. Yaitu siswa dikumpulkan, diabsen, lalu diberikan bola. Seringkali juga guru Penjaskes tidak mendampingi siswa yang sedang bermain, sehingga hasilnya tidak maksimal.

Panjang memang diskusi yang kami lakukan, tapi di akhir-akhir pembicaraan ada satu informasi yang penting bagi saya. Mas Dwi bilang "pada saat dilahirkan setiap anak memiliki potensi sama antara tangan kiri dan tangan kanan. Kitalah yang membentuk anak dominan menggunakan tangan kanannya saja sehingga tangan kirinya menjadi kalah kemampuan geraknya dibandingkan tangan kanan. Dalam permainan kasti misalnya, anak hanya diajarkan melempar bola dengan tangan kanan dan tidak pernah atau jarang diajarkan untuk melempar bola dengan tangan kiri. Karena sering dilatih yang kanan maka tangan kananlah yang "hidup". Sementara tangan kirinya hanya berfungsi sebagai pelengkap." Begitu kata Mas Dwi.

Lalu apa hubungan gerak dengan karakter seorang anak? Ternyata, kerja tangan kanan itukan dikendalikan oleh otak kiri. Jadi kalau tangan kanan bergerak atau dilatih gerakan apa saja, itu sama dengan kita melatih otak kiri untuk bekerja. Sehingga otak kiri kita fungsikan secara maksimal dan sehatlah otak kiri kita. Otak kiri yang sehat dan berfungsi itu akan mendorong pemiliknya memiliki sifat kritis, logis dan sistematis sesuai dengan fungsi otak kiri yang mengendalikan sifat atau karakter itu. Begitupun sebaliknya terhadap otak kanan.

Ada ahli otak yang menggolongkan otak menjadi otak kiri dan otak kanan. Nah otak kanan ini katanya berhubungan dengan intuisi, rasa sayang, empati, dan sikap positif lain. Untuk itu otak kanan perlu dilatih atau diaktifkan. Salah satu caranya adalah dengan menggerakkan organ-organ gerak kiri (tangan kiri dan kaki kiri). Nah, selama ini dalam pembelajaran seringkali porsi gerak kebanyakan untik tangan kanan yang berarti juga mengaktifkan otak kiri. Sementara otak kanannya jarang dilatih. Jadi wajarkan kalau para siswa sejak kecil telah kehilangan potensi untuk memiliki rasa sayang, empati, sikap hormat, dan karakter positif lainnya.

Begitu pentingnya menyeimbangkan aktifitas otak kanan dan otak kiri. Lalu "Adakah gerak dalam KD Penjaskes atau dalam keseharian kita, yang menyeimbangkan keduanya???

Salam Gerak

Rabu, 10 Desember 2014

OBROLAN K-13 IBU RUMAH TANGGA



Peureulak, 11 Desember 2014

Obrolan  tentang Kurikulum 2013 ternyata bukan hanya milik para akademisi dan praktisi pendidikan. Bukan juga monopoli pejabat pemegang kuasa pendidikan di Kantor Kementrian Senayan Jaksel. Obrolan hangat tentang fenomena K-13 ini juga ternyata ada di tengah-tengah kehidupan rakyat kebanyakan, termasuk para ibu rumah tangga yang memang terkena dampak penerapan singkat K-13 di sekolah sejak 2 tahun lalu. Ibu-ibu rumah tangga yang dalam sinetron-sinetron televisi kita didominasi oleh peran-peran ibu yang kejam, gila harta, cinta buta dan ada juga yang punya ajian kesaktian laksana Brama Kumbara, kini telah masuk dalam pembicaraan dunia pendidikan yaitu Kurikulum 2013.

Obrolan para ibu rumah tangga tentang K-13 saya dengar dari suara ibu-ibu tetangga. Tidak terlalu berisik memang, namun saya bisa mendengar dengan jelas. Suara-suara yang datang dari keseharian interaksi sang Ibu dengan putera-puterinya. Suara-suara yang sebenarnya bisa dapat dikatakan sebagai keluh kesah para ibu saat anak-anak mereka membawa pulang K-13 dari ruang kelas kedalam ruang keluarga. Begitu luar biasanya K-13 mempengaruhi sebuah keluarga, baik itu keluarga di rumah tangga ataupun rumah sekolah. Hehehe, makanya sebelum menimbulkan gejolak Pak Menteri Langsung "gigit" tuh kurikulum buat distop sementara waktu. Alasan Pak Anies distop sambil dilakukan evaluasi.

Saya coba copy paste kan hasil "nguping" gak sengaja dari ibu rumah tangga. Katakanlah inisial si Ibu yang pertama bernama Ibu Cantik. Ibu ini sedang bincang-bincang dengan ibu lainnya yang kita sebut dengan inisial ibu Manis. Inilah copy paste dialong mereka berdua yang telah melalui proses editing agar lulus sensor...

Ibu Cantik : Apa kabar bu Manis, dari mana kok siang begini baru pulang
Ibu Manis : Kabar Biasa bu Cantik, masih sama dengan kemarin. Ni saya baru pulang, dari pajak (pasar).
Ibu Cantik : Enak udah pulang belanja, saya masih pusing mikiran PR anak saya.
Ibu Manis : Kok punya anak dipikirin sampe pikiran begitu, bu Cantik!
Cantik : ia, selama berlaku Kurikulum 2013 ini banyak betul tugasnya. Gurunya ngasih tugas terus tiap hari.
Manis : Tapi kan tugas itu maksudnya bagus Bu Cantik, supaya anak tambah cepat pinter.
Cantik : Bukannya tambah pinter bu Manis, tapi tambah pusing. Gurunya ngasih tugas, gak dijelasin, kata gurunya "kalo gak tahu, cari aja di internet, pake Google", begitu bu Manis.
Manis : wah enak betul gurunya kalo gitu.
Cantik : memang enak bu, katanya lagi "kalo gak tahu, pergi aja ke warnet atau ke warkop yang ada wifi, download bahan-bahannya". Apa gurunya piker semua kita di kampong ini pada punya laptop dan tablet ya. Kalo tablet obat sakit gigi sih banyak nih..hehehe
Manis : itulah bu Cantik, dipikir  gurunya kita ini udah kelebihan duit...hahaha
Cantik : Saya sampai pasang jaringan speedy, uang belanja saya kurangi supaya cukup untuk pasang jaringan speedy dan beli laptop. Laptopnya gak cukup satu, kakaknya juga harus dibelikan, kalau gak maka akan berantem berebut laptop. Dua-duanya mau ngerjakan tugas mandiri dari sekolah.

Begitulah, obrolan tentang tugas-tugas dari sekolah yang super banyaknya. Tidak jarang akhirnya tugas-tugas itu diselesaikan oleh si Ibu. Kalau Bapaknya gak usah diharap,lebih banyak diskusi di warung kopi dibandingkan diskusi dengan anaknya. Orang tua yang tingkat pendidikannya tamat SMA mungkin bisa membantu anak-anak belajar di rumah. Lalu bagaimanan dengan orang-orang tua yang tidak pernah mengecap pendidikan, bisa lebih seru lagi obrolannya.

Cantik: Belum lagi penilaiannya, untuk apa ada penilaian antar teman?
Manis: Itukan supaya dapat data/nilai yang valid bu, nilainya betul-betul nyata.
Cantik : Nyata dan ril pertama-tama saja bu, setelah penilaian itu  anak saya dimarahi sama temannya, malah diancam "awas kalau kau nilai jelek lagi, kuhajar nanti".
Manis : wah, ngeri juga kalo gitu.
Cantik : ia bu manis, akhinrya cari aman aja, nilai saja yang bagus-bagus, aman kan!
Manis : hahaha, jadinya anak-anak kita ahli copy paste ya bu!
Cantik : ia, sebab kalo dinilai betul-betul jadinya bisa berantem, kawan-kawannya pada marah.
Manis : Betul..betul..betul..memang penilaian antar teman itu tidak sama penerapannya. kalo di SMA mungkin bisa, tapi di Sekolah Dasar belum perlu diterapkan.
Cantik : jadinya anak gak nyaman belajar, harusnya belajar untuk memahami materi pelajaran eh malah sibuk mikirin penilaian itu juga.
Manis : betul lagi apa yang anak Bu Cantik katakana itu ya!
Cantik : anak saya malah sempat bilang "suasna belajar di kelas jadi MENCEKAM", mereka takut melakukan aktivitas seperti dahulu-dahulu, takut nanti dikasih nilai jelek sama temannya. Jadinya suasana kelas yang dulu GEMBIRA kini berubah jadi tegang. Saling intip dan saling mengintai sesame teman.
Manis : saying memang nasib anak-anak kita kalo begitu suasananya. Bukan tambah pintar anak kita, bisa-bisa jadi pada stress!
Cantik : stress lah bu, kita aja yang denger setres, apalagi mereka...aduh duh ...duh. Semoga saja kurikulum 2013 ini diganti, ya Bu Manis!
Manis : saya dengar-dengar juga gitu bu. Menterinyakan udah ganti, jadi kurikulumnya katanya mau diganti juga. Balik ke kurikulum lama lagi, tahun 2006.
Cantik : syukurlah kalo gitu, semoga anak saya bisa ceria seperti dulu lagi. Good bye K-13, hek deh.

Sekelumit dialog ibu rumah tangga ini ternyata seirama dengan kemauan pak Mendikbud. K-13 dihentikan sementara dan hanya diterapkan pada sekolah tertentu. Mungkin ini keputusan terbaik bagi kondisi bangsa kita yang masih menata diri.

Sampai jumpa lagi di Kurikulum berikutnya

SEMANGAT BERBAGI GURU EKONOMI



Peudawa, 10 Desember 2014

Berlanjut. Kegiatan berbagi dengan teman-teman guru di Aceh Timur kembali saya lakoni. Kali ini saya memenuhi undangan bu Endang Sriwati, S.Pd. guru Ekonomi SMAN Unggul Aceh Timur. Bu Endang meminta saya untuk mengisi kegiatan MGMP Ekonomi SMA. Beliau dipercayakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur menjadi ketua penanggung jawab MGMP Ekonomi SMA di kabupaten Aceh Timur.

Kemarin saya terima telpon dan sekaligus SMS dari Bu Endang. Katanya, teman-teman MGMP Ekonomi meminta saya untuk menjelaskan secara tuntas tentang Penilaian Kinerja Guru (PKG). Materi yang menjadi alternative kegiatan akhir tahun setelah materi K-13 simpang siur, bahkan cenderung akan dihentikan. Kan lucu kalau kurikulumnya sudah diperintahkan stop tetapi MGMP masih terus menerus diisi dengan materi-materi K-13. Lebih tepatnya lagi materi-materi dari bahan tayang para tutor nasional yang diputar lagi di daerah-daerah..hehehe. Jadi, daripada lesu kurang gairah, MGMP diisi dengan materi-materi yang memang sedang dibutuhkan guru, salah satunya tentang PKG ini.

Kegiatan hari ini berlangsung di salah satu ruangan di SMAN 1 Peudawa. MGMP berlangsung dari pukul 10.00 WIB s.d selesai. Tetapi sesi untuk saya hanya sampai jam 13.00 WIB. Jadi ada 3 x 60 menit kegiatan berbagi yang kami laksanakan di sekolah tersebut. Tidak terlalu lama memang, tetapi cukup untuk menambah wawasan guru ekonomi tentang apa dan bagaimana pelaksanaan PKG. Alhamdulillah, lancar.



Tanpa perkenalan saya langsung membuka presentasi (perasaan kayak udah dikenal luas aja). Presentasi dimulai dengan paparan umum PKG. Paparan ini saya sarikan dari Buku 2 Pedoman PKG Kemendikbud. Harus disarikan, karena tidak cukup waktu kalau pedoman itu dibacarakan. Maklum ada 228 halaman. Pastinya butuh waktu lama. jadi cukup dengan 12 slide power point semuanya bisa digambarkan. Masih umum memang, karena penjelasan detilnya akan dilanjutkan pada presentasi tahap dua.

Presentasi kedua saya coba berdiskusi dengan peserta MGMP. Semua peserta duduk secara berpasangan. Saya lihat ada 10 pasang, berarti ada 20 orang peserta MGMP yang hadir hari ini. Satu pasang peseta dilengkapi dengan 1 laptop. Hari gini guru belum berteman dengan laptop tentu sulit sekali hidupnya...piss. Selama lebih dari 60 menit peserta mencoba untuk menggunakan insturmen penilaian dan lembar pengamatan 14 kompetensi kinerja guru. Semua berjalan lancer, Alhamdulillah.

Kegiatan yang terasa begitu singkat, ditutup dengan makan bersama. Menu khas nasi bungkus Peudawa mengisi perut kami. Sekarang sudah ideal, otak sudah diisi, saatnya perut juga dapat jatah.

Sekian, sampai jumpa lagi di kisah berbagi selamnjutnya

Salam MGMP

Sabtu, 06 Desember 2014

BUAH DARI KONSISTENSI BER-IGI


SKB IDI, 4 Desember 2014

Tiada terlukiskan rasa Syukur saya, atas segala karunia yang telah diberikan-Nya. Tanggal 4 Desember 2014 yang begitu berbeda dari hari-hari yang sama di tahun-tahun lalu. Hilangnya ketakutan, suasana mencekam berganti dengan keceriaan dalam sebuah kegiatan berbagi. Berbagi pengalaman, berbagi ide, berbagi kerja, berbagi cerita, begitu banyak kegiatan berbagi dalam bingkai positif meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Kabupaten Aceh Timur.

Kegiatan seminar karya tulis ilmiah yang merupakan kegiatan IGI Aceh Timur ke-4 dalam bentuk seminar telah berjalan dengan sukses. Diantara kesuksesan tersebut ada yang tercatat sebagai capaian pertama selama IGI Aceh Timur hadir, antara lain:

1. Pembicara wanita pertama
Ibu Ameliasari Tauresia Kesuma (ketiga dari kiri), adalah pembicara perempuan pertama di kegiatan seminar IGI. Seminar pertama pada 26 Maret 2014 pembicara utamanya adalah pak Mohammad Ihsan (Sekjen IGI), kegiatan di SMKN 1 Peureulak itu membicarakan tentang pembuatan Best Practice guru. Seminar kedua pada tanggal 20 September 2014 dilaksanakan di SKB IDI, kegiatan ini membicarakan tentang pembuatan Proposal PTK. Pembicaranya semuanya laki-laki, ada Pak Khairudin (sekretaris IGI Aceh Timur), Pak Supiono (Korwas Disdik Aceh Timur), Pak Burhanuddin (Pengawas SD), dan saya sendiri. Lalu kegaitan Ketiga juga di SKB, pada tanggal 28 Oktober 2014. Kegiatan di hari sumpah pemuda ini menghadirkan pembicara tunggal pak Satria Dharma, Ketua umum Ikatan Guru Indonesia. Peserta yang hadir sangat banyak, melebihi 300 orang dan sebagian besar adalah kepala sekolah. Barulah pada 4 Desember 2014 seminar IGI menghadirkan pembicara perempuan pertama. Seorang pengarang Buku "Menulis PTK itu Gampang" serta memiliki banyak prestasi di bidang menulis telah membagikan sebagian pengalamannya kepada peserta seminar

2. Uniform IGI Kab. Aceh Timur
Uniform atau seragam "Biru" IGI Aceh Timur lahir tanpa perencanaan. Artinya ini mengalir begitu saja. Saat itu, 15 Oktober 2014 saya mendapatkan tugas In-2 Pendampingan K-13 di Banda Aceh. Saat kegiatan tersebut saya berjumpa juga untuk pertama kalinya dengan Bang Imran (Ketua IGI Aceh). Perjumpaan di Hotel Mekkah Banda Aceh itu membawa saya ke rumah Bang Imran. Kebetulan saja rumah beliau dengan dengan Kampus FKIP Unsyiah. Jadi, setelah selesai kunjungan ke FKIP kami singgah ke rumah beliau yang sederhana namun sangat asri sekali. Bang Imran menunjukkan beberapa koleks baju seragam yang ada bordiran "Ikatan Guru Indonesia Propinsi Aceh".
Saat itu saya berpikir alangkah indahnya kalau dalam setiap kegiatan IGI Aceh Timur seluruh panitia menggunakan seragam. Selain untuk promosi organisasi juga penting untuk mengontrol pemberian pelayanan panitia kepada seluruh peserta kegiatan. Saya pesan dua warna, hitam dan biru. Kedua baju itu saya pakai di Seminar Literasi tanggal 28 Oktober 2014, yang warna hitam saya pakai di H-1, sedangkan warna Biru saya gunakan di hari "H". Setelah kegiatan selesai, teman-teman IGI Aceh Timur mengadakan pertemuan untuk evaluasi kegiatan. Salah satu yang dibicarakan dalam kegiatan itu adalah menentukan baju seragam IGI. Dengan voting dipusutkanlah baju berwarna biru yang saya pakai menjadi Baju untuk panitia IGI.

3. Kehadiran Bapak Kepala Dinas Pendidikan
Dari 6 Kegiatan IGI Aceh Timur (2 Pelatihan dan 4 seminar), ini merupakan kehadiran PERTAMA Pak Abdul Munir, SE. M.Ap. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur periode 2012-2017. Di kegiatan sebelumnya beliau tidak bisa hadir disebabkan padatnya jadwal beliau sebagai kepala dinas. Malah lebih istimewa lagi, beliau datang sebelum saya sampai di lokasi kegiatan. Ketika saya tiba, saya meihat pak Kadis yang ditemani oleh Bang Agussalim, M.Pd. (Kabid Dikdas) dan Pak Jalaludin (Kabid PLS) Disdik Atim sedang meninjau lokasi. Pak kadis melihat kondisi kamar kecil yang ada di belakang kantor Ka SKB. Lalu saya ikut mendampingi ketika beliau meihat ruang belajar SKB, ruang inap, dan gedung "bakal" secretariat IGI. Alhamdulillah, kehadiran pak Kadis membuat seminar kali ini jadi berbeda.

4. Seminar hasil PTK Pertama se-Kabupaten Aceh Timur
Setelah Ibu Ameliasari selesai presentasi, kegiatan seminar ini menghadirkan 5 orang pemakalah dari kalangan guru dan pengawas Aceh Timur. Selama 14 tahun saya bertugas di Aceh Timur, ini adalah kegiatan seminar hasil PTK yang pertama. Betapa dengan berbagai kekurangan, guru di Aceh Timur berhasil memaparkan hasil tindakan mereka untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekoalhnya masing-masing. Ada Pak Muhasir dan Bu Irmi dan SMAN Unggul Aceh Timur, ada Pak Supardi dari SMAN 1 Peunaron yang juga merupakan sekolah di daerah terpenci, dan ada Bu Azhaidar dari SMPN 1 Pante Bidari. Seorang pengawas SD tampil memukau sebagai pembicara terakhir, dia adalah Pak Delliadi, pengawas SD dari UPTD IDI yang juga merangkap sebagai panitia pendaftaran peserta. Alhamdulillah PTK mereka semuanya diberikan masukan-masukan sangat konstruktif dari Bu Amel yang telah menguasai Kegiatan PTK ini dengan sangat luar biasa. Masukan-masukan lain datang dari Tim Penilai KTI Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur yaitu Pak Supiono dan Pak Syafaruddin.

5. Kantor Sekretariat "Hadiah" Pak Kadis

Kehadiran pak Kadis Membawa berkah. Mengetahui berbagai kegiatan peningkatan mutu guru dilakukan secara swadaya peserta, pak kadis meresponnya. Gedung ini, dan fasilitas lain di SKB boleh dipakai oleh IGI dalam berkegiatan, semuanya secara gratis. Paling-paling kita berikan uang lelah untuk petugas kebersihan yang memang layak untuk disubsidi.
Sebuah awal yang menggembirakan sekaligus juga menantang atas hadir gedung secretariat ini. Semoga benar-benar bisa dimanfaatkan secara bijak oleh seluruh guru khsusunya organisasi guru seperti Ikatan Guru Indonesia. Dengan diberikannya kunci gedung ini, maka IGI bisa melakukan kegiatan menginap. Pak Kadis mengizinkan penggunakan Aula, kelas, dan ruang inap bila memang IGI Aceh Timur membutuhkannya. Terima kasih Pak kadis, semoga keputusan anda ini menjadi salah amal ibadah yang bernilai pahala. Amiin.

6. Kolaborasi meluas ke tim media cetak dan Radio
Pada kegiatan kali ini untuk pertama kali juga ada kolaborasi baru dengan tim media. Diakhir sesi, wartawan Rakyat Aceh yang juga pengelola Radio Cempala Kuneng (Radio Milik Pemkab Atim) meliput kegiatan. Malah, pada pukul 14.00 kegiatan diliput secara on air di berita siang. Tawaran kerjasama dinyatakan oleh Pak Ilyas Ismail agar IGI Aceh Timur bisa mengisi kegaitan talk show di Radio Cempala Kuneng (RCK). Jadwal akan segera disusun. Semoga lancer dan memberi manfaat.

Tiada yang mustahil bila DIA telah berkehendak. Tuhan tidak pernah tidur. Allah SWT mengabulkan setiap doa hambanya yang ikhlas dan tulus. Semoga karunia berupa suksesnya sebuah kegiatan seminar dapat meningkatkan rasa syukur khususnya anggota IGI Atim, serta terus menjaga semangat untuk berbuat bagi kemajuan pendidikan Aceh Timur di Masa depan.

Sebagai Ketua IGI Aceh Timur, secara pribadi saya mengucapkan terima kasih untuk Ketum IGI yaitu Bapak Satria Dharma, yang telah memberi dukungan nyata, memfasilitasi hadirnya bu Ameliasari ke Aceh Timur. Dan buat Bu Ameliasari semoga ini adalah awal kerja sama untuk mewujudkan cita-cita bersama Ikatan Guru Indonesia.

untuk seluruh pasukan BIRU Aceh Timur terima kasih, anda semua memang luar biasa....
Salam IGI.

Sabtu, 29 November 2014

SEKILAS GURU HONORER



Sabtu, 29 Nopember 2014

Pada 19 Juli 2014 saya berkegaitan di MAS Alwidyan. Foto itu menggambarkan beberapa guru honorer yang ikut dalam kegiatan. Harus saya akui, dari sisi fasilitas tidak semua guru honorer menerima nasib baik seperti mereka.

Guru honorer selalu menjadi fenomena tersendiri dalam pemberitaan dunia pendidikan. Berbagai kontroversi mengiringi setiap pemberitaan. Mulai dari minimnya upah yang diterima sebagia imbalan kerja sampai pada permintaan guru honorer diangkat menjadi guru dengan status PNS. Berita paling anyar tentang guru honorer adalah belum selesainya persoalan pengangkatan honorer K-2 menjadi PNS.

Pemerintah pusat memang telah melakukan berbagai program untuk menghilangkan status honorer dan mengangkatnya menjadi guru PNS. Pengangkatan PNS besar-besaran di era reformasi di mulai pada masa presiden BJ. Habibie berkuasa sebagai presiden di tahun 1999. Lalu era Presdien SBY juga dilakukan pemutihan honorer menjadi PNS. Program ini malah mengangkat honorer menjadi PNS bukan hanya untuk guru melainkan juga untuk tenaga administrasi lain. Puncaknya adalah pemutihan di tahun 2009.

Program pemutihan honorer menjadi PNS ternyata tidak membuat guru honorer hilang dari dunia pendidikan Indonesia. Program itu secara nyata justru telah mendorong para sarjana melamar jadi honorer di sekolah. Bahkan ada yang menyatakan siap tidak dibayar asal diterima mengabdi sebagai honorer. Tentu ada harapan besar semoga ke depan para honorer ini juga diangkat menjadi PNS sama seperti tahun-tahun lalu. Melihat kenyataan ini pemerintah melanjutan "pembersihan" tenaga honorer (khususnya di sekolah) dengan program K1 dan K2. Tapi apakah bila ini selesai dilakukan guru honorer atau tenaga kependidikan honorer bisa hilang. Jawabannya tentu sama-sama kita ketahui tenaga honorer tetap ada. Alasannya jelas karena memang lapangan pekerjaan khususnay di Daerah-daerah miskin sangat sedikit. Menjadi honorer dengan upah sangat minim tentu harus dipilih. Pahit tapi tetap harus dilakoni.

Khusus untuk guru, pemerintah memang tidak lagi mengakui guru honorer. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Peraturan Meneg PAN-RB Nomor 16 tahun 2009. Pada pasal 1 disebutkan bahwa "Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang diduduki oleh PEGAWAI NEGERI SIPIL."

Berdasarkan peraturan itu maka hanya guru dengan status PNS saja yang mendapatkan penganggaran dari APBN. Sementara guru honorer tidak mendapatkan porsi penganggaran. Pemerintah pusat juga beralasan bahwa pengangkatan honorer seluruhnya menjadi tanggung jawab pejabat yang mengangkat. Kalau di sekolah, maka yang bertanggung jawab termasuk pada honor atau upah honorer adalah kepala sekolah. Persoalan muncul saat kepala sekolah tidak bisa lagi membayar semua honorer itu dari dana BOS. Makin terpuruklah nasib para guru honorer ini.

Kalau kita tinjau dari sisi pengangkatannya, memang ada 2 macam honorer. Pertama honorer (guru honorer) atas permintaan guru itu sendiri. Biasanya bila guru honorer yang meminta, posisi sekolah menjadi lebih aman dari gugatan apapun. Perjanjian yang hanya memberikan guru honorer upah ssangat rendah pun bisa disepakati. "Tak apalah murah, gak dibayar pun siap", begiut biasanya jawaban para calon guru honorer. Mereka berharap dengan menjadi honorer akan memiliki peluang besar diangkat menjadi PNS.

Selain itu, ada juga guru honorer yang justru dibutuhkan oleh sekolah. Umumnya sekolah-sekolah kejuruan. Gencarnya pemerintah membuka SMK tidak diimbangi dengan penyediaan guru. Oleh karena itu khusus pada guru produktif sekolah terpaksa menerima jasa guru honorer. Tentu saja jika diminta oleh sekolah calon guru honorer bisa mengajukan berapa honor mereka dalam satu bulan. Bila tercapai kesepatakan biasanya upahnya akan lebih baik dibandingkan guru honorer yang diangkat karean permintaan sendiri.

Apapaun dan bagaimanapun prosesnya, guru honorer nyatanaya masih ada. Bahkan di sekolah-seklah pedaalaman justru guru honorer lah yang menjadi tulang punggung keberlangsungan pelaksanaan pendidikan. Kalaulah memang pemerintah tidak bisa atau belum mampu secara anggaran mengangkat para guru honorer ini, carilah alternative lain. Misalnya dengan membuka kembali tes guru kontrak propinsi. Dengan status kontrak, guru akan mendapatkan upah sesuai dengan UMP. Mekanismenya silahkan dibuat sehingga tidak muncul guru kontrak yang abal-abal. Dengan system online tentu semua memungkinkan untuk dimenej lebih baik.

Sungguh, kalau kita mau dalami apa yang terjadi di sekolah terkadang memang peran para tenaga honorer termasuk guru honorer di dalamnya masih sangat amat dibutuhkan. Semoga 2015 tidak ada lagi "penzaliman" atas nama honorer bagi para tenaga pendidik professional yang belum bernasib baik karena tak memiliki identitas PNS.

Rabu, 26 November 2014

MENJAGA ASA GURU DI SEUMALI

 
Aceh Timur, 26 Nopember 2014

Desa Seumali berada di Kecamatan Ranto Peureulak. Di Seumali ini terdapat sebuah sekolah yaitu SMPN 2 Ranto Peureulak. Sekolah yang dibangun atas bantuan Pertamina pada tahun 2000, dulunya merupakan sekolah top di kawasan Peureulak ini. Jumlah siswanya pun sangat banyak, mencapai 200 orang lebih. Berbeda dengan sekarang.

Sekolah ini juga menjadi salah satu binaan Pertamina Ranto Peureulak. Fasilitas berupa gedung sangat lengkap. Ruang kelas permanen kokoh berdiri bersama mushalla, lab, perpustakaan, bahkan rumah tinggal bagi kepala sekolah, penjaga sekolah dan guru. Areal yang luas mengindikasikan pendirian sekolah ini dirancang untuk pengembangan jangka panjang. Betapa tidak, sekolah ini selain memiliki lapangan bola voley yang bisa dijadikan tempat upacara, juga memiliki lapangan sepakbola bagi para warganya. Sangat jarang ada sekolah di Aceh Timur yang mempunyai fasilitas berupa lapangan sepakbola.

Tanggal 26 Kemarin saya mengunjungi sekolah ini. Kegiatan kunjungan rutin sebagai pengawas kali ini juga diisi dengan kegiatan bimbingan untuk program ProDEP.Program jangka menengah selama tiga tahun hasil kerja sama kementiran pendidikan dengan Kedutaan Australia. Diskusi dengan pak Abdullah S.Pd., Kepala Sekolah SMPN 2 Ranto Peureulak berlangsung di ruang kantornya yang sederhana. Kesederhanaan yang memang sudah menjadi keharusan. Tidak bisa ada barang bagus di ruang ini, walaupun satu set kursi tamu, mengapa? karena banjir yang bisa mencapai 1 meter menjadi langganan sekolah ini.

Saat diskusi santai dengan pak kepsek berlangsung, kami kedatangan tamu, Pak Syarifuddin, S.Pd. Kepala SMP Negeri 5Tanjung Tani. Sekolah yang lokasinya lebih jauh lagi dari tempat diskusi. Pak Syarifudin yang pernah satu tempat tugas dengan saya di SMA Negeri 1 Peureulak Kab Aceh Timur tahun 2006 lalu,menyampaikan beberapa keluhan tentang pelaksanaan kinerja kepsek. Saya mengingat dengan jelas apa yang beliau sampaikan. Intinya tentang manajemen yang begitu ruwetnya harus dijalani



Pukul 12 siang lewat sedikit, kami pun melanjutkan kegiatan dengan melaksanakan diskusi bersama dewan guru. Pertemuan singkat ini dilakukan juga di kantor dewan guru. Kami mendiskusikan tentang pelaksanaan PKG tahun 2014. Saya memaparkan instrument penilaian dan format pengamatan PKG. Selain dihadiri oleh kepala sekolah dan 5 orang guru, kegiatan juga melibatkan 2 guru SM3T yang dengan setia bertugas di sekolah ini.

Singkat cerita pertemuan berakhir pukul 13.30 WIB. kami segera mengakhiri dan pulang ke rumah masing-masing. Saya sendiri ditemani pak Kepsek menuju rumah makan di kota Ranto Peureulak. Kota yang masa konflik dulu begitu mencekam kini telah kembali normal aktivitasnya. Banyak pedagang yagn menjajakan dagangannya.

Sungguh sebuah kunjungan yang diharapakan dapat menjaga asa para warga sekolah. Semoga kondisi selalu menjadi lebih dan perubahan positif pada saatnya kelak akan berpihak ke Seumali.

Salam Pengawas.

Minggu, 23 November 2014

SUBSIDI UNTUK PARA GURU


Aceh Timur, 23 Nopember 2014

Anggaran Sektor pendidikan di Republik ini memang besar persentasenya. Undang-Undang Dasar mewajibkan alokasi anggaran dalam APBN untuk Pendidikan sebesar 20%. Angka yang besar karena 1/5 dari APBN wajib digunakan untuk membangun pendidikan di Indonesia. Namun sayang,  di dalam alokasi itu juga sudah termasuk pembayaran Gaji dan Tunjangan lainnya untuk Para Guru dan Dosen. Sehingga bila 20% itu diambil yang benar-benar murni untuk belanja pendidikan (termasuk modal PBM) jumlahnya masih sangat luar biasa kecil sekali.

Kecilnya alokasi anggaran untuk modal PBM ini dapat dilihat dari masih banyak sekolah yang belum mencapai standar pelayanan minimal. Pak Mendikbud malah merilis angka 70%. Berarti hanya 30% sekolah yang telah memiliki standar dan bisa dikatakan sekolah yang layak untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional. Anda semua tentu dapat menebak dimana kira-kira beradanya sekolah yang telah memenuhi standar itu? Benar, jawabannya adalah sekolah itu terletak di kota-kota besar. Kalaupun tidak di kota besar, umumnya sekolah itu ada di daerah yang memiliki PAD tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia.
 
Dari 8 Standar Nasional Pendidikan, belum semuanya terpenuhi. Sebagai contoh kita ambil standard sarana dan prasarana. Kemampuan keuangan pemerintah untuk membangun sarana pendidikan selama ini masih lemah. Belum ada satu pun sekolah di Kabupaten Aceh Timur ini yang memiliki sarana prasarana lengkap dan memadai sehingga mampu mencapai visi dan misi sekolah. Pustaka, Laboratorium, sarana olahraga belum bisa dilengkapi. Ada yang sudah punya gedung laboratorium tapi isinya belum ada. Ada pustaka tapi bukunya belum memadai. Malah masih ada sekolah yang tidak punya ruang kelas untuk belajar sehingga dengan terpaksa sekolah membuka kelas siang.
 
Memang seolah tiada habisnya masalah yang ditemukan dalam bidang pendidikan. Apalagi masalah yang muncul sejak Bahan Bakar Minyak naik. Pemerintah bilang naiknya tidak besar, hanya Rp. 2000 per liter. Padahal kenyataannya guru sangat berat menerma kenyataan pahit ini. Tapi guru bukanlah buruh yang setiap saat bisa berdemo. Guru tidak bisa sembarangan berdemo. Apabila guru berdemo maka ada ribuan bahkan jutaan siswa akan terbengkalai dan bisa  menimbulkan persoalan lain yagn lebih pelik. Dengan bijak guru menerima kenyataan pahit ini tetapi hanya menjerit di dalam hati.
 
Kenaikan BBM ini bukan ditolak oleh para guru. Kita tahu, berapapun naiknya BBM guru pasti akan tetap datang ke sekolah. Mengapa? karena guru memiliki tugas mulia mendidik generasi penerus. Tugas mulia ini tidak boleh berhenti hanya gara-gara guru tidak punya cukup ongkos untuk naik JUMBO.
 
Kondisi dompet guru di Aceh Timur tentu sangat berbeda dengan daerah lain, khususnya dengan guru di Daerah Jabodetabek. Guru di Jakarta misalnya, meskipun naik BBM ini tetapi tetap bisa naik busway dengan harga tetap. Ongkos yang dikeluarkan guru di Aceh Timur sangat jauh bedanya dengan ongkos tiket busway atau Commuter line. Di Jakarta seorang guru masih bisa berangkat ke sekolah dengan ongkos Rp.3.500, meskipun dia tinggal di Jakarta Barat dan mengajar di Jakarta Timur. Di Aceh Timur uang sebesasr itu paling hanya cukup untuk naik RBT. Belum lagi kenaikan ongkos angkutan yang tidak terkontrol di daerah kami yang jauh dari pusat pemerintahan. Luar biasa, ongkos yang biasanya Rp.12.000 sekarang naik jadi Rp.15.000, itupun masih ada tambahan naik becak lagi. Luar biasa.
 
Begitu beratnya beban yang dihadapi teman-teman guru tentu tidak ada salahnya jika para guru berharap subsidi BBM yang katanya dialihkan dari subsidi barang menjadi subsidi juga diterima para guru. Paling tidak ada beberapa hal yang bisa dibantu melalui subsidi ini:
1. Bus Guru.
Silahkan BBM naik, tapi sediakanlah bus khusus untuk para guru. Sehingga kita bisa memastikan guru dapat kesekolah tanpa dipengaruhi mahalnya ongkos angkutan.
 
2. Rumah guru / mess guru
Buatlah rumah untuk para guru di kawasan sekolah. Sehingga para guru tidak pelru lagi memnjam uang di Bank dengan bunga yagn tinggi hanya untuk membuat rumah. Rumah guru ini menjadi penting untuk memberikan kenyamanan para guru baik sebelum mengajar ataupun setelah pulang mengajar. Energi guru tidak terkuras habis puluhan menit di dalam angkutan umum yang juga tidak kecil resiko terjadinya kecelakaan.
 
3. Beasiswa untuk anak guru
jangan mentang-mentang sudah PNS (apalagi yagn belum) guru dan keluarganya tidak mendapatkan fasilitas beasiswa. Tidak dapat beasiswa miskin, tidak dapat bantalan social, dan lain-lain. apakah pemeirntah menganggap semua guru sudah dapat TPP sehingga punya penghasilan lebih. Bila dihitung dengan jujur, penghasilan guru - dengan TPP sekalipun - belum memadai untuk membiaya pendidikan anak-anaknya sampai ke tingkat perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi ternama dan jurusan-jurusan favorit.
 
4. Mobil murah untuk guru
BAgi guru yagn sudah terlanjut memiliki rumah sendiri dan tidak dilalui oleh jalur bus umum, sebaiknya diberikan kredit mobil murah tanpa bunga dengan cicilan jagnka panjang yagn rendah. Sehingga tidak ada guru yang absen ke sekolah hanya gara-gara hujan.
 
Tentunya masih banyak hal lain yang bisa dibantu lewat pengaihan subsidi. Jangan sampai pemerintah memandang nelayan miskin dan tidak dapat melaut karena tidak mampu membeli solar. Bukankah hasil yagn diperoleh nelayan dalam 1 hari kadang jauh lebih besar dari apa yang diperoleh guru 1 bulan. Begitu juga dengan petani, bukankah tidak jarang hasil panen yang diperoleh petani dalam satu musim tanam lebih besar dari penghasilan guru satu tahun.
 
Guru juga butuh perhatian pemerintah karena memang memiliki kerentanan yang sangat mungkin untuk masuk wilayah garis miskin. Semoga pemerintahan baru pilihan rakyat tidak mengabaikan derita yagn ditanggung insan cendekia.
 
Salam guru

Senin, 17 November 2014

GURU MISKIN REFERENSI MURID KENA GETAHNYA



Diskusi informal tim penilai KTI Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur sering terjadi tanpa direncanakan. Kadang setelah selesai satu kegiatan kami bincang-bincang banyak hal tentang kondisi Pendidikan Aceh Timur, termasuk kondisi terkini para guru yang bertugas di Aceh Timur. Memang tidak semua guru Aceh Timur yang berjumlah 4500 orang itu kami bahas, karena itu pasti tidak mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Diskusi ini juga tidak menuntut tempat khusus, kadang di kantin, kadang di ruang pengawas (ruang darurat), atau bahkan terjadi di dalam mobil pribadi Pak Korwas yang sudah seperti mobil dinas itu. Seperti yang terjadi hari jumat lalu, 14 Nopember 2014. Waktu itu ada pertemuan kepala sekolah UPTD Darul Aman dengan pihak dinas di SMPN 3 Darul Aman.

Pembicaraan saya buka dengan rencana Ikatan Guru Indoensia (IGI) Kabupaten Aceh Timur yang akan melaksanakan seminar Hasil Penelitian Tindakan Kelas pada akhir tahun ini. Diskusi panjang akhirnya terfokus pada kualitas hasil Karya Tulis atau Laporan PenelitianTindakan Kelas guru Kabupaten Aceh Timur. Sejak menyelesaikan tugas belajar, saya memang baru satu kali mengikuti kegiatan Guru Beprestasi di Kabupaten Aceh Timur. Pada kegiatan tersebut ada penilaian tentang KTI PTK. Nah dari situ juga saya dapat bahan yang bisa didiskusikan bersama tim penilai KTI Kabupaten Aceh Timur.

Kualitas PTK yang pernah saya nilai tahun 2013 memang tidaklah lebih baik dari hasil PTK teman-teman guru Aceh Timur yang pernah saya baca pada tahun 2009. Kalau mau adil dalam menilai tentu bisa dikatakan yang tahun 2009 itu masih lebih baik. Menapa? Karena pada tahun 2009 tersebut masih sedikit sekali contoh PTK yang bisa dibaca oleh. Sehingga PTK yagn dibuat pada saat itu sangat kekurangan referensi. Apalagi pada saat itu perekmbangan teknologi informasi - termasuk didalamnya jumlah warkop yang memiliki wifi - belum memadai seperti sekarang.

Namun fakta yang ada saat ini dapat kita lihat pada hasil laporan PTK teman-teman guru di Aceh Timur. Bukan bicara pada kualitas atau keaslian PTK itu hasil tindakan ril atau rekayasa, tetapi dari sisi bahan bacaan atau referensi pendukungnya. PTK itu terkesan banyak yang asal-asalan dalam hal referensinya. Kalaulah para guru masih miskin referensi bagaimana mungkin bisa kaya dalam berbahasa tulisan berbentuk Laporan PTK.

Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan. Guru harus diberikan bahan bacaan yang memadai. sehingga kemampuan literasi menulisnya juga akan bertambah. Guru yang kaya literasi ini tentu akan membuaskan dahaga para siswa dalam belajar. Tanpa Literasi tinggi yang dimulai dari bahan bacaan yang tersedia, murid kemungkinan akan kena getahnya.

Sudahkah kita membaca sesuatu yang penting hari ini...?

Salam IGI

Minggu, 16 November 2014

PESAN KERJA SAMA IGI DAN PGRI DI ACEH TIMUR


Sejak menjadi anggota PGRI 14 tahun lalu (otomatis sejak jadi Guru) ini adalah kali pertama saya hadir dalam konfrensi PGRI. Musyawarah tertinggi untuk pengambilan keputusan partai, eh maaf, maksud saya organisasi. Adalah pak M. Isa, M.Pd. yang mengundang secara resmi. Undangan dari ketua sterring committee ini tentu harus dihadiri. Mau ngelak juga gak bisa karena acara konfrensi ini dilaksanakan di Cot Geulumpang. Tepatnya di Aula SMA Negeri 1 Peureulak.

Kehadiran yang pertama dalam konferensi ini justru bukan dalam kapasitas sebagai pengurus ranting atau cabang PGRI, apalagi sebagai pengurus Kabupaten. Dan juga bukan sebagai anggota PGRI (kader yang akan dipromosikan jadi pengurus), saya datang mewakili Ketua Ikatan Guru Indonesia. Ya begitulah, saya mewakili salah satu organisasi guru yang setelah era reformasi. IGI adalah sebuah pilihan untuk dihadirkan mendampingi organisasi guru lain yang lebih tua dan tentu saja lebih dahulu lahir karena Rahim sejarahnya menghendaki demikian. Apapun jenis undangannya, nyatanya saya telah hadir dan menjadi satu-satunya orang yang berbaju biru yang ada tulisan Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Aceh Timur.

Anggota PGRI yang berasal dari SD atau MI/MTs ada yang terkejut, bahkan ada yang bertanaya "apa itu IGI?" "Bapak tugas dimana", Tanya saya. Sipenanya menjawab "saya tugas di MTs". Oh pantas belum tahu. Karena memang IGI di Atim baru melakukan 5 kegiatan (2 diantaranya skala nasional). Jadi wajar kalau ada yagn belum tahu. Sedikti penjelasan dalam tempo urang lebih 10 menit sang penanya pun faham.

Dari atas "panggung", saat sesi sidang Paripurna pertama dibuka, Ketua PGRI Aceh, Drs. Ramli mengumumkan bahwa dalam konferensi dihadiri oleh undangan dari Pengurus Ikatan Guru Indonesia. Beliau juga meminta maaf karena pada opening ceremony tadi belum mengetahuinya. Beliau masih berpikir dan menganggap yang hadir adalah anggota PGRI. Memang saya mengikuti dan mencatat beberapa poin dalam kata sambutan Pak Ketua PGRI Aceh ini tadi. Antara lain tentang pentingnya kerja sama antara organisasi guru di Aceh. Janganlah sesama organiasi guru berantem. Bukankah kita memperjuangkan kepentingan yang sama yaitu kepentingan guru.

Salah satu komentar ketua PGRI Aceh yang sangat berbekas dalam ingatan saya adalah tentang sertifikasi. Betapa isu paling hot saat ini di kalangan guru adalah tunjangan profesi bagi guru bersertifikasi. Menurut data beliau, saat ini di aceh baru 36% guru yang memperoleh tunjangan profesi pendidik itu. Masih banyak lagi ternyata guru yang belum menikmati TPP. Kalau kita hitung jumlah guru pemilik NUPTK di Aceh berjumlah 143.000 orang guru. Dari data itu dapat diketahui bahwa ada 64% x 143.000 guru di Aceh belum menikmati sedapnya Tunjangan Profesi sebesar satu kali gaji pokok.

Dari paparan itu, tentunya tidak tepat juga kalau kita bilang tunjangan profesi ini tidak berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan di Aceh. Mengapa? karena ada satu hipotesis lagi yaitu "mungkin karena baru sebagian kecil guru yang menerima TPP maka mutu pendidikan Aceh masih rendah".

Sementara itu, pada sesi pembukaan sebelumnya, Kadisdik Aceh Timur Bapak Abdul Munir, SE., M.Ap. menyatakan jumlah guru di Aceh Timur saat ini sebanyak 4500 orang. Dari jumlah tersebut yang telah menerima TPP saat ini sebanyak 1600 orang. Data ini juga menunjukkan masih besarnya jumlah guru yang belum bersertifikasi dan belum juga merasakan "sedapnya" TPP.

Jumlah guru secara nasional saat ini ada 2.800.000 lebih. Jumlah yang besar dengan sebaran yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Jadi wajar kalau PGRI adalah organisasi besar dan dapat memainkan fungsi tekan terhadap pengambil kebijakan. Namun hal ini tentu butuh kerja keras. Dalam pandangan saya, PGRI harus benar-benar menjadi milik para guru. PGRI bukan hanya menjadi milik pengurus. Pertemuan sekelas konfrensi ini tentu menjadi momen penting bagi para anggotanya. Jangan sampai anggota hanya tahu telah ada pergantian pengurus tanpa mengetahui kapan proses pemilihannya. Kaderisasi partai bisa dijadikan prioritas bila PGRI ingin survive sebagai organsiasi yang bertugas sebagai penggedor.

IGI di satu sisi masih harus belajar untuk terus tumbuh menjadi organisasi nomor 2 di Republik ini. Di usia muda tentu saja IGI perlu belajar dari pengalaman PGRI yang telah matang. Talenta-talenta guru muda di IGI merupakan sumber daya manusia yang menjadi kekuatan IGI. Organisasi kecil memiliki ciri cepat bergerak, kompak, dan sangat dinamis. Keputusan bisa diambil dengan cepat.

Kelahiran organisasi guru, apapun bentuknya, apapun mereknya, harus bisa dipandang oleh PGRI sebagai mitra. Dan pandangan ini harus benar-benar bisa diwujudkan dalam sebuah sinergi dalam rangka memperjuangkan kepentingan dan kebutuhan para guru. Saya mewakili IGI Aceh Timur menyatakan siap bekerja sama memperjuangkan kepentingan dan kebutuhan guru tersebut selama dilakukan dengan professional, amanah, jujur, dan bermartabat (sesuai tema konfrensi).

Pesan kerja sama itupun berakhir di ruang makan. Kuah sop dan daging rending olahan guru-guru SMAN 1 Plk memang top. Sepotong irisan semangka merah menjadi pencuci mulut alami sebelum saya meninggalkan arena konferensi menuju ke ruang kerja Ketua IGI. Ruang kerja yang jadi saksi perjuangan guru.

Akhirnya, saya titp pesan kepada pengurus baru PGRI Aceh Timur "IGI menunggu anda di arena". Dan selamat bekerja, kerja, kerja. Kerja keras, Kerja Ikhlas dan Kerja sama...

Salam IGI

Jumat, 14 November 2014

JEJAK LITERASI GURU SM3T DI SMPN 3 DARUL AMAN ACEH TIMUR



Hari ini saya dan Pak Supiono M.Pd. (Korwas DisdikAtim) serta pak Syafar, M.Ed. (Ketua APSI) Aceh Timur mengikuti kegiatan pertemuan Kepala Sekolah se UPTD Darul Aman dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur. Struktural dinas diwakili oleh para Kabid. Pak Kadis yang semula menyatakan akan hadir ternyata batal. Batalnya pak kadis ikut bersama kami disebabkan adanya kegiatan lain yaitu persiapan MTQ di Alun-alun Kota Idi.

Rombangan pengawas menggunakan "mobil Dinas Pengawas" BL. 889 JZ. Pak Korwas didaulat sebagai supir. Saya pun tidak mau menrima posisi itu, karena memang belum bisa nyetir. hemm. Dengan penuh percaya Diri pak Korwas tancap gas menuju lokas kegiatan. Saya tidak tahu banyak soal rencana pertemuan ini, maklumlah yang punya janji adalah Korwas dengan Kadis. Target lokasi diduga sudah benar dan sampailah kami ke SD Negeri 3 Idi Cut. Jalan masuk yang sempit dan melewati pasar Idi Cut. Sesampainya di lokasi kok tidak ada tanda-tanda keramaian. Karena ragu lalu kami Tanya pihak sekolah tentang pertemuan para kepsek, pihak SD 3 bilang "acaranya di SMP 3, pak!" Wah salah sasaran...

Kami pun putar haluan dan segera menuju lokasi yang benar "SMP Negeri 3 Darul Aman". Keluar dari pasar Idi Cut arah Banda Aceh, segera Nampak persimpangan menuju lokasi. "Belok kiri pak!" saya coba memberi aba-aba. Jalan mulus yang kami lalui kira-kira 200 meter telah menghadirkan simpang dua. Kali ini saya diam, Korwas belok ke kanan. Setelah 300 meteran jalan kami lewati muncul keraguan. "Ini nampaknya bukan ke SMP Negeri 3, rasa saya ini jalan ke SMP Negeri 2." Daripada ragu dan salah jalan lagi, kami pun bertanya kepada penduduk setempat. Ternyata benar, salah jalan lagi. Harus putar lagi dan kembali ke jalan yang benar.

Jalan menuju SMP Negeri 3 Darul Aman Aceh Timur begitu indah. Kiri kanan hijau. Sawah-sawah yang kami lalui mengeluarkan aroma bau Tanah yang baru selesai dibajak. Ada yagn menggunakan mesin (handtractor) dan ada juga saya lihat petani yang mencangkul menggunakan Pacul atau cangkul. Pemandangan yang mengingatkan romantisme masa kecil. Sudah lama sekali saya tidak pernah lagi menginjak Tanah sawah. Yah sudah 20 tahun lebih. Itupun jauh di Kampung sana, di Kota Tangerang. Kota yang sudah langka sawahnya. Kalau tidak sedang tugas, mau rasanya masuk ke sawah.

Beberapa sawah yang saya lihat di Aceh Timur memiliki kesamaan fenomena. Fakta yang membikin saya agak sedih, semua orang yang bekerja di sawah adalah orang tua yagn sudah sepuh. Orang tua yang lanjut usia. Malah ada sepasang tua renta yagn masih setia memegang cangkul. Sungguh luar biasa sekali pengabdian mereka. Bekerja untuk pangan ummat manusia tanpa keluh kesah. Hingga di senja hidup mereka masih setia menanam. Apalah artinya pengorbanan diri ini untuk sesame dibandingkan mereka yang seumur hidup berteman dengan lumpur di sawah.

SMP Negeri 3 Darul Aman ada di depan kami. Jalan masuk Tanah sawah yang dipadatkan tak membuat kendaraan dinas kami mundur. Maju terus, masuk, parkir di dalam sekolahan aja. Hehehe. Sambutan ramah Ibu Fatimah, S.Pd., Kepala Sekolah ini yang telah bertugas hampir 4 tahun, adalah hal pertama yang kami dapat. "Silahkan masuk pak, mau langsung ke Aula atau ke Kamar kecl dulu?" Kata Bu kepsek sambil tersenyum. Pak Supiono dan Pak Syafar langsung ke Aula. Saya sendiri memilih ke kamar kecil dulu, biar leibh tenang nantinya.

Masuk ke kamar kecil di ruang kepala sekolah yang bersih membuat saya rehat sejenak. Duduk di bangku tamu kepsek yang juga begitu sederhana. "Bersih sekali sekolah ini, apakah setiap hari kondisinya seprti ini ini atau dibersihkan karena ada kegiatan pertemuan?" Tanya saya pada Bu Kepsek. Beliau pun menajwab "bukan mau pamer pak, tapi memang ada program gotong royong kebersihan yang rutin kami lakukan 2 minggu sekali. Ini kebetulan baru siap gotong royong hari rabu kemarin". Jawaban bu kepsek ternyata menjadi pembuka diskusi selanjutnya.

Bu Kepsek yang luar biasa. Dua guru PNS saja yang ada di sekolahnya


"Berapa orang murid di SMP 3 ini, Bu?" Saya mulai membuka diskusi.
Bu kepsek menjawab "104 orang pak".

Wow, banyak juga muridnya (kata saya dalam hati). Untuk sekolah di pedalaman jumlah murid di sekolah ini termasuk banyak. Kaena ada sekolah di pedalaman lain yang hanya punya murid 12 orang saja. Tapi sekarang kepala sekolah tidak terlalu pusing. Walaupun murid sedikit, dana BOS nya tetap dihitung untuk 120 orang siswa. Maka amanlah sekolah...hehehe

Kami pun diskusi panjang lebar tenang banyak hal. Salah satu yang menjadi topic diskusi adalah tentang kegiatan Literasi siswa di sekolah ini. Betapa budaya literasi masih begitu jauh hadir di sekolah ini. Jangankan untuk hal lain, bahkan untuk membaca buku paket K-13 saja para siswa berat melaksanakannya. Rendahnya minat baca siswa ini ternyata dipengaruhi juga oleh budaya baca para cek gu yang belum optimal. Keadaan literasi membaca dan kegiatan kesiswaan justeru hidup saat guru SM3T tahun lalu bertugas di sekolah ini. Guru-guru yang jebolan UPI Bandung itu berhasil menghidupkan Majalah dinding. Siswa sudah mulai rajin menulis untuk mengisi majalah dinding. Malah yang membuat Bu kepsek terkejut, ternyata pada saat perpisahan dengan guru SM3T tersebut, para siswa di sekolah ini menyumbangkan sebuah teater atau drama singkat. Penampilan siswa dalam sebuah drama menunjukkan potensi siswa di sekolah ini sebenarnya ada. Tinggalah lagi bagaimana para guru mengelolanya. Namun sebelum hal itu dilakukan guru, adalah keharusan bagi pengawas sekolah melakukan pembinaan secara terprogram untuk para guru.

Persoalan-persoalan lain yang kami bicarakan tentu tidak mungkin saya ungkap di sini. Hanya saja ada satu kabar yang kami diskusikan telah membawa focus diskusi tiba di Tanah Tamiang...hehehe.


Kamis, 13 November 2014

BERBAGI PENGALAMAN DI MAN PEUREULAK DAN SMP NEGERI 1 JULOK



Menghadiri undangan untuk kebaikan adalah wajib. Artinya bila bisa berhadir tentu pahala akan didapat dari memenuhi undangan tersebut. Alhamdulillah saya bisa memenuhi undangan dari Sahabat saya Pak M.Isa, M.Pd. Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Peureulak yang sangat visioner dan aktif di berbagai organisasi profesi guru, khususnya PGRI.

Sejak 2 minggu yang lalu pak Isa meminta saya untuk hadir ke MAN Peureulak. Agenda pentingnya adalah terus memberikan pendampingan kepada guru MAN Peureulak supaya meningkat kinerjanya hari ke hari. Tepat di hari Rabu, 12 Nopember 2014 kami berhasil melaksanakan janji yang telah lama terucap. Di ruangan lab computer pertemuan itu dilakukan. Ruangan yang sangat nyaman dengan semburan AC yang begitu dingin. Sampai gak terasa di luar sedang penuh limpahan cahaya matahari.

Ini adalah pertemuan kedua saya dg teman-teman dari MAN Peureulak. Pertemuan kedua ini diisi dengan diskusi tentang penilaian proses dan hasil pembelajaran. Dimulai sejak pukul 2 siang, acara ditutup pada pukul 4 sore WIB. Meski waktu singkat, namun apa yang saya lakukan bersama teman-teman dewan guru MAN Peureulak adalah sesuatu yang jarang terjadi di Madrasah. MAN Peureulak adalah sekolah negeri di bawah binaan Kemenag Atim yang saya kunjungi dalam rangka berbagi pengalaman. semoga bermanfaat.


DISKUSI BARENG MKKS JULOK DI SMPN 1 JULOK



Hari ini, Kamis 13 Nopember 2014 saya mendampingi bu Hajjah Nursalamah berkegiatan di SMPN 1 Julok. Adalah pak Haji Lukman yang mengundang saya hadir ke sekolah yang beliau pimpin sudah cukup lama juga yaitu SMPN 1 Julok. Para peserta yagn hadir adalah kepala SMP yang berada dalam UPTD Julok. Materi kegiatan yang dibahas bukanlah hal baru, PKG. Istilah yang mudah untuk diucapkan dengan benar tapi sulit diaplikasikan dengan fasih tanpa cacat.

Para kepsek yang hadir begitu antusias mengikuti kegiatan. Saya memberikan materi umum tenang PKG diikuti dengan simulasi mengisi instrument dan format pengamatan. Alhamdulillah lancer. acara selesai pukul 3.00  WIB sore hari. Senang rasanya bisa berbagi dengan para Kepala sekolah. Sebab, biasanya sulit sekali bertemu dengan Kepsek dalam jumlah lebih dari satu beini...hehehe

Di akhir sesi (setelah makan siang dan shalat berjamaah), kegiatan dilanjutkan dengan bimbingan program Prodep. Saya permisi lebih awal karena ada pertemuan lagi dengan anggota IGI di kanti UT. Jam 5 lewat dikit (singkat cerita) saya sudah ada di rumah...




Selasa, 11 November 2014

BLUSUKAN AKHIR TAHUN KADISDIK PROPINSI ACEH


Bersama Kepala Dinas Pendidikan Aceh

Lama terasa penantian para Kepala Sekolah SMP, SMA, SMK, MTs, dan MA pada hari itu. Senin 10 Nopember 2014 di SKB Peudawa Kab. Aceh Timur. Penantian yang harus dilakukan oleh Direktur sekolah dan madrasah karena intruksi Kadisdik Aceh Timur melalui Kabid Dikmen. "Jam 3 Sore harus sudah berada di SKB!" begitu bunyai sms singkat Pak Drs. Ridwan Kabid dikmen Disdik Aceh Timur.

Para Pengawas Sekolah yang sejak Sabtu, 8 Nopember 2014 sudah mengetahui instruksi itu, telah juga ada di lokasi. Saya sendiri yang datang ke SKB pukul 14.30 WIB langsung diminta bergabung oleh pak Korwas di Kedai air tebu tepat di samping gerbang SKB. Segelas air tebu murni menghilangkan dahaga sekaligus menambah stamina. Persiapan mengikuti acara "blusukan" kadisdik prop Aceh.

Penantian panjang berakhir. Ketika pukul 3 sore (lewat sedikit lah) pak Kadisdik Aceh memasuki ruang SKB.Sosok kadis yang sudah tidak muda lagi tetapi sehari ini saja sudah blusukan di 3 tempat. Pertama menjadi pembina upacara bendera di SMA Negeri 4 Kota Langsa, Lalu membuka seminar MGMP di STAIN Cot Kala Kota langsa, setelah itu menyempatkan diri berdialog dengan para Kepala Sekolah se Kota Langsa di STM Langsa. Sore ini giliran kami yang diblusukin.

Acara sedrhana ini langsung dibuka oleh protokol yaitu Pak Rian Kasikur Dikmen. Setelah membaca diikuti sambutan pak Kabid dikmen, Pak kadisdik aceh timur, setelah itu langsung pak Drs. Anas Adam, M.Pd. menyampaikan presentasinya.

Banyak hal yang beliau sampaikan. Tetapi saya mungkin hanya bisa mencatat beberapa poin saja yang saya anggap penting, anara lain:

1. Anggaran Pendidikan Dinas Pendidikan Aceh
Anggaran pendidikan untuk dinas pendidikan Aceh terus terjadi peningkatan. Pada tahun 2012 anggaran yang dikelola Dinas Pendidikan sebesar 63M. tahun 2013 naik menjadi 131M, dan tahun 2014 meningkat lagi menjadi 295. Besarnya anggaran ini tentu harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan di Aceh. Sementara ini, mutu pendidikan Aceh masih berada di posisi ketiga (dari bawah).
Dinas pendidikan menggunakan dana itu antara lain untuk meningkatkan mutu guru. Berbagai pelatihan diberikan kepada guru, mulai dari skala local. nasional, maupun mengirim guru-guru aceh mengikuti pendidikan / pelatihan di luar negeri. Semoga saja peningkatan anggaran ini akan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas pendidikan di Aceh.

2. Kualitas Alumni
Pak Anas Bilang "memang ada orang Aceh yang jadi menteri, tapi lihat lulusan manakah pak menteri itu? Lulusan Aceh atau dari luar." Bila ditelusuri memang hampir semua meteri yang dari Aceh adalah lulus universitas ternama di Indonesia. Ada yang lulusan ITB, UI, atau UGM. Jadi dari sisi alumni kampus kita memang kalah bersaing. Oleh karena itu, harus ada lulusan sekolah menengah kita yang melanjutkan ke universitas top. Untuk itu pemerintah aceh membuat jatah beasiswa untuk 150 alumni sma/smk yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi ternama Tanah air. Tetapi apa yagn terjadi, dari 150 kuota yang ditawarkan hanya terisi 45 orang. Dari 45 orang yang lulus tersebut hanya menyisakan 43 orang yang kuliah.
Banyaknya siswa yagn tidak lulus itu dikarenakan tidak lulus mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri yang dituju.

3. Kepala Sekolah tidak pernah supervise
Berdasarkan info yang diperoleh pak Anas dari berbagai sumber, diketahui bahwa salah satu factor penyebab rendahnya mutu guru di Aceh karena Kepala Sekolah tidak pernah melakukan supervise. Kalau ada yang melakukan supervise paling-paling setahun satu kali saja. Tanpa ada supervise maka kepala sekolah dan kita semua tidak pernah tahu "APA YANG DILAKUKAN" guru di kelas. Sehingga guru bisa saja melakukan kesalahan seumur hidupnya saat mengajar. Kenapa bisa begitu? karena kesalahan guru itu tidak diketahui oleh orang lain, termasuk oleh kepala sekolahnya.
maka dari itu, pak Anas berpesan agar kepala sekolah melakukan supervise guru secara rutin satu bulan satu kali untuk seluruh guru.

4. Pengawas tidak professional
Beliau juga menyampaikan kalau pengawas sekolah di Aceh belum menjalankan profesinya atau belum professional. Masih banyak pengawas yang diambil dari kepala sekolah gagal atau bermasalah. Pengawas tidak tahu apa yagn harus dikerjakannya. Maka dari itu pengawas juga hendaknya selalu dibeirkan pelatihan. Pak Anas telah mengirim pengawas propinsi untuk belajar melaksankaan sueprvisi klinis ke Malaysia. Yang di Propinsi sudah, yagn kabupaten kapan pak..hehehe.

5. Revitalisasi MGMP dan KKG
Banyak guru yang tidak mau belajar lagi setelah jadi guru. Padahal pengetahuan dan persoalan yagn ada di sekolah begitu dinamis. Seandainya MGMP dan KKG bisa hidup, tentu persoalan itu bisa diatasi dalam waktu singkat.

6. Oreintasi pada mutu
Kini saatnya kita (di Aceh) berorientasi pada mutu, tidak lagi pada bangunan semata. Membangun pendidikan pada intinya adalah membangun mutu bukan hanya gedung. Memagn sarana itu penting, tetapi bila mengejar membangun fisik dan mengabaikan mutu, inilah hasil yang kita dapat, pendidikan kita kalah mutuya dibandingkan daerah lain.

Ada beberapa hal penting lainnya yang disampaikan oleh pak Kadisdik Propinsi Aceh. Ini adalah 6 poin yagn menurut saya penting untuk dicatatt. semoga bermanfaat untuk kita semua.


Sabtu, 08 November 2014

LIPUTAN KHUSUS DARI KARANG INONG



Hari Sabtu yang menyenangkan. Saya, untuk pertama kalinya bias berdiskusi dengan guru-guru di SMP Negeri 3 Ranto Peureulak. Adalah Bu Hajijah, sahabat saya yang telah meminta saya untuk mau datang guna melakukan diskusi dengan dewan guru di sekolah itu. Undangan yang sangat penting karena saya memang belum pernah bermusyawarah dengan dewan gurunya. Kunjungan ke sekolah ini biasanya dalam rangka monev Ujian Nasional atau keperluan yang bukan diskusi.

Faktor cuaca memang hampir saja menggagalkan jadwal ke SMPN 3 Ranto Peureulak yang terletak di Gampong Karang Inong. Hujan sejak pagi mengguyur deras. Langit pun mendung, merata seolah pertanda matahari akan terlambat muncul hari ini. Makin ditunggu hujan bukan mereda tetapi malahan semakin deras. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Tidak ada waktu lagi untuk menunggu. Bila saya tetap menunggu tentu tidak bisa tiba tepat waktu. Janji kami adalah pukul 09.00 WIB mulai kegiatan. Saya bulatkan tekad dan meluruskan niat bahwa kegiatan ini adalah untuk berbagi ilmu dan bersilaturahmi dengan teman-teman, para guru yang luar biasa pengabdiannya di sekolah tersebut.

Satu setel baju ganti pun saya masukkan dalam tas. Tak lupa semua perlengkapan elektronik saya masukkan kantong plastic besar. "Jangan dibuang yah plastiknya," kata Isteri saya yang membantu persiapan di pagi itu. Untunglah jaket hujan warna kuning yang biasa saya pakai masih dalam kondisi baik untuk menahan tetes air hujan yang turun dari langit. Oli mesin sepeda motor plat merah juga baru 2 hari lalu saya ganti. Dan rante pun telah diservis. Maka persiapan saya rasakan cukup matang untuk menempuh perjalanan selama 45 menit nonstop.

Basah kuyup kaki saya. Celana panjang yang saya pakai tetap basah karena tempiyas air di jalan. Kecipratan. Kondisi jalan yang becek tentu memaksa saya tidak bisa berkendara dengan kecepatan tinggi. Demi keselamatan, kuda besi itu saya pacu dibawah 80 Km/jam saja. Alon-alon asal kelakon kata orang timur tengah (Jawa Timur dan Jawa Tengah). Alhamdulillah, sebelum jam 9.00 saya sudah ada di lokasi. Sebuah sekkolah yang biasanya hanya saya lewati saja saat menuju Peunaron. Teman-teman telah menunggu. Mereka juga basah kuyup. Malahan ada guru yang dari Kota langsa juga menempuh perjalanan menggunakan sepedar motor. Guru perempuan sekarang tidak bisa dianggap remeh lagi. Bayangkan, jarak Langsa-Karang Inong itu butuh waktu 1,5 sampai 2 Jam. Namun sobat guru ini tetap setia pada janji tugasnya.Luar biasa.



Acara dibuka oleh wakil kepala sekolah. Kebetulan kepala sekolah yang memang masih Plt pun tidak hadir. Mungkin beliau ada kesibukan lain.Jadi murnilah kegiatan ini antara saya dengan dewan guru. Setelah kata sambutan singkat, maka sayapun langsung memulai kegiatan diskusi. Materi diskusi diisi dengan bahasan yang sedang hangat "Kurikulum 2013". Saya pun tidak menyangka teman-teman minta diskusi tentang K-13 ini. Padahal hampir semua guru telah dipanggil mengikuti pelatihan dan K-13, baik yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Aceh maupun Disdik Kab. Aceh Timur.

Ternyata para guru SMP ini memang cerdas-cerdas dan punya motivasi tinggi. Proses diskusi tanpa henti meski listrik 4 kali mati. Satu buah RPP yang akan dipakai untuk minggu kesembilan pun berhasil disusun. Mereka betul-betul kompak. Kopi dan gorengan ringan tak pernah sepi dari atas meja. Saya malah sampai tidak sanggup makan lagi, lantaran melimpahnya snack buat fasilitator.

Shalat zuhur sedikit terganggu oleh sebuah insiden. Insiden kecil yang berlaku karena kurangnya perawatan maksimal kamar kecil sehingga tersumbatnya lubang paralon saluran air. Saya diarahkan untuk berwudhu di kamar kecil perpustakaan sekolah yang letaknya pas di belakang mushalla sekolah. Tapi saying, perpustakaannya agak berantakan, hehehe. Mungkin karena belum ada program literasi sekolah maka pustakanya terbengkalai.

Ada satu hal yang tak bisa saya lupakan. Makan siangnya sangat menyenangkan. Suasana akrab terjalin seolah seperti keluarga saja. Memang suasana akrab ini mereka pertahankan sejak dulu. Ini membantu para guru untuk tetap fresh dalam bertugas. Maklumlah sekolah ini berada di daerah yang tidak begitu ramai penduduknya. Gedung sekolah dikelilingi oleh kebun milik PTPN. Bu wakasek menyumbangkan tumis ikan cumi (kok dia tau kalo itu ikan kesukaan saya!).

Lewat jam 4 sore. Kami harus menghentikan kegiatan. Bila tidak segera dihentikan, dikhawatirkan guru yang domisili di Kota langsa akan telah pulang ke rumah. Mereka memberikan PR buat saya, "Bapak harus kemari lagi, kami belum faham penilaian". PKG dan Laporan Penilaian Diri pun perlu mendapat priotas. Jadi, sampai jumpa lagi di pertemuan selanjutnya.

Salam Pengawas


Nurdin, S.Pd. M.A.

Jumat, 17 Oktober 2014

MENEMANI GURU-GURU SMAN 1 MADAT




Hari masih pagi,sobat saya Pak Fauzan, S.Pd. sudah ngebel saya. Dia menanyakan apakah saya sudah bisa berangkat menuju SMAN 1 Madat. Hari itu adalah Sabtu, 11 Oktober 2014, saya memang ada kesepakatan dengan SMAN 1 Madat. Jadwal yang sempat tertunda selama 1 bulan. Kegiatannya tidak terlalu besar. Saya diminta menemani guru-guru SMAN 1 Madat menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah disusun para guru.

Menjelang pukul 08 pagi kami berangkat dari kota Peureulak. Pake angkutan umum kelas jumbo. Gak seperti kepala sekolah lain, pak Fauzan, S.Pd. yang sudah hampir 1 priode di SMAN 1 Madat belum mau membeli mobil pribadi. Alasannya karena belum ada tempat untuk nyimpan mobilnya...hehehe. Dengan mobil umum pun lebih santai, tinggal bayar dan bisa nyantai sampai tujuan. Kalau beruntung dapat bonus tidur di kursi.

Udara pagi yang masih segar menemani perjalanan.Tidak ada halangan berarti. Hanya saja harus transit, ganti pesawat kalo di Kuala Namu, tapi karena ini kejadiannya di Kota Julok, maka cuma ganti mobil aja. Biasalah, sampai Julok sewanya tinggal kami bertiga. Tidak mungkin sang supir melanjutkan sampai ke Madat. Alhamdulillah, jumbo pengganti pun kencang lajunya. Sebentar saja sudah tiba di Desa Paya Demam. Desa ini adalah salah satu persimpangan terdekat menuju SMAN 1 Madat.

Musim panen, persimpangan paya demam sepi, tak ada RBT/OJEK. Kami pun terpaksa memanggil ojek pribadi, 2 orang guru laki-laki ditelpon oleh pak Kepsek Madat untuk jemput kami. Tak terasa perut pun keroncongan, sambil nunggu 2 orang sahabat tiba, saya makan lontong dan minum teh hangat. Pengen tau gimana sih rasanya lontong di Paya Demam ini. Ternyata benar dugaan saya, ini lontong enak banget dikunyahnya, dan rasanya juga khas. Gak lama bersih tuh piring ane embat isinya. Teh hangat pun melengkapi kenikmatan lontong sayur. 

Penjemput telah tiba. Pak Nawi dan Pak Kamar menjemput dengan 2 buah sepeda motor tua. Kedua penjemput ini pun kami ajak rehat dan minum kopi terlebih dahulu. Menunggu kedua sahabat ini minum, saya mendengar pembicaraan mereka dengan sang pelayan. Ternyata yang melayani saya tadi adalah alumni SMAN 1 Madat. Alumni ini punya sejarah hidup yang bikin saya sedikit terkejut, ternyata dia seorang mualaf bersama ibunya. Ya Allah, di daerah yang rawan saat konflik aceh dulu ternyata ada mualaf. 

Tak banyak info tentang sang pelayan yang mualaf bisa saya dapat. Kami segera meluncur ke SMAN 1 Madat. Sampai di depan sekolah saya langsung disambut senyuman para guru. Alhamdulillah, kali kedua saya bisa ke sekolah ini. Kegiatan bersama para guru ini sesungguhnya bukanlah pelatihan dari IN kepada dampingan, ini lebih tepat disebut sebagai kegiatan berbagi pengetahuan. Para guru sudah mengikuti diklat kurikulum 2013, MGMP, maupun bentuk kegiatan kolektif lain. Saya hanya menemani para guru untuk menyempurnakan apa yang sedang mereka kerjakan.

Pak Fauzan, S.Pd. membuka pertemuan di aula. Saya senang sekali bisa berada dalam kegiatan ini. Bisa diskusi tentang tugas profesi guru dengan para pelaku utama pendidikan. Fokus disksui pun mengarah pada hal yang paling ngetop di Indonesia saat ini "Kurikulum 2013". Serunya diskusi hingga harus memindahkan lokasi pertemuan. Lokasi pertama terasa kurang nyaman sehingga diusulkan pindah ke ruang guru. 

Meski sekolah ini berada di paling Barat Aceh Timur, namun saya salut dengan semangat berdiskusi guru-guru di sekolah ini. Dua sekolah yang telah mengundang saya untuk berdiskusi ini memang berada jauh dari Ibu Kota. Karena jauh dari pusat kota ini membuat mereka jarang dikunjungi pejabat teras. Jadi tidaklah salah bila saya coba menemani para guru. Semoga ada manfaat dari pertemuan singkat ini buat pribadi guru, saya, dan juga warga sekolah lainnya. Selamat menjalankan tugas profesi buat para guru SMAN 1 Madat. Dan spesial buat pak kepsek, semoga semua rencananya bisa direalisasikan.

Kamis, 16 Oktober 2014

“HOME SCHOOLING ALA AKTIVIS PENDIDIKAN”



Lebih dari 3 jam saya menunggu pertemuan ini. Sang tuan rumah tidak semudah saya dalam membagi waktu bahkan untuk sebuah pertemuan di kantornya sendiri. Galeri Balitaku dan kantor Majalah Potret adalah tempat tinggal sekaligus kantor bagi sahabat saya yang sudah saya kenal sejak tahun 1998 lalu. Perkenalan yang terjadi akibat adanya berbagai kegiatan Lembaga Swadaya Masyarakat Aceh.

Bang Tabrani, saya memanggilnya begitu, adalah seorang guru Bahasa Inggris yang aktif berkiprah dalam pengembangan pendidikan formal di sekolah dan nonformal melalui lembaga swadaya yang dipimpinnya yaitu CCDE. Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama sejak 10 tahun terakhir bahkan lebih. Jadi wajar kalau penantian tiga jam itu tidak berarti apa-apa dibandingkan kerinduan untuk mendapatkan diskusi dan pencerahan dari sosok aktivis senior ini.

Para staf di kantor Majalah Potret mengatakan Bang Tabrani sedang ada sesi. Dan memang benar, kami dapat telpon dari beliau langsung bahwa saat itu sedang mengisi sebuah Pelatihan di Hotel Mekkah Banda Aceh. Untuk memanfaatkan masa-masa menunggu itu, saya mengisinya dengan kegiatan mengunjungi toko buku Zikra di Kota Banda Aceh. Maklumlah, di tempat saya tinggal, di Kota Peureulak, belum ada toko buku selengkap Zikra Banda Aceh.

Dari toko buku kami kembali lagi ke Kantor Majalah Potret, dan tak lama kemudian Bang Tabrani pun datang. Kami saling sapa dan bertanya kabar, Alhamdulillah beliau tidak jauh berubah, bahkan tidak tampak wajah kesusahan yang tergores sedikitpun di wajahnya meski seluruh keluarga, anak-anak dan isterinya telah “merdeka” bersama musibah tsunami tahun 2004 lalu.

Satu hal yang masih saya dapati dari beliau dan tidak hilang sama sekali adalah bagaimana beliau mendidikk anak-anaknya dalam berbahasa. 2 orang anak beliau yang belum genap 8 tahun pun dan seorang yang masih belum bersekolah telah dilatih berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Komunikasi menggunakan bahasa Inggris ini saya tahu persis telah beliau lakukan sejak dahulu. Bagi beliau pembiasaan pengunaan Bahasa Inggris di rumah memiliki banyak keuntungan, antara lain:


  1. 1.       Menghemat biaya les Bahasa Inggris yang memang tidak murah lagi di Banda Aceh. Bayangkan kalau sejak kelas 5 Sekolah Dasar anak sudah harus les Bahasa Inggris, tentu tidak sedikit biaya yang dikeluarkan. Apalagi kalau sebuah keluarga punya banyak anak, lebih banyak lagi biaya yang harus dikeluarkan.
  2. 2.     KSetiap Saat. Kapan saja kita mau didik selalu ada kesempatan di rumah. Tidak harus menunggu jadwal les, pagi dan siang, sore ataupun malam selalu ada kesempatan berlatih. Bukankah semakin sering berlatih akan semakin membuat anak kita mahir.
  3. .       Pembelajaran kontekstual. Tidak perlu mengikuti jadwal les berdasarkan tema. Pada pagi hari pembelajaran bisa saja tentang bangun tidur. Di siang hari anak bisa dilatih komunikasi tentang makanan atau jajanan ringan, malam hari bisa tentang bulan purnama, dan lain-lain. Anak belajar berkomunikasi sesuai dengan suasana yang sedang dialami, langsung tanpa ada rekayasa tema. Pembelajaran yang sesuai dengan kondisi nyata dan langsung tentu akan lebih memudahkan proses pembelajaran dan memberikan ingatan yang lama dalam memory otaknya.
  4. 4.       Semua benda yang ada di dalam rumah dan di sekitar rumah adalah media pembelajaran gratis. Tidak perlu belanja media, kita tinggal memanfaatkan apa yang ada.
Tentu masih banyak keunggulan lain yang saya lihat dari proses pembelajaran komunikasi Bahasa Inggris di rumah. Dan saya tahu kalau sobat saya ini konsisten dengan gerakan pembelajaran bahasa inggris bagi darah dagingnya. Konsisten menjadi salah satu kunci keberhasilan pendidikan di rumah. Kalau dicermati lagi, apa yang telah dilakukan Bang Tabrani Yunis terhadap anak-anaknya mirip dengan kegiatan Home schooling. Meski tidak mirip 100%, tetapi bisa saja ini dikatakan home schooling ala aktivis pendidikan.
Ngobrol dengan Bang Tabrani ternyata terasa singkat. Tak terasa waktu beliau sudah habis untuk saya karena beliau harus kembali mengisi pelatihan lagi. Di saat-saat akhir diskusi, beliau menyatakan tentang keinginan meningkatkan kemampuan guru dalam kompetensi menulis. Namun kemampuan menulis ini juga harus dimbangi dengan kemampuan membaca. Dari dua kompetensi ini, membaca dan menulis ternyata yang harus didahulukan adalah kompetensi membaca. Sebagaimana ummat Islam diperintahkan dengan perintah Membaca (Iqra). Oleh karena itu misi selanjutnya adalah gerakan Sekolah Literasi atau sekolah Iqra di Aceh. Akankah ini menjadi gerakan seumpama home schooling di keluarga sahabat saya, mari kita jadikan sekolah literasi di Aceh ini gerakan pembelajaran seperti prinsip-prinsip home schooling ala aktivis. Selamat datang para agen literasi Aceh.
Garuda Plaza Hotel,

16 Oktober 2014