Sabtu, 13 Oktober 2012

TANTANGAN PENGAWAS MUDA

PENINGKATAN KOMPETENSI PENGAWAS MUDA


A. Rendahnya kepercayaan sekolah binaan
Karakter bangsa kita biasanya punya perhatian lebih untuk hal-hal yang baru, baik ditinjau dari sisi positif maupun negatif. Begitu pula halnya terhadap hal-hal baru yang terjadi dalam dunia kepengawasan. Pada masa lalu (sebelum tahun 2000), calon pengawas sekolah diangkat dari kepala sekolah (yang umumnya punya permasalahan), atau calon lain yang tidak punya kompetensi khusus dibidang kepengawasan. Sehingga, jabatan pengawas seperti keranjang sampah dalam dunia pendidikan (Surya Dharma, 2009). Akibat pola rekrutmen yang tidak mengangkat calon terbaik sebagai pengawas, citra pengawas sekolah di sekolah binaan menjadi sangat rendah. Stigma pengawas hanya datang untuk mendapatkan amplop (uang transportasi pembinaan) menjadi begitu kental dalam dunia kepengawasan. Citra negatif ini menjadi kebenaran umum atau universal tatkala pada saat itu pengawas juga tidak menunjukkan adanya kinerja yang profesional.
Kepala SMA Unggul, Kadisdik Aceh Timur H. Agussalim, SH, MH
dan Ketua Komite SMAN Unggul Atim Abdul Wahab
Sejak otonomi daerah, ada beberapa kabupaten/kota yang melakukan perubahan, misalnya di Kabupaten Jembrana Bali, Kabupaten Musi Banyuasin Sumsel, dan Kabupaten Aceh Timur melakukan upaya perbaikan citra dan wibawa pengawas sekolah dengan berbagai strategi. Di Aceh Timur, sejak tahun 2009, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur mulai membuat perubahan dalam pengangkatan pengawas, walau belum 100%, tetapi beberapa pengawas muda yang berasal dari jabatan guru langsung diangkat menjadi pengawas sekolah. Pengawas muda ini tentu saja ada yang telah memenuhi standar kualifikasi pendidikan S-2 (master). Pengangkatan pengawas muda dari jabatan guru ini tentu saja menjadi sesuatu yang baru, dan beberapa sekolah binaan memberikan respon terhadap hal baru ini secara beragam.

B. Pandangan sekolah binaan terhadap pengawas muda
Sekolah  binaan yang mendukung kebijakan pengangkatan calon pengawas sekolah dari unsur guru yang berprestasi menyambut kebijakan ini dengan konstruktif. Pengawas mulai dilibatkan sebagai mitra dalam pelaksanaan pencapaian visi dan misi sekolah. Misalnya, dilibatkan dalam setiap rapat rutin, perencanaan kegiatan sekolah, supervisi akademik dan manajerial, serta kegiatan kepengawasan lainnya. Tentu saja hal ini diikuti dengan perencanaan pengganggaran kegiatan sesuai dengan kemampuan sekolah.
Namun, ada sekolah binaan yang kurang memberikan contoh kesantunan positif terhadap kebijakan ini. Ada pengawas yang diliecehkan oleh kepala sekolah, misalnya dengan memberikan pernyataan "aneuk ban ceh kajeut ke fasilitator (anak baru netas/kemarin sore sudah sok jadi fasilitator_aceh)." Ada juga pengalaman pribadi ketika saya menjadi fasilitator sebuah MGMP untuk guru Madrasah Aliyah, dikatakan bahwa bagaimana mungkin pelatihan ini akan bagus kalau fasilitatornya "jeruk makan jeruk."  "Memang jeruk makan jeruk, tapi jeruk yang satu adalah jerung unggul, bukan sembarang jeruk." Untung ada pak Kadis yang ngomong begitu, membela kualitas pengawasnya. Tidak selesai sampai di situ, ada juga kepala sekolah yang menyalahkan kebijakan itu, "guru pintar dan berkinerja bagus dijadikan pengawas, tinggalah guru-guru yang kurang bagus di sekolah, kapan pendidikan kita mau maju!" ucap kepala sekolah begitu bersemangat menolak kebijakan tersebut.
Dan banyak lagi pernyataan yang menunjukkan adanya sikap tidak senangnya sekolah binaan kepada pengawas muda. Mau dibilang apa, mereka tidak bisa kita salahkan, karena hal ini adalah sesuatu yang baru, jadi wajar kalau mereka belum tahu dan agak sedikit ragu terhadap kemampuan pengawas muda.

C. Menjawab keraguan dan cemoohan dengan kesantunan positif
Rekan guru, penting dalam peningkatan kompetensi pengawas
Memulai tanpa contoh. Adalah salah satu hal tersulit yang harus pengawas muda jalani setelah pelantikan. Apalagi kalau saat kita datang ke sekolah, jangankan guru, kepala sekolah saja tidak tahu kalau kita adalah pengawas mereka yang baru dilantik kemarin. Kita isi buku tamu dulu, terus ditanya oleh piket "ada perlu apa, mau jumpa dengan siapa?", ada juga yang sok akrab, dan banyak hal lainnya. Yang paling sering, kita langsung diminta untuk memberikan contoh cara-cara mengajar yang baik di kelas. Pokoknya, semua permintaan yang berujung pada tekanan terhadap kompetensi pengawas muda di sekolah binaan itu.
Bagaimana menyikapi itu? kita lakukan saja observasi dulu, kan masih bebas, masih sebagai tamu. Kita jadi tau, kalau jam PBM di sekolah itu ternyata kacau, tidak jelas kapan masuk, kapan keluar istirahat, bahkan ada siswa tidak tahu tuh berapa lama jam istirahatnya. Gak pasti gitu, kata mereka.
Meskipun muda, tapi kita "pengawas sekolah" adalah orang yang dituakan. Itu salah satu pernyataan dari kepala sekolah yang mendukung kebijakan pengangkatan pengawas muda. Nah, di sekolah yang mendukung ini pengawas sekolah justru punya kesempatan banyak untuk belajar menjadi pengawas yang baik. Kita bisa mempelajari bagaimana suasana sekolah di luar sekolah tempat kita bertugas dulu. Guru-guru juga punya sikap menerima ketika kita minta untuk melakukan observasi kelas. Observasi kelas yang sebenarnya masih dalam rangka belajar melaksanakan supervisi akademik. Dari sekolah yang mendukung ini, biasanya kompetensi kepengawasan kita berkembang.
Berikut adalah beberapa sekolah yang sangat mendukung saya saat awal bertugas sebagai pengawas tahun 2009 s.d 2011:


No
Nama Sekolah
Nama Kepala Sekolah
1
SMA Negeri 1 Idi Rayeuk
Saiful Basri, S.Pd
2
SMP Negeri 1 Pante Bidari
Muhammad, S.Pd.
3
SMP Negeri 1 Simpang Ulim
Hamidiah Goknaima, S.Pd.
4
SMP Negeri 1 Idi Rayeuk
Hasballah, S.Pd.
5
SMP Negeri 1 Peureulak
Ishak Aksa, S.Pd.
6
SMP Negeri 1 Rantau Seulamat
H. Jasman, S.Pd.
 
Selain sekolah-sekolah binaan tersebut, ada juga sekolah yang bukan binaan, tetapi punya peran penting di masa saya mulai meniti karir sebagai pengawas, yaitu:

No
Nama Sekolah
Nama Kepala Sekolah
1
SMA Negeri Unggul Aceh Timur
Drs. M. Thaib M.Syah, M.Pd.
2
MAS Alwidyan
Yusuf, S.Pd.
3
SMA Negeri 1 Peureulak
Drs. Husaini, S.Pd., MM.
4
SMP Negeri 1 Julok
H. Lukman, S.Pd.
5
SMP Negeri 5 Alue Teh
Roslina, S.Pd.
6
SMP Negeri 1 Peudawa
Razali, S.Pd.


Bersama Korwas, Fakri, S.Pd.,ketua tim dalam kegiatan
peningkatan kompetensi pengawas sekolah
Di sekolah-sekolah yang mendukung, kita bisa memulai membuat program pengawasan, melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan penilaian sekolah binaan karena sekolah membuka diri untuk pengawas sekolah. Tetapi, di luar sekolah-sekolah itu, sekolah lain juga banyak yang membantu, hanya saja perannya mungkin tidak sebesar 11 sekolah di atas perannya.
Inti kesantunan positif yang harus dimiliki pengawas muda adalah "bahwa bila kita ikhlas menerima pekerjaan ini, insya Allah pertolongan Nya pasti akan datang dan membuat kita dapat menyelesaikan semua amanah tugas yang diembankan." Amin

D. Lakukan pengembangan kompetensi kepengawasan secara mandiri
Untuk dapat melakukan tugas sebagai kepengawasan, kompetensi di berbagai bidang harus kita kembangkan atau tingkatkan secara mandiri, karena bila kita berharap program itu dari pemerintah, kita akan tertinggal dengan perkembangan yang ada di sekolah binaan.
Hal-hal yang telah saya lakukan antara lain:
  1. Mengikuti lomba penulisan karya tulis ilmiah tingkat provinsi,
  2. Mempelajari produk perundang-undangan atau kebijakan bidang pendidikan,
  3. Menyelenggarakan kegiatan MGMP mandiri di sekolah binaan,
  4. Bekerja secara tim dengan pengawas senior, terutama untuk supervisi manajerial kepala sekolah,
  5. Meningkatkan kemampuan penggunaan ICT,
  6. Mendokumentasikan seluruh kegiatan pengawasan dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pendidikan,
  7. Menjadi pembina upacara di sekolah binaan yang terjangkau waktunya
  8. Mengikuti rapat-rapat di sekolah binaan.
  9. Berkunjung secara formal dan nonformal ke sekolah binaan,
  10. Memberikan bimbingan dan pendampingan pembuatan karya tulis guru di sekolah binaan untuk diikutkan pada lomba-lomba tertentu di tingkat kabupaten, proinsi dan nasional.
  11. Lakukan modelling bagi guru dalam pembelajaran di kelas.
  12. Membangun komunikasi dengan para wakil, guru senior, dan guru-guru yang punya pemikiran kritis di sekolah binaan, agar kita dapat menyusun program kepengawasan secara utuh menjawab kebutuhan teman-teman, para guru di sekolah binaan.
Teman-teman para pembaca tentu punya cara lain yang lebih paten untuk meningkatkan kompetensi kepengawasan.

E. Komunikasi aktif dengan pejabat struktural
Sumberdaya yang paling pening saat ini, di atas sumberdaya alam malah, adalah informasi. Menguasai informasi menjadi salah satu kunci pengawas mampu melakukan kegiatan kepengawasan secara terarah sesuai visi misi sekolah dan Renstra Dinas Pendiikan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, hubungan dengan Korwas, Kepala Dinas dan Jajarannya, menjadi sangat penting untuk dibangun. Misalnya, ada informasi pelatihan atau penataran, kita bisa mengajukan siapa guru dari sekolah binaan yang layak dan harus diikutkan sebagai peserta atau fasilitator dalam sebuah kegiatan. dan hal-hal lain yang hanya bisa diketahui dengan cepat oleh pengawas sekolah.

Akhirnya, segala kegiatan apapun dalam tugas kepengawasan ini, pada intinya harus dikembalikan pada  pemilik hak mendapatkan pelayanan publik yang sebenarnya yaitu "PESERTA DIDIK". Merekalah sebenarnya yang harus dijamin mendapatkan pelayanan terbaik dari satuan pendidikan yang kita bina. Semoga, dengan kerja pengawas sekolah, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan di sekolah, para siswa kita akan menjadi siswa yang ideal bagi kehidupan masa depan negeri ini.
Selamat bekerja rekan-rekan pengawas, terima kasih kepada para kepala sekolah, rekan-rekan guru di mana pun berada, dan seluruh tenaga kependidikan, atas sumbangsih dan kontribusinya dalam peningkatan kinerja kepengawasan di Kabupaten Aceh Timur.

Wasssalam.

Minggu, 07 Oktober 2012

SUPERVISOR MANAGEMENT

THE MODERN SUPERVISOR



Pengunjung yang budiman, tadinya postingan ini mau saya tulis dalam bahasa Inggris, sambil berlatih sebelum kunjungan ke Singapore dan Malaysia pada 5,6 dan 7 Nopember 2012. Tapi baru satu kalimat aja udah bingung mau ngelanjutinnya..hehehe..Takutnya gak sampe apa yang diinginkan dari tulisan ini. Pembaca bisa lihat, judulnya sudah oke betul, kan! (Jampoek_Aceh).

Dalam seminggu ini, saya fokus membaca Bab 2 buku karya Surya Dharma, PhD. tentang Wibawa dan Profesionalitas Pengawas Sekolah. Lumayan menarik bukunya. Isinya tentang bagaimana pemikiran pak Surya dalam rangka peningkatan kinerja pengawas sekolah. Pada detik-detik akhir membaca buku itu, muncullah ide menulis postingan ini. Jadi, apa yang kali ini saya tulis ada yang memang dari isi bab 2 buku tersebut. Untuk menambah wawasan, saya juga menambahkan dengan beberapa slide presentasi Pak Hendarman, Ph.D. Salah seorang dosen yang sangat komunikatif, selain mengajar di UI, Pak Hendarman bertugas di Pusat Penelitian dan Inovasi Kurikulum Kemendikbud, di Senen Jakarta Pusat.

Agar dapat menggambarkan perbedaan antara pengawas masa kini (modern) dengan pengawas masa lalu, kita bisa membandingkan dalam banyak variabel atau faktor pembeda. Oleh karena itu, kita coba lihat perbedaan itu pada tabel di bawah ini. Tabel ini pun aselinya berjudul TRANSFORMATION OF HIGHER EDUCATION MANAGEMENT.  Tapi saya rasa ini penting untuk diketahui oleh pengawas sebagai tenaga fungsional tertinggi dalam sistem pendidikan kita.


Faktor Pembeda
Old Paradigm/
Pengawas Jadul
New Paradigm /
Pengawas Modern
Strategy
Planned
Entrepreneurial
Structure
Hierarchy
Network
System
Rigid
Flexible
Staff
Title + Rank
Helpful
Style
Problem-Solving
Transforming
Skills
To Compete
To build
Shared-Value
Better-Sameness
Meaningful-Difference
Focus
System/
Institution
Institution/
Individual
Source of Strength
Stability
Change
Leadership
Dogmatic
Inspirational

Itu yang saya kutip dari slide presentasi pak Hendarman. Untuk faktor leadership misalnya, dulu sering pengawas itu berprilaku seolah sedang menyampaikan dogma tertentu, sulit berdiskusi yang dua arah. namun sekarang, pengawas harus mampu menginspirasi banyak orang di sekolah binaannya, agar terus berbuat yang terbaik bagi profesi yang sedang diemban. 

Pengawas jadul juga terbawa gaya menjaga stabilitas, sehingga kalau observasi kelas akan senang saat menjumpai kelas yang tenang, adem, gak ribut, walaupun di dalam kelas kadang siswa sedang tertidur sekalipun. Stabilitas identik dengan ketenangan. Tapi pengawas sekarang beda, kami sudah faham tentang model-model pembelajaran, kami juga diajarkan paradigma baru pendidikan yang telah berubah dari teaching menjadi learning. Sehingga akan senang kalau ada kelas yang ribut, berarti ada learning di dalam kelas itu, diskusi, bermain peran, demonstrasi, atau memang sedang praktek membuat drama yang skenarionya perang teluk.

Fokus pengawas saat ini pada akhirnya memang pendampingan individu. Setiap guru harus bisa dipastikan pernah mendapatkan pembinaan dari pengawasnya. Hal ini berbeda dengan pengawas jadul, yang umumnya cuma sampe di ruang kepala sekolah...hemm. Faktor lainnya bisa teman-teman analisis sendiri ya.

Sedangkan dari buku pak Surya Dharma kira-kira bisa kita baca dari rangkuman yang saya buat di bawah ini. Tentu saja saya memaparkan dengan redaksi bahasa sendiri, tujuannya agar bisa dibaca dengan santai saja, tidak terlalu serius.


No
Faktor Pembeda
Guru Jadul
Guru Modern
1
Pola rekrutmen
Subyektif, sesuai selera bupati/walikota atau dinas
Tes, dengan memperhatikan kualifikasi dan kompetensinya, sesuai Permendiknas 12 thn 2007
2
Kriteria calon pengawas
Siapa saja boleh jadi pengawas, termasuk yang sudah hampir pensiun, guru atau kepala sekolah bermasalah, atau PNS dari dinas lain yang ingin memperpanjang menunda masa pensiun
Guru III.c, punya pengalaman 8 tahun mengajar. atau
Kepala sekolah III.c, pernah jadi kepala sekolah minimal 4 tahun,
Kualifikasi akademik S1 atau S2.
3
Jam kerja
Gak jelas, terserah kapan mau kunjungan ke sekolah, tidak terjadwal
Terjadwal, harus melakukan 24 jam tatap muka per minggu, sehingga dalam setiap minggu harus mengunjungi sekolah binaan
4
Posisi dalam struktur organisasi
Bagian Tenaga Fungsional, Kanwil Depdikbud Propinsi
Tidak jelas..hehehe
5
Pakain dinas saat ke sekolah binaan
Baju Safari dengan 8 kantong, 4 kantong di luar, 4 kantong lagi di bagian dalam baju. Kata pak surya, hanya pengawas kala itu yang bisa menjawab kenapa kantongnya sampai 8 buah.
Baju biasa, kadang batik atau baju dinas harian, sama seperti yang digunakan guru dan kepsek
6
Fokus utama kunjungan
Jalan-jalan melihat keadaan sekolah, ngecek kamar mandi, taman, dll, ditemani oleh kepala sekolah
Melakukan pembinaan, pemantauan, atau bahkan untuk mengadakan pelatihan, sesekali melakukan pemantauan
7
Kendaraan yang dipakai saat kunjungan ke sekolah
Umumnya kijang, yang dibeli saat menjabat kepala sekolah
Pake sepeda motor, angkot, dan ada yang numpang mobil pengawas lain.
8
Respon sekolah binaan saat dikunjungi
Banyak yang takut, dan berdoa semoga pengawas tidak datang lagi
Ada yang mengundang untuk berbagai kegiatan.
9
Kemampuan ICT
Kurang, jarang yang marah kalau dikasih RPP dalam bentuk soft copy, harus tulis tangan
Mantap, tidak menolak untuk berbagi soft copy
10
Rata-rata usia pengawas
Rata-rata berumur 53 saat diangkat
Rata-rata berumur 35 saat mulai bertugas
  
Tentu saja kebenaran dari tabel itu tidak berlaku absolut. Selalu ada the bad people or the good people pada jaman dulu dan masa kini. Dan tentu saja masih banyak perbedaan lain bila kita memang mau menelitinya secara cermat. Satu hal mungkin yang mesti kita sepakati dengan diri kita, bahwa dimanapun, apapun, posisi dan peran kita, semua bermuaranya satu pada peningkatan kualitas anak didik kita agar kelak menjadi anak bangsa yang mampu hidup lebih sejahtera dari kita berbekal ilmu yang diperoleh dari guru-gurunya...Insya Allah, Amin...