Kamis, 31 Maret 2016

Dedikasi Bang Korwas



Sejak mengenalnya tahun 2009 beliau tidak pernah berubah. Kesederhanaan dan ketulusan menjalankan titah masih seperti yang dulu. Tak pilih-pilih, apakah itu pelosok yang dituju, gunung bercampur lembah yang harus dilalui, beliau tetap pergi menghampiri para guru dan siswa yang merupakan stakeholder utama kerja pendidikan. Merekalah yang harus diutamakan, bukan yang lain, bukan saya, bukan kamu, dan bukan yang itu. Ngerti, kan! Ngurus pendidikan adalah ngurusin dan ngelayanin siswa agar mereka bisa jadi generasi emas di masa depan dan kelak memimpin negeri ini. Jika anda masuk dalam kerja pendidikan tapi mencari kaya, jabatan, dan kepingin cuma enaknya aja, sebaiknya minggat saja dari sini. Kelaut sana.

Sosok sederhana ini bersama saya dilantik sebagai pengawas sekolah. Saat itu Aceh Timur sedang membenahi lembaga pengawas sekolah. Merubah image "tempat parkir bekas kepala sekolah" menjadi lembaga yang profesional dan siap mendukung program-program pemerintah di bidang pendidikan. Pelantikan yang sangat sederhana di Aula Dinas Pendidikan Aceh Timur  yang lama di Kota Langsa. SAya masih ingat, waktu itu yang dilantik pengawas semua, plus satu orang pejabat eselon (menengah). Ternyata kalau yang dilantiknya pengawas, suasana setelah pelantikan beda, gak ada yang ngajak makan-makan...hehehe. Coba kalau pelantikan kepala sekolah, setelah pelantikan pasti nyelonong ke tempat makan paling pas. Ya pas harganya, juga pas rasanya.

Silh berganti, saya dan sobat akrab ini berbagi peran. Kalau ada permintaan untuk melatih atau menjadi fasilitator, saya akan langsung terima, menyanggupi. Begitu tiba tanggal mainnya, biasanya sering beradu jadwal, langsung saja saya meminta dengan hormat beliau untuk didaulat menjadi fasilittator dadakan. Kompak, tak ada pilih-pilih kerjaan. Semua beban dibagi merata, begitu juga hasilnya tak pernah tertukar. Waktu situasi masih belum terlalu kondusif. Beberapa daerah pedalaman masih meninggalkan jejak konflik. Namun begitu, Alhamdulillah, kami bisa menjalaninya dengan selamat, aman hingga saat ini.

Bukan cuma job sebagai fasilitator, jatah pelatihan keluar daerah pun kami bagi sama. Tentu saja saya paling senang kalau ada tugas pelatihan di Jakarta, bisa sekalian pulang kandang, eh .. pulang kampung. Paling gak enak kalau pelatihannya di Banda Aceh, bosen. Mungkin karena sudah terlalu sering maka timbulnya bosen. Kenapa sering? itu tentu ada sebabnya. SAat itu masih ada beberapa orang pengawas senior yang bertahan. Jadi kalau jatah mereka pergi pelatihan, bisanya banyak halangannya, ada acara keluarga, kurang sehat, atau tidak bisa IT. Sehingga saya dan sahabat saya itulah yang bergantian berangkat. Untung sekarang sudah lebih maju, sehingga panitia bisa mendeteksi mana yang ahli pelatihan dan mana yang bukan.

Banyak sudah yang dihasilkan oleh kolaborasi kami di lembaga pengawas. Antara lain telah terbentuknya lembaga pengawas yang profesional. Orang-orang muda berkumpul dan saling mendukung. Kenaikan pangkat sekarang lebih mudah. Kenapa? karena para pengawasnya bisa memberikan bimbingan terlebih dahulu sebelum diujiankan atau diseminarkan.Intinya, semua karya itu sudah bisa dinikmati oleh guru dan siswa saat ini.

Suatu ketika, sobat saya berniat membeli mobil. Maka usahalah dia, sehingga terbelilah mobil Toyota tipe LGX. Alhamdululllah, sekarang mobil LGX BL 889 JZ sudah menjadi mobil dinas, alias seirng ditumpangi sama orang dinas. Hehehe. Mobil itu banyak jasanya bagi dunia pendidikan di ACeh Timur. Banyangkan saja, para kepala dinas yang punya DIPA saja mobilnya plat merah. Eh malah pengawas yang hanya menerim agaji dan TPP ini harus menjalankan program itu. Namun begiktu, kami berdua tetap stabil waktu itu. Walaupun mobil pribadi sudah menjadi seperti mobil dinas 

Saat ini, beliau adalah anggota dewan  pembina GI Aceh Timur. Semoga apa yang beliau cita-cita tercapai dan kelak akan memimpin dinas pendidikan ini. Semoga bisa tetap kolboarsi meskipun tupoksi kita sekarang berbeda.

wassalam