Minggu, 04 September 2016

SEMINAR LITERASI DI BENER MERIAH



Seminar Gerakan Literasi Sekolah yang dilakukan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bener Meriah Propinsi Aceh begitu menantang. Bukan hanya menantang karena lokasi pelaksanaan di Dataran Tinggi Aceh, SMAN 2 Bandar Kabupaten Bener Meriah, tetapi memang banyak kejutan berupa tantangan yang menyertai seminar ini. Mau tau apa saja tantangannya!!!
Tantangan Pertama, perjalanan saya sebagai Fasilitator dari Kota Peureulak ke Kota Pondok Baru terbilang menantang, mungkin lebih tepatnya tak sesuai jadwal. Ketua IGI Kab. Bener Meriah, Pak Alimin Sutoyo berencana menjemput kami sepulangnya beliau dari Medan, tepat setelah shalat Jumat, 2 September 2016  selesai. Saya senang sekali mendengar akan dijemput, sehingga nantinya bisa melewati jalur baru, yaitu jalur Bekas Pabrik Kertas Kraft Aceh (PT KKA). Jalur baru ini katanya bisa menghemat waktu perjalanan sebesar 3 Jam. Wow, ini tantangan menarik dan pastinya akan menyenangkan, jalan baru dengan suasana baru bikin hilang jenuh mendaki hingga ke dataran tinggi nanti.
Namun kenyataannya berbeda. Hingga pukul 20.00 WIB, penjemputan tidak terjadi. Untuk situasi yang semi gawat ini, akhrnya saya putuskan pergi dengan mobil sendiri menggunakan jalur Lama. Tantangannya tentu menjadi lebih berat, waktu tempuh yang lebih lama, kedatangan di pagi buta, menelusuri jalur lama yang berkelok, sempit dan jalan yang tak mulus. Satu kata “yakin pasti selamat, karena ini misi suci menyebarkan perintah Iqra, perintah literasi untuk guru-guru di Bener Meriah.
Tantangan Kedua. Jam 3 Subuh saya yang ditemani Anak Pertama saya, sudah tiba di Simpang Tritit. Ini adalah simpang yang jalurnya paling saya hafal saat hendak ke Bener Meriah. Untuk mengisi 2 jam lagi menjelang subuh, kami parkirkan mobil di Mesjid Tritit dan mengambil posisi kursi rebah ke belakang alias posisi tidur. Cuaca yang dingin, mesin mobil kami matikan, maka 2 jam berlalu hingga azan subuh bangunkan kami terasa begitu singkat.
Tantangan ketiga, pagi buta selesai shalat subuh kami langsung bergerak menuju Bener Meriah, yaitu di Kecamatan Bandar. Luar biasa, baru 5 menit bergerak, sudah menemukan pengumuman “maaf, jalan anda ditutup karena ada perbaikan jembatan”. Waduh, gimana nih. Jalur ini Cuma yang saya tahu, mesti lewat mana. Kami pun berusaha menelusuri jalur-jalur alternatif hasil bertanya kepada warga. Dan ini juga nantinya yang menghantarkan kami tersesat. Masuk ke jalur buntu yang penuh dengan rumput gajah. Mungkin body mobil pun banyak yang tergores ringan sebab jalan yang sempit dengan sisi kiri kanan ditumbuhi rumput gajah. Susah payah, akhirnya saya bisa memutar kepala mobil dan siap meninggalkan jalan buntu tersebut. Keluar jalur buntu kami masuk jalur besar. Ini pasti menuju Kecamatan Bandar, namun ternyata jalan ini pun putus di tengah jalan, mobil tak bisa melintasi jalur ini. Akibatnya kami mundur dan segera belok kanan, namun ternyata, jalan ini berujung di lapangan pacuan Kuda. Oh, perut lapar tapi jalur yang dicari belum juga ketemu. Kami berbalik putar haluan. Di persimpangan kembali kami bertanya pada warga, jalur baru pun didapat. Menulusuri jalur baru yang cantik membuat kami yakin, ini pasti ke Bandar yang kami tuju. Lah, rupanya ini jalan berujung disimpang jalan kembali ke Perlak. Luar biasa, berputar putar hampi 2 jam, ujungnya malah berada di jalan kembali ke rumah. Ah, putar haluan lagi dan bertanya lagi kepada penjaga kedai yang kali ini jawabannya agak kurang ramah. Hehehe
Tantangan keempat. Singkat cerita,setelah bertanya beberapa kali, tibalah kami di rumah Pak Alimin Sutoyo, ketua IGI Bener Meriah yang mengundang saya. Tantangan mandi air dingin, hehehe. Kalo aja gak inget mau ngasih materi Literasi, rasanya mending gak usah mandi. Pasti dingin banget ini. Musim kemarau saja di sini airnya kayak air es batu, apalagi ini sedang musing penghujan. Dahsyat ini tantangannya.
Tantangan kelima, memberikan presentasi sementara kondisi sangat lebih karean semalaman nyetir mobil sendirian gak ada supir serap. Saya minta waktu 1 jam untuk bicara, eh ternyata tembus 2 jam. Alhamdulillah tantangan utama sukses dalam presentasi telah saya lalui.
Hingga tulisan ini dibuat, rasanya ingin segera tidur, tapi siap shalat magrib nanti, para anggota IGI Bener Meriah menunggu di sebuah tempat yang asyik untuk berdiskusi pengembangan IGI Kab. Bener Meriah. Semoga acara nanti malam sukses.

Bandar, 3 September 2016.
Nurdin

Waketum IGI pengembangan regional sumatera