Rabu, 26 Februari 2014

FUNGSI DOKUMENTASI BAGI PENDIDIK

"Kita tidak bisa kembali ke masa lalu."
Dokumentasi Seminar
Tidak bisa dibantah kebenaran kalimat yang sudah tua ini. Waktu yang telah berlalu dan telah menjadi masa lalu memang tidak mungkin bisa didatangi lagi. Mesin waktu dari kantong sakti doraemon pun belum ada wujud aselinya, masih sebatas imajinasi orang-orang pintar di Jepang.

"Andai bisa kembali ke masa lalu saya akkan melakukan lebih banyak hal yang positif."
Bisikan hati orang-orang yang sadar di masa depannya tentang betapa pentingnya pengalaman di masa lalu itu. Banyak kesempatan melakukan perbuatan positif pada saat ini yang berlalu tanpa hal berarti. Itulah pentingnya waktu sebagaimana banyak dituliskan dalam Kitab Suci. Orang-orang yang pandai menghargai waktu, walau berbuat hal kecil pun namun dilakukannya di waktu yang tepat, biasanya akan menemukan kesuksesan di masa depan.

“Masa lalu tidak bisa didatangi lagi, namun pengalaman masa lalu itu bisa dibawa ke
Pelatihan Guru
masa depan.” 
Pengalaman adalah oleh-oleh dari masa lalu. Begitu banyak detik-detik yang kita lalui sebagai pendidik di sekolah, bersama siswa, teman sejawat, kepala sekolah, dan warga sekolah lainnya, tentu akan menghasilkan pengalaman yang bermanfaat buat kehidupan di masa depan. Oleh karena itu ingatan terhadap kejadian masa lalu harus terjaga agar bisa terus kita bawa dan menjadi pedoman bagi orang-orang yang membutuhkannya di masa kini.

Olimpiade Sains SD
“Seiring berjalannya waktu dan bertambah pula usia, semakin lemah lah daya ingat memori kita terhadap pengalaman di masa lalu.”
Setiap yang baharu punya masa pakai. Ibarat mesin tentu ada masa garansinya. Otak ini pun begitu pula adanya. Masa cemerlangnya akan berkurang seiring perjalanan waktu. Apa yang diingat oleh otak manusia tentu bisa saja lupa sedikit demi sedikit seiring perjalanan waktu. Tanpa alat bantu kita bisa saja lupa nama siswa kita 5 tahun lalu. Kita tentu tidak dapat mengingat kisah pembelajaran kita hari demi hari yang terjadi di masa lalu. Walau biasanya kita ingat betul wajah murid kita yang paling pandai, yang paling bandel, yang suka bolos, yang nunggak uang fotokopian dan belum dibayar sampai sekarang. Itulah, ada juga rupanya ingatan yang lengket kaya ulat bulu keket, susah pula untuk dilupakan.

“Dokumentasi, mencegah hapusnya ingatan penting di masa lalu dari memory otak.”
Pesantren Wirausaha Jonggol
Seorang guru harus berada di dalam kelas selama 24 x 45 menit setiap minggu. Bila setiap kelas pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit, maka guru atau pendidik akan bertugas di dalam 12 kelas. Bila rata-rata jumlah siswa per kelas ada 32, maka guru akan merekam ingatan pengalaman masa lalu sebanyak 12 x 32 orang. Banyak yang unik, tidak sedikit kejadian menarik yang akan menjadi istimewa saat disajikan di masa kini. Oleh karena itu dibutuhkan alat bantu berupa hasil dokumentasi. Selain dengan otak kita yang terhubung dengan indera, para guru ada baiknya melakukan rekaman juga menggunakan teknologi, seperti kamera HP untuk mengambil foto, rekaman video dari webcam
Seminar Hasil PTK
komputer/laptop. Hasil dokumentasi inilah yang membantu otak kita saat ada sesuatu yang penting tapi kita terlupa. Apa yang telah dilakukan oleh guru senior 20 tahun yang lalu masih bisa kita nikmati dan tentu saja dapat mengambil hikmah dan pelajarannya apabila ada dokumentasi yang tersaji di masa kini. 

“Sudahkah guru memiliki bekal dokumentasi yang cukup untuk “dihidangkan” bagi guru lain pada 10 atau 15 tahun mendatang?”
Penting menanamkan kesadaran pada guru agar memiliki warisan dokumentasi, baik berupa dokumentasi yang berupa tulisan, gambar, maupun video atau film. Inilah warisan akademik yang sangat berharga bagi dunia pendidikan masa depan. Jangan sampai generasi kita
TWC 2
mengadopsi prilaku orang lain karena memang orang lain itulah yang menawarkan dokumentasi terlengkap buat generasi masa depan.

Bila anda guru, sudahkah membuat dokumentasi suasana kelas anda hari ini?
Ada begitu banyak dokumentasi berupa foto dan video. Meski usianya baru 5 tahun dan tersimpan rapih di dalah notebook, tapi saat disajikan minggu lalu beberapa potongan video di sebuah kelas terasa bahwa itu sudah begitu jadul. Namun siswa semuanya senang bisa belajar dari aktivitas kelas abang dan kakak  nya tempo doeloe.

Mari kita dokumentasikan masa kini agar generasi masa depan bisa belajar dari masa lalu kita...



Selasa, 18 Februari 2014

NASIB PETANI KITA

Mungkin judul di atas terkesan sederhana, malah agak sedikit kampungan. Gini hari, di era teknologi jadi raja dan teman akrab kehidupan manusia kok masih ngomongin petani. Berlumpur ke sawah, gak jaman lagi kata anak muda masa kini. "SAya saja bersekolah tinggi-tinggi sampai ke luar negeri yah supaya gak disuruh si mbok bantu-bantu di sawah," kata seorang mahasiswi yang baru saja di wisuda. 

Bicara tentang petani kok seperti masuk dalam kehidupan negara dunia ketiga, yang tertinggal, bodoh, dan miskin. Tidak banyak yang tahu bahwa sehebat apapun peran teknologi tidak akan pernah bisa membuat pabrik padi. Padi hanya bisa dihasilkan di sawah, atau di media lain yang memungkinnya untuk tumbuh. Tetapi intinya tetap, padi harus dibudidayakan dan tidak bisa dibuat dengan teknologi canggih buatan Indonesia masa depan. Itulah kenapa diskusi tentang petani ini menarik untuk saya postingkan.

Tak sengaja pada beberapa minggu lalu saya bertemu sahabat lama. Dia adalah seorang guru Sosiologi yang telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai guru PNS. Sayang memang menyaksikan seorang dengan kompetensi lengkap untuk menjadi guru harus keluar dari profesi ini dan sekaligus keluar dari keluarga besar Aparatur Sipil Negara. Dia keluar karena merasa ada benturan ideologi antara kerja formal (PNS) dengan kerja di lembaga sosial yang memang sudah dilakoninya sejak dari bangku kuliah di Universitas Syiah Kuala. SEbagai kawan diskusi yang sudah lama tak bersua kami pun melakukan obrolan santai di rumahnya yang terletak di Kota Langsa, Gang Mawar Lorong D.

Beginilah kira-kira petikan pembicaraan ringan kami yang berlangsung sore hingga menjelang shalat Isya.
Teman (T) : Dimana sekarang posisi, Be (dia memanggil saya Babe)
S : Pulang S.2 diangkat jadi pengawas lagi, tapi gak di SMA atau SMP, melainkan di SMK.
T: Makin mantap lah itu.
S : Mantap sih mantap, tapi jaraknya jauh-jauh kali antara satu SMK dengan SMK lain.
T : Berapa orang pengawas SMK di Aceh Timur
S : Cuma saya, sendirian.
T : Gimana kegiatan di SMK, maksud aku di SMK pertaniannya!
S : SMK pertanian tidak banyak di Aceh Timur, yang secara khsusus membuka jurusan pertanian kalau tidak salah ada 3 sekolah.
T : Apa kegiatan mereka? Maksud aku apakah ada kegiatan seperti pengembangan pertanian organik, dan hal-hal yang berhubungan dengan itu.
S : yang ke arah pertanian organik belum ada. Paling-paling juga kegiatannya seputaran praktek-praktek pertanian biasa.
T : berarti sama dengan kegiatan di Fakultas pertanian, ya?
S  : begitulah kira-kira. Kan para gurunya juga tamatan dari kampus itu.
T : Aku pikir ada kegiatan yang berhubungan dengan pertanian organik. Karena kulihat sekarang ini padi lokal kita itu makin susah dicari bibitnya. Kalau SMK ini lembaga pendidikan seharusnya ada upaya pelestarian bibit lokal ini, paling tidak untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. SMK mestinya mengembangkan demplot-demplot bibit lokal itu.
S: Dari pemantauan selama ini, belum ada SMK yang punya kegiatan itu.
T : kalau kita tidak selamatkan bibit lokal kita, suatu saat kita tidak bisa menanam padi lagi. Bibit padi sekarang harganya mahal. yang 5 Kg saja sekarang harganya sudah Rp. 250.000. Bukan mustahil kalau permintaan makin banyak harganya bisa 1 juta tahun depan.
S: mestinya memang begitu. lembaga sosial juga tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, belum ada di kurikulum kita yang spsesifik bergerak pada kegiatan petanian organik. 
T : Betul, makanya ini momen yang sangat baik untuk menindak lanjuti. Di diklat kita sekarang fokus pada budidaya padi lokal kita. Khawatir kita dengan keadaan ke depan. Kalau petani tidak diberikan bibit, suatu saat bisa saja petani kita tidak punya uang untuk melakukan kegiatan pertanian.
S: jelas, modal bertani semakin lama kan semakin besar. harga makin tinggi sementara inflasi juga jalan terus.
T : itulah, belum lagi sudah mulai itu gerakan pembuatan sertifikat murah, mobil larasita sudah keliling kampung. Bagus memang petani punya sertfikat atas tanahnya, tetapi nanti sertifikat itu kan bisa saja digadaikan karean petani butuh modal untuk kegiatan bertani. 
S : bisa jadi, apalagi kebijakan subsidi terhadap petani juga makin dikurangi.
T : ada negara yagn sudah siap itu membeli semua sertifikat kita. Ujung-ujungnya nanti petani kita jadi buruh atau kuli di tanahnya sendiri.
S : parah betul kalau sampai itu terjadi, dimana negara?
T : semoga saja tidak sampai itu terjadi.
S : ia, mudah-mudahan begitu.
T : jadi kapan kita bisa diskusi lagi di diklat.
S : insya Allah, nanti kalau ada waktu saya coba kunjungi diklat.
Kira-kira itulah hal-hal utama yang terekam dari diskusi singkat di rumah sobat lama. Semoga keluarnya dia dari PNS membawa kebaikan untuk para pahlawan pangan Indonesia.

Minggu, 16 Februari 2014

KASIH SAYANG

Seperti umumnya penyakit latah, langsung ikutan apa yang mengejutkan. Orang latah biasanya mengucapkan kata-kata yang sama setiap terkejut. Ada aktor / selebritis yang latahnya selalu mengucap "...Tolong..", atau ada melakukan gerakan tertentu secara tidak sadar. Itulah latah, sebuah refleks yang tidak disadari tapi dilakukan secara berulang-ulang.

Tapi tulisan ini dibuat bukan karena latah. Melainkan muncul hasil bacaan dari fenomena yang ada setiap tahunnya di tanggal 14 ini. Hari ini, di televisi, di media sosial, di berbagai kesempatan orang banyak menyebut kasih sayang. Tak ada salahnya membiasakan kasih sayang, namun janganlah kalimat suci ini disandarkan pada sesuatu yang tidak suci. Kasih Sayang bagi ummat Islam, adalah awal dari setiap kegiatannya. Kasih Sayang dalam Islam disandarkan kepada Zat yang memilikinya dan Kepada Utusan yang terkasih Muhammad SAW.

Ada  yang menghubungkan kasih sayang itu dengan sebuah kisah cinta. Sah-sah saja kalau berpikiran begitu. Tapi sebagai manusia berpikiran normal mestinya kisah cinta yang diingat adalah kisah cinta terbaik. Kisah cinta terbaik salah indikatornya adalah cinta yang tercapai. Bukan cinta yang berakhir tragis pada kematian salah satu pasangan cinta, atau bahkan kematian kedua-duanya.

Kisah cinta paling romantis adalah kisah cinta sepasang insan sempurna cintanya, yaitu Muhammad SAW dengan Siti Asiyah. Kisah cinta tauladan ini salah satu indikator kualitas cinta tingkat tingginya adalah "selama hidup bersama, bahkan setelah Muhammad SAW wafat pun, tidak pernah ada keluhan dari Siti Aisyah tentang keburukan suaminya, tentang kejelekan suaminya, tentang kekurangan suaminya." Kisah cinta yang sempurna yang tidak pernah diwarnai pertengkaran tegang urat.saraf."

Muhammad SAW memiliki daya cinta yang sangat luar biasa, sehingga kecintaannya pada ummatnya di atas cintanya pada keluarganya. Contoh sempurna teladan cinta ini yang mestinya dijadikan rujukan terhadap apapun kegiatan yang mengatasnamakan cinta dan kasih sayang. Namun, setiap kelompok manusia tetap punya kebebaasn untuk meneladani dan menokohkan tokoh cinta idola mereka. Dan dengan begitu, maka izinkanlah juga kami mengikuti sang teladan cinta yang sempurna dan menyempurnakan cinta sejati.
Shalawat untuk Mu ya Rasulullah...

(dari sebuah draft yang terlewat)...

VALIDITAS DALAM PTK

Validitas dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbeda dengan validitas pada penelitian formal misalnya penelitian kuantitatif. Pada penelitian Kuantitatif, validitas ditekankan pada keajekan alat ukur sebagai instrumen penelitian. Sedangkan pada PTK validitas itu adalah keajekan proses penelitian seperti yang disyaratkan dalam penelitian kuantitatif. Kriteria validitas untuk penelitian kualitatif adalah makna langsung yang dapat diterapkan untuk menentukan keajekan pelaksanaan tindakan (Burns, 1999 dalam Sanjay, 2011).

Macam-macam validitas
a. Validitas demokratik
Validitas demokratik berkenaan dengan keajekan peran yang diberikan setiap kelompok yang terlibat serta berbagai saran dan pertimbangan yang diberikan oleh kelompok yang terlibat tersebut berkaitan dengan perlakuan atau tindakan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu guru itu sendiri serta pengaruh-pengaruh yang ditimbulkannya. Salah satu syarat untuk timbulnya validitas demokratik adalah keterbukaan dari guru sebagai pelaksana PTK. Guru perlu menerima berbagai masukan dan saran yang diberikan oleh setiap orang yang terlibat. Guru juga perlu mendorong agar setiap orang bicara mengemukakan pandangan dan penilaiannya secara bebas. Melalui keterbukaan dari sertiap orang yang terlibat, memungkinkan keajekan proses penelitian akan terjamin.

b. Validitas hasil
Validitas hasil berkenaan dengan kepuasan semua pihak tentang hasil penelitian. PTK adalah penelitian yang membentuk siklus. Oleh karena itu, valididtas hasil juga ditandai dengan mucnulnya masalah baru setelah terselesaikan suatu masalah yang menjadi fokus penelitian.

c. Validitas proses
validitas proses  berhubungan dengan proses tindakan yang dilakukan guru. SEbelum melakukan tindakan guru perlu mengakji konsep-konsep baik secara teoritis maupun secara praktis yang berkaitan dengan alternatif tindakan. Di samping itu, validitas proses juga berhubungan dengan kemampuan guru dalam proses pengumpulan dan analisis data, misalnya kemampuan melakukan observasi, kemampuan membuat catatan lapangan, kemampuan mendeskripsikan dan memetakan data yang terkumpul. Kemampuan ini dapat mempengaruhi proses dan kualitas penelitian.

d. Validitas Katalitik
Validitas ini berkaitan dengan cara dan peran baru sesuai dengan tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah. Validitas katalitik ditentukan oleh setiap orang yang terlibat untuk terus-menerus memperdalam pemahamannya baik secara teoritis maupun praktis yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti. Validitas katalitik sangat diperlukan PTK, sehubungan dengan perlunya penerapan hal-hal baru dalam pross pembelajaran. Dengan demikian validitas katalitik erat kaitannya dengan proses pembaruan.

e. Validitas dialogis
Validitas ini berkaitan dengan upaya meminimalisir unsur subyektivitas baik dalam proses maupun hasil penelitian. Validitias dialogis dilakukan dengan meminta teman sejawat untuk menilai dan memberi pandangan tentang tindakan yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Validitas dialogis ditentukan oleh kemampuan guru sebagai peneliti untuk melakukan dialog secara kritis khususnya dengan teman sejawat untuk memberikan kritikan terhadap yang telah dilakukannya.

Itulah 5 validitas yang disarikan dari buku PTK karya Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd. Agar lebih dapat memahaminya tentu tiada upaya lebih maksimal yang dapat dilakukan selain mempraktekkannya. Selamat memperbaiki proses di ruang-ruang kelas. Semoga sukses.

DATARAN TINGGI ANUGERAH ILAHI DI TANAH SERAMBI

Bila dilihat dari peta di buku geografi, tentulah Kabupaten Aceh Timur akan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bener Meriah. Namun karena ketiadaan akses berupa jalan yang layak dan bisa dilalui mobil kecil sekelas Avanza, maka perjalanan memutar dilakukan melewati 3 Kabupaten/Kota tetangga. Dari Aceh Timur perjalanan akan langsung melewati Kabupaten Aceh Utara, lalu masuk Kota Lhokseumawe, melalui Kabupaten Bireun, dan diakhiri dengan masuk ke daerah tujuan yaitu Kabupaten Bener Meriah.

sisi Bukit Cot Panglima yang tersohor
Kabupaten Bener Meriah dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Tengah. Setelah Pemekaran, Aceh Tengah dibagi Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Udara dingin, walaupun tidak sedingin tempo dulu, tetap saja berbeda dengan udara yang terasa di Pesisir Kota Peureulak yang selalu hangat saat musim kemarau. Air yang sejuk mengalir genit dari pegunungan, hanya dengan membuat alur kecil, atau menggunakan pipa plastik, setiap warga menerima anugerah air jernah tak tercemar masuk ke rumah-rumah penduduk, tanpa perlu membayar dan tak pernah berhenti, terus menerus selama huta di pegunungan dijaga kelestariannya.


Menempuh perjalanan 6 jam dari Kota Peureulak di Kabupaten Aceh Timur sampai ke Kabupaten Bener Meriah tiadalah terasa. Waktu begitu singkat saja rasanya, karena setiap sisi-sisi bukit barisan ini memberikan penawar penat kala lelah melingkari punggung bukit barisan. Bukit hijau, jalan yang sudah lumayan bagus dan lebar, menambah keceriaan dalam perjalanan. Pemandangan sedikit terganggu tatkala ada keanehan, masa di dalam hutan pegunungan tiba-tiba kita disuguhkan hutan sawit yang begitu akrab bagi masyarakat pesisir. Pohon sawit yang tak berbuah meski hijau daunnya tampak bergoyang di tiup angin pengunungan.

Rasa bahagia muncul tatkala melihat pohon pinus berjejer tak teratur di pinggir bukit. Memang jumlahnya tak sebanyak dulu, maklum sudah banyak ditebang untuk bahan baku industri kertas yang sempat jaya di Aceh Utara (waktu itu). Tegakan pinus yang tidak teratur menunjukkan itu adalah sisa-sisa vegetasi alami yang bukan ditanam oleh manusia. Tegakan pinus yang membuat sejuk dataran tinggi tempo dulu sempat menjadikan dataran tinggi diprediksi akan menandingi ketenaran daerah Puncak di Bogor dan Lembang di Bandung. Jalannya yang berkelok-kelok, serta adanya sumber pemandian air panas, menjadi daya tarik tersendiri bagi pendatang seperti saya untuk mau menjelajah merangkak naik ke atas sana dan merasakan betapa indahnya anugerah Ilahi di tanah Serambi ini.

Sis pohon pinus yang luput
dari penebangan
Kedatangan kami sambut dengan senyum ramah masyarakat, serta hujan rintik-rintik yang segera turun, meski tak lama kemudian hujan mereda, namun cukup membuat lokasi acara jadi teduh. Merasakan shalat berjamaah di Mesjid Babussalam-Reronga, menyegarkan dahaga bathin seiring terbasuhnya anggota dengan jernih dan segarnya air wudhu yang dikirim dari puncak bukit. Sulit sekali melukiskan keindahan dan kesempurnaan dari Mahakarya sang Pencipta Tunggal. Tiadalah kita mampu membuat yang lebih indah dengan membangun vila, dan lain sebagainya, itu justru akan merusak tatanan keindahan yang sudah dianugerahkan pada kita. Jaga, tanam, dan rawat. Itu saja sudah cukup untuk membuatnya lestari. Ingat, satu batang pohon yang hilang dari dataran tinggi sama artinya kita menanam satu bencana untuk seluruh negeri. Cadangan air tanah yang tersempan akan berkurang karena saat musim hujan jumlah air yang dismpan akan berkurang, bencana longsor, banjir di daerah dataran rendah seperti Aceh Timur, Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Bireun. Semoga kita semua bisa mengendalikan nafsu eksploitasi yang dapat merusak tatanan Mahasempurna demi mengejar keuntungan sesaat berupa limpahan materi semu.

Sampai jumpa di Bener Meriah...


Jumat, 14 Februari 2014

KELAS TEMPAT REKREASI GURU

Menyenangkan bila kita bisa pergi rekreasi ke tempat-tempar rekreasi terkenal yang ada di banyak tempat, khususnya di Indonesia. Persoalannya apakah setiap orang punya kemampuan finansial untuk bisa beranjak dari rumahnya dan pergi rekreasi. Berapa kali harus digesek ATM, atau berapa lembaran tunai Rupiah yang harus dibelanjakan. Hitung-hitungan yang akan membuat banyak kaum kecil merencanakan kegiatan rekreasi.

Bagaimana dengan guru:? Bisakah guru Rekreasi dengan penghasilan yang masih pas-pasan?  Jawabannya adalah bisa, malah setiap hari. Itu terjadi bila guru mampu menciptakan tempat rekreasinya sendiri. Dan tempat rekreasi yang paling pas adalah kelas. Kelas yang berisikan sejumlah siswa dengan beragam karakter. Setiap hari selalu saja ada sesuatu yang unik terjadi di dalam kelas.

Bagaimana dengan suasana kelas sekarang di sekolah anda? apakah menjadi tempat rekreasi atau justru menjadi tempat yang paling tidak disukai. Kelas dengan anak-anak yang memiliki motivasi belajar rendah, bandel, sering bolos, sering minta izin keluar, dan lain-lain. Tempat rekreasi macam apa kalau seperti ini keadaannya? Tentu saja tidak menyenangkan kalau persoalannya yang terlihat dan berhenti sampai disitu. Tantangannya adalah guru sebagai aktor utama harus mampu mengubah suasana kelas yang begitu tidak menyenangkan menjadi kelas yang nyaman untuk belajar, motivasi siswa meningkat, dan tentu saja semua tujuan siswa dan guru yang dibawa saat masuk kelas bisa dicapai juga.

Banyak guru yang menyatakan kelas saat ini tidak bisa diperbaiki lagi. Sikap psimis yang mendarah daging. Jangan pernah berpikir bisa merubah kelas seorang diri. Setiap guru harus bersatu, bekerja dalam sistem untuk menciptakan kelas yang ideal buat rekreasi. Kalau bekerja sendirian maka anda akan kelelahan sendiri. Perubahan akan terjadi kalau kerja yang dilakukan tersistem. Bekerja dalam sistem adalah salah satu kunci utama keberhasilan menciptakan kelas yang nyaman. Guru BK selalu memberikan bimbingan dan arahan anak agar apa yang dilakukannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Guru olahraga merancang kegiatan agar anak selalu fit dan sehat fisiknya. Guru kesenian mengolah rasa anak sehingga menjadi siswa yang mencintai harmoni. Guru sain mengisi kompetensi ilmiah siswa sehingga menjadi siswa yang kritis dan memiliki ide-ide cemerlang yang inovatif. Guru PKN dan Agama mengelola jiwa religi anak, sehingga menjadi insan yang taat pada Tuhan dan santun terhadap teman juga gurunya. Guru sosial menumbuhkan sifat-sifat sosial pada anak, sehingga kelas menjadi suatu realitas sosial yang bisa dijadikan minaitur dunia nyata yang indah.

Sekolah sudah mempunyai anggota tim yang diangkat oleh negara agar mampu membuat semua kelas menjadi tempat yang benar-benar nyaman. Tinggal lagi bagaimana kita, apakah sudah melakukan yang terbaik, tersistem dan sistemik. semoga hari-hari ke depan, akan makin banyak kelas yang bisa dijadikan tempat rekreasi seperti kelas yang saya datangi 14 FEbruari 2014. TErima kasih buat laskar unggul X MIA 1 2013/2014. Kalian sangat menyenangkan.

Kamis, 13 Februari 2014

TRIANGULASI DALAM PTK

Dari salah satu buku sumber yang saya baca tentang Triangulasi dalam PTK adalah sebagaimana tulisan berikut ini.

Untuk menghasilkan informasi yang akurat, agar tidak salah dalam pengambilan keputusan kita dapat menggunakan teknik triangulasi, yakni suatu cara untuk mendapatkan infrormasi  yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan. Melalui triangulasi guru atau peneliti terhindar dari kesalahan mendapatkan informasi yang sudah tentu juga akan terhindar dari pengambilan keputusan.

Triangulasi ada beberapa cara. Pertama, dengan menggunakan waktu cukup dalam proses penelitian. Melalui proses penelitian dengan waktu yang cukup, peneliti memungkinkan mendapatkan data yang dapat lebih dipercaya. Pengumpulan data yang dilaksanakan secara terburu-buru memungkina data yang diperoleh tidak lengkap atau tidak mencukupi, sehingga keputusan yang diambil peneliti meragukan. Dengan demikian untuk mendapatkan data yang akurat peneliti dapat melakukan dengan waktu yang memadai.

Kedua, dengan membandingkan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Artinya peneliti melakukan perbandingan antar teori. Peneliti sebaiknya tidak hanya menggantungkan pada suatu pendapat saja, akan tetapi pada berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli. Dengan demikian, peneliti harus memanfaatkan banyak sumber informasi dengan membaca sumber-sumber literatur sehingga pemahaman akan teori menjadi lebih utuh.

Ketiga, dengan cara mencari data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat, sehingga peneliti dapat melakukan pengecekan atau dapat membandingkan data yang diperoleh.

Keempat, dengan mengamati obyek yang sama dalam  berbagai situasi. Artinya peneliti perlu mengembangkan berbagai instrumen untuk mendapatkan informasi yang sama. Dengan demikian, keakuratan informasi akan lebih terjamin dan dapat dipertanggung jawabkan.

Kelima, mencari data dari berbagai sumber. Artinya, pengamatan tentang sesuatu sebaiknya menggunakan banyak pengamat sehingga masing-masing pengamat dapat memberikan argumentasi sesuai dengan hasil pengamatannya. Dengan demikian, peneltii dapat terhindar dari kesalahan menyimpulkan.

Keenam, menggunakan berbagai metode dan teknik analisis data. Data yang telah terkumpul sebaiknya dianalisis dengan berbagai macam teknik sehingga data-data tersebut dapat memberikan informasi yang utuh.

(Wina Sanjaya)

PELAJARAN DARI KOTA MALANG

Tahun 2000 saya sempat mengunjungi Kota Malang yang sejuk ini. Kunjungan ke malang tahun itu adalah kelanjutan perjalanan dari sebuah kegiatan kecil di Hotel Ambarukmo Yogyakarta. Kota yang suasananya jauh beda dengan kota kecil kelahiran saya di Kota Tangerang. Malang kota pendidikan sedangkan Tangerang Kota Industri. Gak banyak waktu yang dihabiskan di Malang, tidak lebih dari 3 hari. Sempat keliling kota bersama penghuni Kota Malang, yang bersangkutan sekarang masih menjabat sebagai anggota DPRD Kota Tangerang. Selain mengunjungi kota, sempat juga mampir di Universitas Muhammadiyah Malang yang tersohor.

Kenapa saya cerita tentang Malang alias Ngalam si kota yang dingin? Ingatan tentang Malang saya dapat tadi pagi saat pertemuan dengan Kadis, Kepala SD, SMP, di sebuah kegiatan finalisasi Dapodikdas 27 sekolah yang belum selesai. Diikuti juga oleh seluruh pengawas (41 orang). Dengan semangat berapi-api, Pak Kadis menceritakan hasil Studi Banding BK2S Kabupate Aceh Timur ke beberapa sekolah terbaik di Malang. Saya menyimak ceritanya bukan tertarik sangat dengan apa yang ditemukan tim studi banding disana, melainkan karena ingatan tentang kota itu hidup kembali dalam memori otak ini.

Cerita perjalanan para kepala sekolah ini ke Malang dibuka dengan cerianya seluruh peserta menggunakan kereta beroda banyak - di aceh kereta adalah sebutan untuk sepeda motor beroda dua - dari Jakarta menuju Malang. Bagi orang di Pulau Jawa yang sering naik kereta api atau kereta listrik mungkin ini adalah hal biasa, tapi bagi beberapa peserta, ini adalah perjalanan luar biasa sekaligus mereka mengenang masa kejayaan Aceh di masa lalu yang juga pernah memiliki lintasan kereta dari BAnda Aceh sampai ke Medan.

Kisah mengharukan muncul saat pak Kadis menceritakan bagaimana kekaguman beliau terhadap pelaksanaan pembelajaran dan karakter siswa di sekolah-sekolah yang dikunjungi. SEtiap kelas terdapat rak yang berisi Alquran. SEtiap siswa wajib membaca Alquran (sekitar 4 ayat) sebelum memulai pembelajaran di jam pertama. Itu berlangsung setiap hari. "Padahal mereka tidak menerapkan syariat Islam seperti kita, tetapi apa yang mereka lakukan di dalam kelas justru sangat Islami sekali, berbeda dengan yang terjadi di Aceh Timur," begitu komentar Pak Kadisdik Aceh Timur. Beliaupun segera menyusun rencana untuk membuat sekolah project yang mencontoh salah satu model sekolah di Malang.

Keheranan pak Kadis juga terjadi saat mengetahui guru di sekolah tersebut bekerja sepanjang hari, masuk pukul 08.00 dan pulang dari sekolah pukul 6 Sore. Kok bisa ya? Begitu terheran-heran pak Kadis. Karena hal seperti itu langka sekali ditemukan di Aceh Timur ini. Lalu karakter siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi. Selalu siap saat diberikan tugas oleh guru. Malah kata pak Kadis, kalau guru tidak bikin tugas maka siswanya yang akan bikin tugas dan guru harus menyelesaikan tugas itu. Yah, itu memagn luar biasa.

Menutup kisah singkat itu, pelajaran yang bisa diambil dari Malang memang banyak. Hanya saja kita tidak bisa mencontoh apa adanya. Misalnya tentang pembinaan siswa di Malang. Mereka sudah dididik sejak kelas 1 Sekolah Dasar. Sehingga karakter siswanya memang sudah dibentuk sejak awal. Tidak ada lagi siswa yang datang ke sekolah hanya untuk menghindari pekerjaan harian di rumah, seperti berkebun, petik buah kelapa, panen padi, dan lain-lain.

Memang, semakin jauh perjalanan akan semakin banyak yang bisa dilihat. Semoga pelajaran dari Kota Malang dapat memberikan warna pendidikan Aceh Timur ini jadi lebih cerah dan lebih hidup di masa yang akan datang.

Rabu, 12 Februari 2014

MENCETAK KEPSEK YANG FASILITATOR

Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan manajerial. Seorang kepala sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku dibolehkan mengajar 6 jam pelajaran. Selebeihnya, 18 jam pelajaran lagi (beban kerja total 24 jam) digunakan untuk kerja-kerja manejerial pengelolaan sekolah. Artinya, kepala sekolah memiliki cukup waktu untuk melakukan pembinaan dalam pengembangan keprofesian guru-guru di setiap sekolah. Peran kepala sekolah sebagai fasilitator itulah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kegiatan tersebut.
Berbeda dengan kepala sekolah, pengawas sekolah berdasarkan standar pelayanan minimalnya, cukup berada di sekolah selama 3 x 60 menit. jika jumlah sekolah binaan minimal 7, maka dalam satu bulan rata seteiap sekolah dikunjungi sebanyak 3 kali. Itupun kalau tidak ada kegiatan lain yang menuntut kehadiran pengawas sekolah di kantor dinas pendidikan. 
Dari sisi lamanya waktu berada di sekolah, nampak jelas terlihat bahwa penentu berkembangnya sebuah sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam memfasilitasi warga sekolah, terutama guru, agar dapat melakukan pengembangan profesinya secara berkelanjutan. Namun kenyataanya masih sulit di beberapa daerah, terutama di daerah saya tinggal, ada kepala sekolah yang punya kemampuan memfasilitasi dengan baik. Umumnya 18 jam jatah beban tugas kepala sekolah digunakan untuk kegiatan administratif. Hingga kebutuhan guru untuk pengembangan lingkup akademiknya tidak terfasilitasi secara optimal.
Contoh kecil saja, banyak guru yang tidak mampu melaksanakan kegiatan refleksi pembelajaran dan menuliskan laporan kegiatan refleksi itu dalam sebuah Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Idealnya kepala sekolah menjadi mitra utama guru dalam memenuhi kewajiban tersebut. Sehingga tidak banyak guru yang sibuk saat membuat usulan kenaikan golongan dikarenakan syarat publikasi ilmiah, utamanya PTK- belum ada. 
Begitupun untuk kegiatan sederhana lainnya, misalnya kesulitan guru dalam mebuat media sederhana untuk pembelajaran, pengembangan metode pembelajaran sesuai karakterisitk kelas, minim sekali bimbingan yang diperoleh guru dari pembimbing utamanya yaitu kepala sekolah.
Di tengah masalah yang sering muncul itu, beruntunglah guru bila memiliki pengawas yang cakap dalam melaksanakan tugas pengawasan. Peran-peran strategis kepala sekolah sebagai fasilitator coba diperankan oleh pengawas sekolah. Bisa dilakukan memang tetapi jauh dari efektif. Hal ini disebabkan pertemuan dengan pengawas tidak seintens pertemuan guru dengan kepala sekolahnya. untuk ekbutuhan diskusi memagn sudah banyak medianya, tetapi dalam pelaksanaan tindakan sehari-hari di kelas akan lebih optimal kalau kepala sekolah yang mengambil peran sebagai fasilitator.
Jadi, membimbing guru untuk dapat mengembangkan profesinya itu memang perlu. Namun jauh lebih penting dan menjadi sangat strategis bila pengawas bisa mencetak kepala sekolah yang fasilitator. Di sinilah letak kesulitan terbesarnya, karena 75% tugas kepala sekolah adalah urusan manajerial, maka bila digenjot dari sisi akademik agar kerepotan. Oleh karean itulah makanya sering dijumpai kepala sekolah mengundang pengawas untuk menjadi fasilitator dalam banyak kegiatan akademik di sekolah, dan sang kepala sekolah pun cukuplah menjadi ketua panitia saja.

Sabtu, 08 Februari 2014

GURU BK SAYA

Berita tentang kiprah para guru sebagai tenaga pendidik di sekolah saat ini memang banyak sudah mengisi lembar demi lembar media di tanah air. Berbagai aktivitas guru di sekolah memang sudah menjadi "konsumsi berita" khalayak ramai, mungkin karena pendidikan ini sudah disadari rakyat Indonesia sebagai sesuatu yang penting.
Media akan makin ramai sekali membicarakan tentang isu pendidikan ini pada saat-saat special, misalnya : menjelang UN, penerimaan siswa/mahasiswa baru, dan kejadian-kejadian luar biasa yang ada di sekolah. Dari sekian banyak pemberitaan tentang peristiwa yang ada di sekolah ternyata masih ada satu yang kurang terkabarkan yaitu tentang guru Bimbingan dan Konseling.
Bagaimanakah keberadaan guru Bimbingan Konseling (BK) saat ini di sekolah?
Rapat persiapan MGMP BK-SMK Atim bersama BK SM3T
Pembaca yang baik hati, jujur saja saat ini sulit sekali saya menemukan guru BK di Kabupate Aceh Timur, Khususnya guru BK di SMK. Ada banyak persoalan yang meneybabkan keberadaan guru BK di SMK di Kabupaten Aceh Timur menjadi langka. Penyebab pertama adalah ketiadaan suplai guru BK dari Kampus-kampus ternama di Aceh yang diangkat sebagai PNS (Guru BK) di SMK.  Mungkin saat ini sudah kembali dibuka jurusan Pendidikan Guru BK di beberapa kampus, sebuah kabar baik tentunya. Di masa lalu, meskipun sekolah tidak mempunyai guru BK yang berstatus PNS, sekolah masih bisa mengangkat guru non BK atau guru honor sebagai pelaksana tugas konseling di sekolah. Sejak berjalannya proses sertfikasi guru yang mensyaratkan kerja guru harus sesuai dengan bidang keilmuan yang dimilikinya, keberadaan guru BK semakin bertambah langka, mendekati angka nol.
Penyebab kedua adalah kekurangtahuan para pemangku kepentingan, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, DInas Pendidikan dan Pemerintah Daerah, tentang urgensi keberadaan guru BK bagi keberhasilan pelaksanaan sistem pendidikan yang ada di sekolah. Masih sering diartikan kalau fungsi BK ini hanya bersifat penyuluhan - dulu dikenal sebagai guru Bimpen (BP). Sehingga fungsi BK dirasakan cukup dilakukan oleh satpam sekolah untuk mencegah kenakalan siswa, atau dapat saja dilaksankaan oleh guru Agama yang memberikan nasehat pada siswa yang melakukan kesalahan karena melanggar tata tertib di sekolah. Yang sebenarnya fungsi BK lebih jauh dari itu, mendampingi anak selama menjalani masa pendidikan di sekolah sehingga dapat mencapai prestasi maksimal secara terbimbing. ITulah makanya setiap 150 siswa diwajibkan mendapakan bimbingan dari 1 orang guru BK. Bayangkan saja kalau ada sekolah yang muridnya sampai 500 orang lebih namun tidak memiliki 1 orang pun guru BK di sekolah itu. Siapa yang memberikan layanan konseling pada anak yang begitu beragam persoalan yang dihadapinya.
Penyebab ketiga, baru sebatas praduga, memudarnya tingkat kepedulian sebagian besar guru terhadap kerja-kerja pemberian layanan konseling. Hal ini ada kaitannya dengan pemberlakuan peraturan tentang hak anak. Sebagian besar pendidik tidak ingin lagi masuk untuk membenahi persoalan siswa yang teramati selama proses pembelajaran.
"Ngapain ngurusin urusan siswa, toh mereka pasti akan naik kelas, pasti akan lulus UN juga", begitu salah satu komentar guru. 
Ada juga guru yang psimis dan mengatakan "siswa bermasalah bikin repot, kalau dinasehati dan gak nerima akhinrya kita yang dimusuhi oleh siswa itu, lebih baik dikeluarkan saja pindah ke sekolah lain."
Persoalan psikologi yang dihadapi oleh remaja di sekolah memang harus ditangani oleh ahlinya. Guru BK adalah guru profesional yang terdidik dan dipersiapkan secara khusus untuk menangani persoalan ini. Oleh karena itulah, saya memaksimalkan keberadaan guru BK dari program SM3T yang kini sedang bertugas di Kabupaten Aceh Timur untuk memberikan peningkatan kapasitas guru BK, khususnya guru BK yang bertugas di SMK.
Langkah awal yang sudah kami lakukan adalah membuat persiapan kegiatan. Alhamdulillah semua guru BK SM3T siap memberikan dukungan penuh bagi kelancaran kegiatan ini. Semoga kegiatan ini akan memberikan sedikit pencerahan bagi guru BK saya yang ada di sekolah-sekolah binaan. Besar harapan saya ke depannya siswa mempunyai konselor profesional yang ada pada sosok guru BK. Semoga.

Jumat, 07 Februari 2014

NASIB CEK GU

ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN

Menggunakan teori serba sistem, proses pembelajaran pun harus dipandang sebagai sebuah sistem. Sebuah sistem tentunya didukung komponen-komponen yang menopang jalannya sebuah sistem. Begitu juga proses pembelajaran di sekolah, merupakan sebuah sistem yang ditopang oleh banyak komponen. Setiap komponen saling mempengaruhi dan sama pentingnya. Artinya, bila satu komponen tidak berfungsi dengan baik akan mengaibatkan gagalnya sistem tersebut menghasilkan sebuah produk yang berkualitas tinggi.
Butuh keikhlasan untuk tampil bersama di dalam kelas
Pembelajaran di sekolah, utamanya di dalam kelas, bisa terselengara dengan baik bila komponen dalam maupun komponen luar berfungsi dengan baik. Komponen yang berada di dalam antara lain : guru, kepala sekolah, siswa, sarana dan prasaana pendukung, lingkungan sekolah yang sehat, dan lain sebagainya yang berada di dalam sekolah. Sedangkan komponen di luar sekolah : orang tua siswa, pemerintah daerah, dunia usaha, dunia industri, media, dan komponen lainnya. Jika dibuatkan skala urutan mulai dari yang paling penting, maka kita semua mungkin bersepakat bahwa komponen guru adalah kompenen yang paling penting dibandingkan komponen lain. Mengapa demikian? Orang yang tahu siswa kita itu  belajar dengan baik atau tidak, suka tidur atau tidak di kelas, bicara santun atau tidak, di dalam kelas hanya guru dan siswa itu sendiri yang tahu. Ditambahkan oleh Ketua PPMG Wilayah IV Aceh, "selain guru dan siswa tentu ada Malaikat dan Allah SWT yang mengetahuinya." Sedangkan kepala sekolah, pengawas sekolah, tidak mungkin bisa mengetahui secara detail aktivitas siswa bila tidak masuk ke dalam kelas. 
Posisi guru yang paling penting ini secara langsung telah menempatkan guru di posisi yang paling strategis untuk bisa mencetak generasi penerus sebagai insan yang cerdas dan kompetetitif. Guru sebagai profesi mesti diperlakukan secara profesional dengan mengembangkan keprofesiannya secara terus menerus dan harus direncanakan dengan baik. Kenapa harus dikembangkan potensi guru? Karena tugas guru tadi, menentukan keberhasilan sebuah proses dan hasil dalam sebuah pembelajaran. 
Keberhasilan sebuah sistem pembelajaran tidak bisa hanya diukur dari hasil yang dicapai, tetapi juga harus mengukur prosesnya. Proses dan hasil memiliki nilai yang sama pentingnya. BIla kita menginginkan hasil dari pembelajaran bagus, maka prosesnya juga harus bagus. BEgitupun juga sebaliknya, bila proses pembelajaran bagus, diharapkan akan memberikan hasil yang bagus. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman sebagai pengawas sekolah, saat ini kencendrungan banyak pihak lebih besar menuntut hasil yang bagus tapi mengabaikan kebaikan sebuah proses.
Tuntutan pada sebuah hasil menyebabkan perlakuan terhadap profesi guru kurang pas. Guru lebih banyak dituntut baik secara administratif keguruannya. Jarang sekali kita memperhatikan bagaimana keadaan guru dan siswa di dalam kelas. Contoh sederhananya begini, ketika seorang guru telah menunaikan tugasnya dengan baik dengan melakukan proses pembelajaran maka hak guru adalah mendapatkan penghargaan yang salah satunya adalah kenaikan pangkat. Coba kita perhatikan saat ini, ternyata kenaikan pangkat sekarang telah bergeser bukan lagi menjadi hak tetapi telah menjadi kewajiban. Bila tidak naik pangkat guru bisa kena sanksi, karena kenaikan pangkat telah dijadikan indikator guru tidak bekerja dengan baik. Hati-hati bila anda seorang guru golongan IV.a dan sudah bertahun-tahun tidak naik pangkat, meskipun anda bekerja dengan baik di kelas, tetapi dari potret golongan tersebut anda dapat dinyatakan sebagai guru yang "tidak baik". 
Dari itulah maka saat ini - guru golongan IV.a umumnya - guru melakukan apapun cara agar bisa naik golongan. PEngurusan adminsitrasi pun dilakukan tidak selesai satu hari. Dampaknya adalah guru harus meninggalkan sekolah, meninggalkan kewajiban utamanya hadir di kelas demi hadir ke dinas (atau tempat lainnya) untuk mengurus golongan. Bukankah ini orientasi kepada hasil yaitu naik golongan, sementara proses penunaian tugas utamanya terabaikan. Dengan kata lain guru bisa saja naik golongan tetapi hak siswa justru terabaikan.
Mestinya guru yang sudah berhak mendapatkan kenaikan golongan cukup selesai sampai di kantor Tata Usaha sekolah saja. Apalah artinya tata usaha kalau semua guru mesti menata usahakan dirinya sendiri untuk sekedar naik golongan. Lalu bagaimana dengan siswa kita, tanpa guru di kelas sesungguhnya mereka bukan lagi berada di dalam sistem pembelajaran yang baik.
Persoalan lain adalah masalah kesejahteraan. Pemerintah melihat satu komponen yang penting adalah kesejahteraan guru. Logikanya adalah bila guru sejahtera dengan penambahan satu bulan gaji maka guru akan bekerja lebih baik lagi hari demi hari di sekolah. Untuk memuluskan rencana tersebut pemerintah melakukan sistem sertfikasi guru. Banyak sudah guru yang mendapatkan sertfikat pendidik, dimana sertfikat itu menjadi syarat kunci guru boleh mendapatkan tambahan jatah hidup berupa tunjangan profesi 1 kali gaji pokok. Ribuan sudah guru menikmatai tunjangan itu, Alhamdulillah.
Di awal-awal pelaksanaannya, sekitar tahun 2008, proses ini aman-aman saja. Tapi tahun 2014 ini sudah ratusan ribu guru yang telah disertfikasi. Atura pun makin ketat dan cenderung berubah setiap tahunnya. Aturan yang paling membuat guru tidak nyaman adalah jam wajib tatap muka 24 jam pelajaran per minggu. Bila tidak memenuhi jumlah jam tatap muka sejumlah itu, maka guru tidak berhak dapat tambahan tunjangan 1 kali gaji pokok. Kita lihat hasilnya sekarang, orientasi guru mengajar telah bergeser, berubah dari sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan lain sebagainya tujuan profesi guru, menjadi mengajar hanya untuk memenuhi jumlah jam tatap muka 24 jam, walaupuan harus "ngamen" ke sekolah-sekolah lain yang jaraknya bisa ber jam-jam perjalanan darat.
Silahkan ditinjau ulang, seberapa pentingkah motivasi dari sebuah tindakan yang kita lakukan. Kebijakan ini telah menggeser bukan hanya paradigma guru "get the job" tetapi menggeser menjadi pembenaran bahwa yang dimaksud guru profesional hanyalah memenuhi kaidah "transaksional". Guru faham bahwa arti dari 24 jam adalah 1 kali gaji pokok. Lagi-lagi posisi siswa ada dimana. Bukan kerinduan hadir di tengah siswa, bukan keinginan membuat siswa berdaya dan mampu bersaing di masa depan, segala teori paedagogik pun hangus terbakar hanya untuk sebuah kerja tatap muka 24 jam. Oleh karenanya sulit sekali bila kita berkunjung ke sekolah bertemu dengan guru yang menceritakan dinamikanya dalam mengajar, ataupun suka dukanya membimbing siswa dalam sebuah ruang bimbingan konseling. Kita pasti akan segera menjumpai guru-guru bertanya : kapan tunjangan makan dan minum cair, kapan tunjangan sertifikasi cari, apakah ada tunjangan untuk kepala sekolah swasta yang bukan pns, apakah ada dana-dana lain. Itulah alam nyata kehidupan guru yang telah berubah sangat jauh dari apa yang terjadi di masa generasi perjuangan dulu.
Kelompok guru kedua ini umumnya guru-guru muda yang memagn sangat membuthkan biaya untuk membangun kehidupannya, butuh rumah, biaya menikah, anak masuk sekolah, dan lain-lain persoalan yang menyangkut ekonomi. Bila memang niat pemerintah ingin membuat guru lebih sejahtera, hendaknya mesti ditinjau ulang kebijakan ini, agar jangan sampai kesejahteraan guru kembali mengorbankan pelanggan utama dan konsumen tetap institusi sekolah yaitu Siswa. 
Satu fenomena lagi, selain guru yang sibuk dengan urusan kenaikan pangkat/golongan, dan kelompok guru yang sedang "mabuk" ngurus tunjangan profesi, adalah pendataan guru secara online. Kita tahu saat ini semua aplikasi mengarah kepada pendataan sentralistik sistem online. Mulai dari raport online, data pokok guru online, penilaian karya tulis online, diklat online, dan lain-lain online yang bisa anda temukan. SEbagai bentuk adaftasi pemanfaatan perkembangan teknologi memang sistem online ini lumrah sekali. Tapi apa bentuk prilaku guru di sekolah saat berhadapan dengan sistem online ini.
Sistem online dikembangkan lebih cepat dibandingkan pembenahan infrastruktur pendataan di setiap uni sekolah. SEkolah-sekolah yang dihuni lebih dari 50% guru hampir pensiun, ataupun guru baru yang juga tidak menguasai IT dengan baik, n ampak kerepotan saat melakukan berbagai administrasi online tersebut. Belum lagi persoalan jaringan, sinyal yang sulit didapat, jaringan yagn selalu sibuk, dan lain-lain persoalan sepertinya diabaikan demi mengejar hasil adanya sistem pendataan sentralistik berbasis data secara online. Ada guru yang sudah bertugas 28 tahun, 2 bulan lagi hampir pensiun, tetapi di data online harus mengisi data gaji berkala sejak pertama dia bertugas. Tentu saja guru itu menjadi stres. Dimana hendak dicari SK tersebut, sedangkan dulu SK kenaikan gaji berkala itu hanya dipakai satu kali yaitu ketika guru akan melakukan usul kenaikan gaji berkala. SEtelah itu maka SK gaji berkala yagn lama dianggap tidak dipakai lagi. sistem saat itu memang begitu. Tetapi sekarang tidak, SK itu harus ada. Untuk mengadakan SK itu, maka guru kembali harus bikin urusan, apapun dilakukan yagn penting data yagn diminta harus ada, karena bila tidak ada atau ada data yang tidak lengkap, pendataan satu sekolah akan gagal total. Pikiran guru senior yang memang semestinya tidak lagi dibebani dengan urusan seperti ini akhirnya membuatnya lalai dari mempersiapkan diri untuk action dalam kelas. Siswa lagi-lagi terabaikan karean isi kepala guru mereka bukan lagi strategi pembelajaran melainkan strategi khusus mendapatkan kelengkapan berkas data yang akan diunggah.
Ada guru yang bingung mencari jam, karena tiba-tiba saja mata pelajaran yang diajarkannya dalam 10 tahun ini hilang dari struktur kurikulum di sekolahnya. Bingung karena tidak tahu harus ngajar apa. SEbagian guru lagi bingung karena jam pelajarannya kena snering, pengguntingan seperti kasus mata uang Indonesia jaman orde lama. Biasa setiap minggu dikasih jatah 4 jam tatap muka (4 SKS), tapi dengan peraturan baru jamnya menciut tinggal setengah, jadi 2 jam tatap muka. Tidak bisa dibiarkan, jumlah jam harus dicari agar mencapai jumlah minimal 24 jam tatap muka satu minggu. Larak-lirik ke sekolah tetangga ternyata persoalannya sama. Harus bagaimana, trik apa yang harus dipakai agar tetap aman. Lagi-lagi, orientasi guru secara masif berubah sangat materialis sekalai. Keadaan yang sebenarnya bukan keinginan guru tetapi telah dibentuk oleh sistem yagn diciptakan oleh para pakar yang ada di jajaran pemerintah.
Apakah kondisi ini harus berlangsung terus menerus sampai akhirnya Indonesia berada di posisi akhir dalam kelasemen PISA. Harus dibicarakan lagi, harus dicarikan solusi lagi, jangan sampai siswa jadi korban kebijakan yang mengatasnamakan mereka. Kata kuncinya kalau mau sejahtera maka kita harus sejahtera sama-sama, kalau mau maju juga harus maju sama-sama. Maka kita harus berbuat juga secara bersama-sama. Seluruh komponen dalam sistem itu sama pentingnya, jadi bagaimana fungsi semua komponen itu tetap terjaga tentu amat ditentukan oleh kesamaan visi kita bahwa yang harus kita layani sebenarnya adalah siswa. Apapun program yagn dilakukan, jika pada akhirnya membuat siswa tidak mendapatkan pembelajran dengan baik, sebaiknya semua program teresbut harus ditinjau kembali.
Semoga harapan kita untuk  menghantarkan siswa menjadi insan yang cerdas dan kompetitif terwujud.

Kamis, 06 Februari 2014

SMK UNIK DENGAN KURIKULUM DAYAH

salah satu sudut SMK
Plus amal
Rindu kadang datang, bernostalgia dengan bermacam kenangan saat mengajar. Karakter siswa yang beragam terkadang memang bisa bikin senyum-senyum sendiri. Gila. Mungkin memang ia, kegilaan pada

tugas guru itu juga yang telah membuat saya betah dan tetap bertahan di dunia pendidikan ini.
Tugas sebagai pengawas kembali dilakoni sejak 1 Oktboer 2013, setelah rehat 2 tahun karena mendapat tugas lainnya. Menjabat sebagai pengawas sekolah adalah amanah yang berbuah berkah bagi saya. Tugas ini kembali membuat saya bisa mengunjungi sekolah-sekolah, tempat dimana saya bisa kembali ke masa lalu dengan berbagai situasi yang berbeda dan unik sekali.

Kemarin, hari Rabu tanggal 5 Februari 2014 saya mengunjungi salah satu SMK binaan di Kabupaten Aceh Timur. Sudah 5 bulan bertugas tapi baru hari itulah saya kunjungi sekolah ini. Tentu ini bukan contoh pengawas yang baik. Kenapa hal ini terjadi, ternyata karena dalam SK pembagian tugas pun nama sekolah ini berbeda, artinya saya ditugaskan di sekolah yang sekolah itu ternyata memang tidak ada alias salah nama.

Ruang Belajar
SMK Plus Amal namanya. terletak di dekat persawahan, tersembunyi oleh mesjid, tidak ada petunjuk jalannya. Sampai bingung mau masuk dari mana. Untung saja ada anak-anak puteri berseragam putih Abu-abu terlihat turun dari lantai 3 di tengah persawahan. Putar arah masuk ke pinggir toko warga, dan benar saja ada jalan tikus menuju ke kantor bersama. Kenapa kantor bersama, karean di ruangan yang ukuranya 4 x 5 meter (kurang lebih itu) bergabunglah kantor Yayasan, Kantor Kepala SMK, Kepala SMA, dan Kepala SMP, serta Kepala SD Plus Amal. jadi bingung kan mana kepala SMK nya.

Mengunjungi ruang belajarnya, sangat sederhana, hanya sebesar 1/2 dari ruang kelas di sekolah lain. Kelas puteri dan kelas putera terpisah. Nah ini mirip dengan pola pembagian kelas di pesantren (Dayah). Jam pembelajaran dimulai pukul 8.00 s.d pukul 11.30. setelah itu siswa istirahat tidur siang. Pukul 13.00, siswa bangun untuk shalat zuhur, makan siang, dan mengaji sampai pukul 16.00. Setelah shalat ashar berjamaah, siswa lanjut pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Arab hingga pukul 18.00. WIB. selanjuntya, pada malam hari, kegiatan pembelajaran menggunakan kurikulum dayah.

Dari hasil bincang-bincang, ternyata ketua yayasan juga berencana untuk membuka Sekolah Tinggi Islam di kompleks dayah ini. Wah luar biasa, di sebuah desa kecil, ada SD, SMP, SMA, SMK, dan STIS. Ini akan jadi yang pertama di Aceh Timur, mungkin biasa di tempat lain tapi tidak untuk Aceh Timur.

Spanduk tinggal setengah lagi, selain ini belum ada
pamflet apapun tentang SMK ini
Saat pemerintah propinsi meminta agar sekolah-sekolah di bawah yayasan ini untuk dinegrikan saja, ketua yayasan menolak. Apa alasannya. Dia tidak berani menegrikannya sebab itu melanggar amanah guru beliau. Luar biasa ketaatannya pada Guru. Sehingga semua amanah itu masih tetap dijaganya. Beliau pun menyatakan bahwa apa yang diperolehnya, segala bantuan, semua kemudahan yang datang, adalah berkat adanya doa dari guru. Keyakinan yang jarang sekali dimiliki oleh para murid.

Saya pun bertekad untuk memberikan yang terbaik semampu saya demi kemajuan sekolah ini. Semoga doa para pembaca selalu mengiringi langkah-langkah saya ini.

Sabtu, 01 Februari 2014

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR #2

METODE DISCOVERY DAN INQUIRY

Discovery dan Inquiry merupakan dua buah teknik yang berpusat pada peserta didik. Kedua teknik ini sepintas sepertinya sama, tetapi bila telah dipraktikkan ternyata mempunyai perbedaan. Berikut akan dijelaskan gambaran umum kedua teknik pembelajaran yang sangat menarik ini.

1. Teknik Penemuan (Discovery)
Teknik Penemuan adalah terjemahan dari Discovery. Menurut Sund dalam Roestiyah (2001), discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut meliputi: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya : segitiga, panas, demokrasi dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud dengan prinsip antara lain logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Discovery pada pelaksanaannya dapat mengubah situasi belajar dari teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Teknik ini juga melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, sehingga anak dapat belajar sendiri.
Teknik ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
  • Membantu siswa mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan proses kognitif siswa.
  • Membangkitkan gairah belajar siswa
  • Memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing
  • Meningkatkan kepercayaan diri siswa dengan proses penemuan sendiri
  • Berpusat pada siswa, guru h anya sebagai temat belajar saja, bila diperlukan

Namun teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
  • Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental agar berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
  • Teknik ini kurang cocok untuk kelas  yang terlalu besar
  • Ada yang berpendapat proses mental ini terlalu mementingkan porses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan ketrampilan bagi siswa.
  • Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif


2. Teknik Inquiry
Inquiry adalah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris. Cara penggunaan teknik ini di dalam kelas adalah sebagai berikut:
  • Guru membagi tugas kepada kelas untuk meneliti sesuatu masalah
  • Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan
  • Setiap kelompok mempelajari, meneneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok.
  • Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
  • Laporan ini dilaporkan dalam sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas.
  • Sidang pleno menghasilkan kesimpulan yang akan dirumuskan sebagai kelanjutan kerja kelompok.
Inquiry menandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan. Teknik ini mampu menumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Pada akhirnya dengan teknik inisiswa dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama.

Teknik inquiry ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan “sel-cocept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentagn konsep dasar dan ide-ide lebih baik
2.   Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3.   Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka.
4.   Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri
5.   Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik
6.       Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang (menarik).
7.       Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu
8.       Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri
9.       Menghindari cara-cara belajar yang monoton
10.Memberikan waktu pada siswa secukupnya, sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Untuk meningkatkan teknik inquiry dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1.       Membimbing kegiatan laboratorium
2.       Modifikasi inquiry
3.       Kebebasan inquiry
4.       Inquiry pendekatan peranan
5.       Mengundang ke dalam inquiry
6.       Teka-teki bergambar
7.       Synectics lesson
8.       Kejelasan nilai-nilai

Demikianlah paparan singkat dua teknik pembelajaran, yaitu teknik Discovery dan Inquiry, semoga bermanfaat.

Referensi : Roestiyah N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.