Jumat, 08 Mei 2015

SCIENCE CAMP MENDULANG IDE


Selain unggul di bidang OSN, SMAN 3 Semarang setiap tahun mengirimkan wakil diajang OPSI dan ISOP. Selalu saja ada ide yang berakhir pada penelitian siswa dengan kualitas tinggi. Kabar terakhir sekolah ini menemukan alat deteksi boraks pada makanan menggunakan tusuk gigi. Wow, keren....

Bagaimana mereka menjaga konsistensi? apakah siswa peserta lomba riset ini berasal dari kelas olimpiade, kelas inti atau kelas unggulan? Ternyata tidak. Menurut guru pembimbingnya, Mas Agus, untuk menjadi peneliti tidak melulu siswa yang pintar dari kelas unggulan, siswa dari kelas biasa juga tetap punya potensi tinggi menjadi peneliti dan penulis. Persoalan utamanya adalah pada limpahan ide. Ide-ide yang segar dan otentik adalah kuncinya. Kalau siswa sudah punya ide ini, tinggal bombing sedikit saja langsung jadi risetnya.

Gimana cara dapat ide-ide segar itu?
Jawabannya adalah Science Camp. Siswa yang memiliki hobi meneliti dikelompokkan dalam sebuah kegiatan ekstra kurikuler bidang penelitian. Nah, kelompok ekskul ini lalu diajak berkemah di tempat yang bisa memunculkan ide sesuai dengan topic pada lomba. Perkemahan bisa dilakukan di pantai yang tercemar minyak bumi, ke pegunungan yang baru meletus, kedekat daerah pembuangan sampah, dan lain-lain. Peserta camp diminta untuk menemukan 2 ide yang bisa dijadikan cikal bakal judul penelitiannya nanti.

Ide-ide dari science camp dipertajam lagi saat diskusi di sekolah dengan pembimbing. Kunci akhirnya memang ada di pembimbing. sekolah yang memiliki pembimbing yang ikhlas membina, akan lebih besar peluangnya untuk menghasilkan siswa peneliti. Kebanyakan pembimbing mengejar uang atau bonus materi. Ini berbeda dengan pembimbing OPSI di SMAN 3 Semarang, sering gak ada honornya. Tetapi pak guru pembimbing ini cukup diberi imbalan kebahagiaan saja saat siswa binaannya menjadi juara.

Kita butuh ide, tetapi tetap saja kita jauh lebih  membutuhkan guru pembimbing yang dapat menjaga ide dan mengembangkannya menjadi judul/topic penelitian top. Jadi terserah anda sekarang mau mulai dari mana...

selamat meneliti


Rabu, 06 Mei 2015

PENGALAMAN DARI SEKOLAH MITRA


Ada beberapa yang bisa dipelajari dari sekolah mitra. Sebagian bisa diterapkan di sekolah asal dan tentu saja ada bagian yang belum bisa diterapkan saat implementasi. Berikut beberapa hal yang mungkin bisa kita ambil sebagai program harian di sekolah:

1. Briefing pagi
Sebelum memulai aktivitas PBM, SMA Negeri 3 Semarang melaksanakan briefing pagi. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari 15 menit menjelang bel jam 1 berbunyi. Para guru datang dan langsung masuk ke ruang transit. Ruang ini berisi meja bundar mirp ruang rapat direksi perusahaan perkebunan. Hehehe.
Di ruangan ini, setiap pagi, kepala sekolah memberikan motivasi, informasi terkini serta evaluasi hasil kinerja sekolah hari kemarin. Ada Tanya jawab dan ada juga pemberian hadiah (bila ada). Kegiatan briefing ini memungkinkan informasi apapun dibagikan secara cepat dan akurat, langsung dari sumbernya. Memang ada guru yang terlambat mengikuti kegiatan ini, tetapi jumlahnya makin hari makin berkurang dan jam 1 PBM pun berjalan dengan aman terkendali.

2. Kelas Olimpiade

Setiap tahun sekolah ini langganan jawara OSN, tentus saja di level internasional. Saat kami kunjungan saja, ada 2 siswa yang sedang ikut lomba di Amerika...Hah, Amerika, ke Banda Aceh Aja susah jadi juara.
Rupanya sekolah ini punya kelas olimpiade. siswa di kelas ini berasal dari para juara di SMP. pembinaannya juga luar biasa. para guru pembimbing yang rela tidak dibayar honornya, membina tanpa kenal lelah. Kata mas Agus sang pembimbing "untuk menjadi juara, para peserta harus dibina oleh sang juara juga"... Wow, berarti kita memang harus bermitra dengan para sekolah jawara kalau ingin menjadi juara.

udah dulu yah, nanti sambung lagi...mau ke kantor antar berkas

Selasa, 05 Mei 2015

PROGRAM KEMITRAAN DARI KEMENDIKBUD


Hotel New Ayunda di puncak bogor menjadi tempat workshop tahap 1 program kemitraan kemendikbud. Cuaca sejuk dan lingkungan yang tenang membuat workshop 4 hari ini berjalan dengan lancar. Gak usah khawatir mengalami keletihan, setiap pagi tukang jamu gendong menawarkan obat kuat bagi yang memerlukannya.

Program ini begitu panjang. Desain awal - menurut keterangan Pak Mamat yang punya gawean - kegiatan ini akan berakhir pada workshop 3 di bulan Oktober 2015. Namun karena akan ada rencana penyegaran di struktur organisasi kemendikbud, barangkali kegiatan kemitraan ini berakhir di bulan puasa yaitu pada bulan Juni 2015. Tentu saja menggunakan gaya sprint 100 M gaya bebas. Biar bisa ke udag.

Berkumpul dengan teman-teman dari 34 propinsi memang seru. Banyak cerita dan kisah inspiratif yang disajikan, baik oleh teman sekamar maupun rekan di bangku sebelah saat workshop. 34 propinsi, dimana tiap propinsi diwakili oleh rata-rata 2 sekolah. Tiap sekolah diwakili oleh 3 orang peserta, yaitu TAS, Kepsek dan Pengawas, tentu saja program ini melibatkan begitu banyak insan pendidikan Indonesia. Kawan sekamar saya yang pengawas, bertugas di Gorontolo, sakti mandraguna, saat jadi guru, anak asuhnya selalu mendapatkan medali emas OSN geografi tingkat naisonal. Pengawas aseli Jawa Tengah ini punya aktivitas unik, sekarang sian jadi pengawas dan malam beliau jualan bakso. Hebatnya semua dagangannya diolah sendiri. Sambil refreshing sekaligus nabung buat mudik tiap tahun. Luar biasa Mr. Sulkan.



Empat hari di puncak kami dikirim ke sekolah mitra1 Sekolah mitra yang kami kunjungi adalah SMA Negeri 3 Semarang. Belajar banyak hal tentang pelaksanaan pendidikan di sekolah ini seolah tak ada habisnya. Saya akan ceritakan satu persatu temuan penting yang mungkin bisa diterapkan di lingkungan sekolah para pembaca semua.Sampai jumpa di bagian dua...mau monev UN lagi....

Thanks buat kemendikbud dan timnya...Pak Mamat, Mbak Ana dan Mbak Sri yang lincah