Senin, 24 April 2017

NGOMONGIN RPP




Saya belum pernah secara khusus melihat Rencana Pelaksanaan Pembelajaranm milik negara-negara yang telah maju pendidikannya. Katakanlah misalnya RPP guru dari Finlandia, New Zealand, Australia, Jepang, Korea, atau Inggris. Sehingga saya belum bisa memastikan apakah RPP di negara-negara maju tersebut mirip atau berbeda dengan RPP yang dibuat oleh guru-guru di sekolah yang saya pimpin. RPP yang dibuat oleh guru-guru yang baru saja pulang pelatihan dengan tutor atau fasilitator handal binaan Kemendikbud RI.

Riset tentang kemiripan RPP ini ingin saya lakukan kalau ada kesempatan dan ada yang bantu, terutama bantuin duitnya..hehehe. Karena hampir sering saya temui di berbagai kegiatan guru, misalnya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), didominasi oleh materi pembuatan RPP. Kenapa ya Perencanaan  pembelajaran kok gak selesai-selesai dibuat guru! Kalau persoalan kualitas RPP yang jadi masalah, tentunya para ahli di Kemnedikbud dapat menyelesasikannya gak pake lama. Kalau memang masalah utama dunia pendidikan adalah buruknya RPP, saya rasa dengan kecanggihan teknologi saat ini kita bisa dapat RPP dari banyak sumber. Kalaupun gak bisa langsung dipakai, paling modifikasi sedikit sudah oke digunakan guru. Jadi, kalau memang kita berpedoman perencanaan pembelajaran menentukan kualitas hasil belajar, berarti negara negara maju tadi punya perencanaan pembelajaran yang mantap. Perlu diteliti, mana tahu justru RPP yang dihasilkan guru kita jauh lebih baik, karena dibuat dalam forum forum kegiatan guru yang profesional seperti MGMP dan KKG.

Salah seorang kepala dinas pendidikan pernah menyampaikan bahwa RPP kita sudah sangat tebal, tetapi kenapa mutu pendidikan kita tidak setebal RPP nya. Benar gak ya kualitas pendiidkan kita disebabkan oleh RPP yang tebal itu namun gak bisa diterapkan. Kalau kita mau jujur, berapa persen guru yang mengajar sesuai dengan RPP yang telah disusunnya? Berapa persenkah RPP itu mampu disajikan oleh para guru sekaliber IN, IP, atau IK? Pertanyaan yang gampang-gampang susah jawabnya. Gak perrcaya, cobalah diriset.

Miris jadinya apabila pemerintah ngasih biaya, kadang biaya itu adalah hasil ngutang dari luar negeri duitnya, terus dipake untuk kegiatan penyusunan RPP. Lah, setelah RPP selesai disusun, bukan diterapkan di kelas tetapi disimpan dilemari kaca. RPP ini akan keluar saat guru yang bersangkutan disupervisi oleh pengawas atau kepala sekolahnya. Tahun depan, RPP itu akan dibongkar oleh pemiliknya. Nama kepala sekolah, tahun pelajaran disesuaikan agar saat diperiksa tetap dianggap up-todate. Terus ngajarnya gimana? Anda bisa jawab sendiri ya pembaca semua, guru lebih nyaman ngikutin materi buku paket yang ada padanya, plus LKPD yang juga disediakan oleh penerbit. Biasanya LKPD nya sepaket dengan buku teksnya.

Saya pernah ditantang untuk menyederhanakan RPP di suatu sekolah pada  tahun 2008. Saat itu saya masih seorang guru yang semangat bikin administrasi guru (bukan sombong). Sampai sekarang tantangan itu masih terngiang di benak saya. Ingin saya buat RPP ini jadi 1 lembar saja. Selembar tapi benar-benar bisa jadi pedoman guru dalam melaksanakan Pembelajaran di kelas. Persoalan sering muncul saat kita melakukan kreatifitas dalam bentuk penyederhanan perencanaan pembelajaran ini. Bila tak sesuai standar akan dianggap salah, menyimpang dan tidak standar nasional. Orang tidak mau atau jarang melihat keterpakaiannya. Tidak standar tapi kalau bisa dimanfaatkan dan justru dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, kenaapa tidak kita coba. Hayo yang sudah dipanggil bimtek menulis, siapa yang bisa bantuin saya menyederhanakan RPP.

Haruskah kita menghabiskan waktu sampai seminggu untuk menyusun RPP, padahal itu hanya digunakan untuk waktu yang lebih singkat, 90 menit. Jadi wajar kalau guru mengeluh gak sempat belajar karena waktunya habis digunakan untuk bikin RPP. Saatnya memangkas waktu dan menyederhanakan perencanaan terapi hasilnya bisa mengimbangi kualitas pendidikan di Finland sana. Mungkinkah?

Ngomongin RPP akan menghasilkan suatu telaah positif bagi perbaikan dan penyederhanaan RPP. Kalau bisa, perencanaan pembelajaran bisa dimasukan ke saku baju para guru dan bisa dibuka saat akan digunakan. Ringan namun memuat rangakain kegiatan terstruktur dalam pembelajaran. Perenanaan seperti ini bisa selesai dibuat dalam waktu 15 menit tapi dapat digunakan untuk durasi pembelajaran 180 menit. Inovasi kurikulum yang berubah setiap 10 tahun mestinya makin menyederhanakan tugas guru dalam membuat RPP, bukan sebaliknya.


Kita menunggu ada guru yang berani membuat perencanaan pembelajaran sendiri yang sederhana tapi efektif dalam meningkatkan kualitas hasil belajar para siswanya. Selamat mencoba.

SMK...BISA!!!

Sabtu, 22 April 2017

UANG DAN SEKOLAH






Banyak organisasi yang dibentuk untuk kepentingan profit. Organisasi bisnis adalah salah satu contoh nyata bahwa pembentukannya memang untuk mencari keuntungan. Segala keuntungan yang bisa lebih mudahnya diganti dengan sebutan uang. Ya, hanya uang yang dikumpulkan dan uang juga yang dijadikan sebagai alat berjalannya organisasi profit. Bila uang sudah tidak bisa didapat lagi berarti organisasi teresbut dikatakan bangkrut dan akan "gulung tikar" segera mungkin.

Lalu bagaimanakah dengan sekolah, Apakah sekolah termasuk organisasi profit?

Sejarah panjang sekolah tentu bisa kita dapat dari berbagai referensi. Tetapi yang paling sederhana sekolah adalah organisasi atau institusi negara yang dibentuk untuk memberi pelayanan kepada warga negara di bidang pendidikan. Pelayanan ini tentu tidak didasari mencari keuntungan secara finansial berupa uang. Tidak ada sekolah yang dibentuk untuk mencari uang. Jika ada sekolah yang dibentuk oleh siapapun dan ditujukan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang tanpa mempertimbangkan aspek-aspek pelayanan publik, maka sesungguhnya yang sedang dibangun itu bukan sekolah, melainkan pabrik pendidikan.

Sekolah sebagai sebuah institusi negara tentu dibentuk oleh negara. Negara punya kuasa untuk membangun sekolah di setiap tempat dimana warga negara membutuhkan pelayanan publik di bidang pendidikan. Masyarakat boleh membantu membangun di tempat-tempat yang belum ada sekolah karena keterbatasan pemerintah. Tetapi ini juga mestinya tidak boleh terjadi. Bila masyarakat yang membangun sekolah, biasanya visi misi sekolah akan disesuaikan dengan keinginan pendiri sekolah, tidak murni lagi untuk memberikan pelayanan publik di bidang pendidikan.

Sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah diberi gelar sekolah negeri. Semua fasilitas disediakan oleh negara. Inilah yang sekarang masih menjadi persoalan dasar, betapa pemerintah belum bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan dasar yang harus ada di seklah, misalnya; guru, sarana, dan pembiyaan yang memadai. SEringkali kita temui sekolah yang baru dibangun dengan cepat akan punya gedung, dilengkapi dengan satu orang kepala sekolah. TEtapi sekolah baru tersebut akan lama sekali memiliki guru yang lengkap, sarana yang memadai, dan pembiayaan yang cukup.  Dengan berbagai kekurangan itulah sekolah-sekolah negeri memulai operasionalnya, serba keterbatasan dalam jangka waktu yang tidak terbatas juga, bisa lama namun bisa juga hanya beberapa tahun.

Hal yang berbeda terjadi ketika sekolah dibangun oleh pihak swasta yang punya banyak uang. Gedung sekolahnya belum rampung tetapi mereka sudah memiliki kepala sekolah, guru, dan stat tata usaha hasil seleksi. Tak tanggung-tanggung malah, seleksinya bisa terjadi secara nasional. Tetapi sekolah seperti ini biasanya juga banyak diisi oleh para siswa dari kalangan tertentu terutama yang memiliki uang banyak, keluarga pejabat, atau keluarga para elit di negeri ini.

Sekolah-sekolah negeri yang tidak punya guru cukup, tentu harus menerima guru honor atau guru bakti. para guru non PNS ini melakukan pekerjaan sama seperti PNS tetapi mendapatkan penghasilan yang lebih rendah dari upah pekerja kasar. ADa daerah yang hanya membayar 5 ribu rupiah bagi guru yang telah melaksanakan tugas mengajar 4 x 45 menit. Itupun dibayarnya per triwulan. KEnapa tiap 3 bulan? Itu disebabkan sumber honorarium mereka berasal dari dana Bantuan Operasional Sekolah.

Juknis Penggunaan dana BOS pun selalu berubah. Hampir setiap tahun ada perubahan. Syukur kalau perubahannya itu makin membuat sejahtera sekolah. Beberapa tahun yang lalu para kepala sekolah sempat dibuat pusing oleh dana BOS ini. Masalahnya adalah dalam juknis BOS dilarang membayar honor guru non PNS. TErus dari mana honor para guru non PNS ini! Minta uang dari masyarakat gak boleh, katanya itu pungli. sedangkan di sekolah jumlah guru honor melebihi guru PNS. Tidaklah mungkin tugas negara ini dilakukan secara kerja bakti oleh para guru honor yang jelas-jelas melaksanakan tugas negara dalam memberikan pelayanan pendidikan di negeri ini.

Uang atau pembiayaan memang telah diatur menjadi salah satu standar yang wajib dipenuhi. Siapakah yang wajib memenuhi standar pembiayaan ini? Kalau memang sekolah tidak boleh minta apapun lagi dari orang tua, maka negara secepatnya harus memenuhi kebutuhan biaya operasional sekolah dengan layak. Kalau biaya yang diberikan ala kadar saja, bagaimana mau nuntut mutu yang tinggi. Persoalan biaya, masalah kutip mengutip, kini masih menjadi isu yang sering muncul ke publik disamping berita yang terkait dengan pelaksanaan UJian Nasional (UN).

Ulah oknum sekolah juga bisa saja terjadi. Melakukan aksi-aksi untuk keuntungan pribadi. Selalu ada kemungkinan manipulasi penggunaan dana-dana yang ada di sekolah untuk kepentingan pribadi. Hal ini tentu menjadi tugas pemerintah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan di setiap institusinya termasuk di sekolah. Kalau ada kepala sekolah atau pun guru yang "nyeleweng", itu berarti ada kesalahan negara juga dalam melakukan pengawasan dan pembinaan aparatnya di sekolah.

Uang bisa jadi penyelesaian, tetapi uang juga bisa menjadi sumber konflik. Perbedaan penghasilan sesama guru honor atau tenaga kependidikan honor di suatu sekolah bisa menimbulkan kecemburuan. Oleh karena itu, penting dimiliki oleh kita yang saat ini berkecimpung di dunia pendidikan, khususnya di sekolah, janganlah menjadi uang sebagai tujuan keberadaan kita di sekolah. Percayalah, bila kita menjadikan uang sebagai target dan tujuan, bukan sifat pendidik yang ada pada kita, melainkan sifat penjilat dan serakah yang menguasai rongga dada kita. Naudzubillah.

Salam literasi kawan.

Selasa, 18 April 2017

DUNIA SMK


Hari Senin tanggal 27 Maret 2017 merupakan hari penting. Pada hari itu, saya dan teman-teman kepala sekolah menengah atas juga kepala sekolah menengah kejuruan dikukuhkan kembali sebagai kepala sekolah. Hal ini merupakan konsekuensi dari berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014 dimana salah satu ketentuannya mengatur tentang penyerahan pengelolaan SMA dan SMK serta SLB dari pemerintah kabupaten/kota ke Provinsi.

Selain pengukuhan, ada juga yang pelantikan sebagai kepala sekolah baru. Dalam bahasa resminya bisa dikatakan promosi dari guru menjadi kepala sekolah. Memang tidak banyak yang promosi, tergantung dari jumlah unit sekolah baru yang memang belum ada kepala sekolah definitif nya.

Lalu bagaimana dengan saya? Saya datang bukan dikukuhkan, atau promosi, tetapi saya dilantik dalam rangka mutasi dari SMA ke SMK. Loh kok bisa nyebrang dari dunia SMA ke SMK? Saya pun tidak tahu, unik. Ada yang bilang katanya tidak sesuai jalurlah, macam-macam. Kenyataannya saya memang nyebrang "lapak". Semoga yang punya lapak gak marah terlalu lama.

Terkejut itu wajar. Saya sendiri tidak menyangka dimutasi dari kepala SMA menjadi kepala SMK. Dunia yang jauh berbeda meskipun sama-sama di level sekolah menengah atas. Inilah realita karir seorang ASN. Dimanapun ditempatkan harus siap, hehehe. Meskipun kadang ada ASN yang lempar handuk bila ditempatkan pada tempat tugas yang tidak dikehendakinya. Saya terima keputusan ini dan belajar untuk bisa menjalaninya dengan baik. Lagi pula, apasih perbedaannya? kalau dari sisi manajemen saya yakin tidak terlalu banayk beda antara SMA dengan SMK.

Pada tanggal 1 April 2017, saya resmi masuk ruang kepala SMK Negeri Taman Fajar. Sebuah SMK Favorit di Aceh Timur yang membuka jurusan Farmasi dan Analisis kesehatan sebagai jurusan andalannya. Sebuah sekolah yang tenang karena dikeliingi oleh persawahan di bagian depan, belakang dan sebelah kiri (utara). Angin persawahan masih bebas hilir mudik mengisi ruang-ruang kelas dan kantor sekolah ini. Senang rasanya, bisa menatap areal persawahan yang tentunya tidak mudah saya temukan lagi pemandangan sawah begini di desa asal saya di tanah Banten.

Minggu pertama ini saya langsung dihadapkan pada agenda nasional tahunan yaitu UNKP. Berlalu dengan baik, meskipun belum ada anggaran yang masuk ke rekening sekolah saat itu. Tentu saja ini terjadi karena tim di sekolah ini begitu kompak. Salut juga melihat kenyataan mereka dapat bertahan tanpa figur kepala sekolah selama hampir 3 bulan. Ya, kepala SMKN Taman Fajar meninggal dunia 3 bulan lalu. Semoga kekompakan dan keikhlasan yang mereka tunjukkan selama ini bisa tetap dipertahankan.

Kini, mimpi membangun sebuah SMK yang berlevel nasional mulai kami rintis. Perlahan namun pasti sebuah perencanaan bersama untuk jangka panjang, menengah, dan jangka pendek pun telah disusun draftnya. Besar  harapan kami bahwa Dunia SMK di Kabupaten Aceh Timur khususnya dapat tumbuh lebih baik dengan hadirnya saya sebagai orang baru dari Dunia SMA. Semoga semua upaya yang maksimal pada gilirannya akan memberikan hasil terbaik dan membuat keberadaan saya benar-benar diterima Dunia SMK.

Salam SMK...Bisa


Senin, 17 April 2017

SEJARAH SMAN UNGGUL


(BAGIAN #3)




Sabtu cerah ini, tepat tanggal 15 April 2017 saya menghadiri acara perpisahan Generasi 8 SMAN Unggul Aceh Timur. Acara yang perencanaannya saya desain, tapi saat pelaksanaannya saya datang sebagai tamu yang akan dilepas kepergiannya. Hari ini adalah minggu ketiga saya resmi tidak menjabat kepsek lagi di sekolah yang telah 9 tahun bersama saya, baik sebagai guru, pengawas, konsultan PBM dan terakhir sebagai Kepsek.

Agak telat saya dan rombongan dari SMKN Taman Fajar (tempat tugas saya yang baru) tiba di Unggul. Suasana cerah buah dari doa civa unggul agar acara bisa berjalan lancar. Di depan ruang lobi sekolah, saya berjumpa dengan orang yang sangat berpengaruh bukan hanya pada karir saya sebagai PNS, tetapi beliau adalah tokoh kunci “Hidupnya” SMAN Unggul Aceh Timur yang sempat terbengkalai selama 4 tahun, Dialah Bapak H. Agussalim, SH, MH. Merupakan salah satu tokoh kunci beroperasinya sekolah ini pada tahun 2008.

Sejak dibangun sarana fisiknya (gedung) pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2007, sekolah ini memiliki kepala sekolah pertama (K-1, sebutan di unggul) yang bernama Bapak Drs. M. Thaib M. Syah, M.Pd. Sejak dilantik awal Tahun Pelajaran 2007/2008, Pak Kepsek 1 Unggul tidak memiliki guru dan tidak memiliki murid. Aneh, kan! Inilah kenyataan pahit yang penuh tantangan betapa sebuah sekolah unggul tidak memiliki peminat. Tidak ada satupun wali murid dan murid tamatan sekolah menengah pertama yang mau masuk menjadi siswa SMAN Unggul Aceh Timur. Satu tahun beliau berstatus Kepala Sekolah “Jomblo” dan tunggal. Hehehehe.

Tahun 2008, Jabatan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur dipegang oleh Bapak H. Agussalim. Putera Peureulak yang sangat konsern pada peningkatan kualitas pendidikan di Aceh Timur. Betapa tidak, sejak Kota Langsa dan Aceh Tamiang menjadi daerah otonomi dan lepas dari Aceh Timur sebagai kabupaten induk, prestasi kabupaten Aceh Timur di bidang pendidikan sepertinya mengalami penurunan dan kalah bersaing dengan Kota Langsa dan Tamiang yang secara fasilitas pendidikan memang telah lebih baik. Dalam rapat pertama kepala sekolah di rumah beliau, seluruh kepala sekolah diminta untuk menyebutkan nama, nama sekolah, dan jumlah murid. Tiba giliran Kepsek 1 Unggul tersebutlah bahwa Jumlah Murid NOL. Spontan Bapak Kepala Dinas Terkejut mendengar ada sekolah unggul yang tidak punya murid.

Langkah cepat diambil pak Kadisdik Aceh Timur ini. Esoknya beliau meninjau langsung lokasi sekolah yang masih terisolir, belum punya jalan sendiri. Jalan menuju sekolah masih pinjam pakai jalan kampung. Kenapa terisolir, karena meskipun ditemani oleh Kabid Dikmen saat itu, Pak Bustami, Pak Kadis tersesat, salah jalan dan bukan menuju ke unggul tapi masuk ke dapur bata. Begitulah misteriusnya lokasi sekolah ini, sampai-sampai kepala dinas tersesat salah masuk.

Setelah mencari jalan yang benar, pak kadis pun berhasil masuk ke unggul dan melihat kondisi nyata sekolah yang sedikit mengerikan. Halaman tengah ditumbuhi semak yang tingginya di atas kepala kita. Tidak ada jaringan listrik, air, dan akses antar gedung juga putus. Selain gedung, maka sekeliling sekolah adalah tanah lumpur yang hanya bisa dipijak pada saat musim panas, ketika musim hujan datang, maka tanah yang ada kembali ke wujud aselinya sebagai tanah persawahan.

Pak kadis yang nekat ini lalu menerapkan strategi unik. Anggaran yang ada di Dinas pendidikan Kab. Aceh Timur diplot khusus untuk mengaktifkan SMAN Unggul Aceh Timur. Dilakukan seleksi guru dari sekolah-sekolah yang ada di Atim. Terpilihlah 17 guru pertama yang menjadi guru perintis unggul. Sejak seleksi penerimaan guru yang saat itu diadakan di SMAN 1 Rantau Seulamat, status Jomblo Pak Thaib pun hilang, sekarang Sang Kepala Sekolah ini sudah memiliki mitra kerja, yaitu para guru ditambah dengan staf tata usaha yang berjumlah 2 orang. Kalau tidak salah saya, nama Ka. TU adalah Pak Efri, dan Bendahara Sekolah adalah Bu Nazla Khairani. Tapi tetap saja sekolah ini aneh. Dibantu pak Kadis, sekolah sudah punya kepala sekolah, guru, TU, dan juga anggaran yang melimpah, tapi sayangnya belum punya siswa.

 H. Agussalim, Pak Kadis yang sangat lincah dalam mengambil kebijakan ini tidak kehabisan akal. Tahun Pelajaran 2008/2009 dibuatlah promosi penerimaan siswa baru sman unggul aceh timur. Selain itu, beliau menjemput para siswa dari SMA-SMA yang ada di Aceh Timur. Usaha ini berhasil. Unggul punya murid, 1 lokal kelas XI MIPA, dan 2 Lokal Kelas X. Kelas XI pertama ada 20 orang. Tetapi lama-lama siswanya gak betah dan balik lagi ke sekolah asal. Siswa yang bertahan hingga tamat dan menjadi alumni pertama berjumlah 10 orang. Kami menyebutnya laskar pelangi unggul jilid 1. Hehehehe, karena tahun berikutnya ada lokal yang jumlah siswanya juga 10 orang. Alumni pertama ini sekarang sudah banyak yang sukses. Alumni Generasi I ini sekarang memimpin ikatan Alumni, yaitu Bang T. Ighfar. Sekarang sudah bekerja di Bank BTN Aceh.

Sejak tahun 2008 inilah, pak Kepsek 1 memiliki status yang sempurna, punya guru, ada murid, tersedia anggaran, dan dukungan kuat dari Kadisdik Atim. Inilah geliat unggul yang berhasil dihidupkan oleh Kadisdik Aceh Timur yang begitu fenomenal. Kami para guru sangat hormat pada beliau.

Setelah memulai ajaran baru di tahun 2008, berbagai cobaan belum berhenti. Hujan lebat mngirimkan air bah laksana Tsunami dan merobohkan tembok belakang asrama putera. Kejadian tengah malam yang menengangkan. Unggul banjir dan mati lampu. Gelap gulita tak ada cahaya lampu sedikitpun. Beda dengan sekarang, bila mati lampu langsung nyala mesin genset sekolah. Tapi tantangan ini pun bisa diatasi dengan baik atas dukungan Sang Kadis yang “pasang badan” demi jalannya PBM di unggul.

Terakhir, sebelum kisah ini saya tutup. Ada satu hal yang para guru ingat tentang apa yang pak kadis lakukan untuk kami. Beliau kalau datang ke unggul masuk ke semua kelas dan melakukan supervisi PBM. Entah beliau mau belajar atau memang mau melakukan supervisi. Yang jelas, bila beliau datang kami para guru selalu meminta beliau untuk masuk ke kelas kami. Rasa bangga bila beliau masuk dan melihat kami belajar. Tidak seperti para pejabat lain, biasanya kalau ada pejabat yang masuk kelas maka PBM akan dihentikan. Kami tidak, kalau pak Kadis datang ke kelas, maka kami akan menunjukkan kegiatan pmbelajaran yang terbaik. Kalau perlu semua siswa bicara pake bahasa inggris…hehehehe.

Itulah, sekelumit kisah tentang peran salah seorang tokoh kunci “hidupnya” SMAN Unggul Aceh Timur. Dari kubang bui (tempat babi mandi lumpur) hingga menjadi menara ilmu. Dari tanah berlumpur, menjadi tempat yang nyaman untuk beraktivitas, dari tak diminati menjadi sekolah yang kebanjiran pelamar siswa baru tiap tahun. Untuk semua yang telah Bapak H. Agussalim, SH, MH, berikan, kami seluruh Civa Unggul Mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Teriring doa semoga bapak bisa tetap mempertahikan kami meskpun sekarang sudah bertugas di Kota Langsa.

Salam hangat kami untuk pak Kadisdik Aceh Timur yang luar biasa.

Aceh Timur, 17 April 2017
Babe Nurdin

Kepsek 2 Unggul