Jumat, 30 Januari 2015

KREATIVITAS TINDAKAN WALI KELAS


Menarik. Setidaknya itulah yang ada di benak saya saat berada di salah satu kelas. Saya memang sedang melaksnakan tugas pemantauan PBM di SMPN 1 Pante Bidari. Menarik, karena dari seluruh kelas yang saya "intip", cuma kelas yang dipimpin bu yus ini ada bingkai foto di dindingnya. Malah di sekolah lain pun belum pernah saya temukan kondisi kelas dengan hiasan dinding begitu.

Bingkai foto lazimnya ada di kantor dewan guru. Foto-foto mantan kepala sekolah yang pernah bertugas di sekolah itu, akan dipajang, supaya bisa dikenang jasa-jasanya. Di ruangan kepala sekolah aktif, wajib ada foto kepala pemerintahan, yaitu : Presiden, wakil presiden, dan tambahan foto pemimpin daerah, propinsi atau kabupaten/kota. Tentu kalau pemandangan seperti itu sudah tidak asing lagi di mata kita.Tetapi di kelas ini lain, foto-foto siswa dalam bingkai besar. Hehehe, mungkin mereka semua bercita-cita ingin jadi seorang pemimpin public kelak ketika dewasa.

Sang wali kelas yang punya inisiatif ini ternyata memberikan keterangan lebih mengejutkan lagi. Saat saya mengunjungi kelas itu bersama Ibu Hamidah Rokayana, kepsek yang baru 1 bulan ini bertugas di SMPN 1 Pante Bidari, bu wali menyatakan bahwa latar belakang ide itu muncul dikarenakan dia sulit mengingat anak yang jarang masuk. Ada seorang siswa yang sering sekali tidak masuk sekolah. Maka timbullah ide untuk membuat bingkai foto seluruh peserta. Hal ini ternyata membantu bu Yus yang wali kelas enerjik itu, siswa yang jarang masuk ternyata tidak ada bingkai foto di dalam kelas tersebut.

Kegiatan pemasangan bingkai foto ini juga membangkitkan kemandirian siswa dalam bergotong royong. Siswa didorong untuk memiliki kelas, menjaga kelas, karena para penghuninya telah menyatakan diri secara sah sebagai penduduk di kelas itu melalui visualisasi bingkai fotonya. Jadi, kalau di ruangan kepala sekolah gambar dalam bingkai foto menunjukkan orang yagn sudah tidak ada lagi di ruangan itu, tetapi di kelas ini bingkai foto bermakna lain. Makna yang paling jelas bisa ditangkap adalah "ini kelas kami, kami ada di sini, jangan kalian ganggu kelas ini, AWAS"...Hehehe.

Terbayang saya saat masih menjadi wali kelas dulu di Sekolah tempat saya bertugas, biasanya foto siswa hanya ada di denah, di atas meja guru. Ukurannya pun paling gede 3 x 4 cm. Malah ada siswa yang ngasih foto ukuran Kartu Pelajar. Biasalah, alasannya "negatifnya udah ilang pak". Begitulah, foto yang kecil ukurannya itu tidak bisa membuat saya ingat wajah siswa dengan cepat. Belum lagi siswa zaman dulu jumlahnya jumbo, satu kelas berisi 45 peserta didik. Malah pernah ada yang satu kelas diisi 65 orang siswa. Ampun, kalo kita panggil namanya satu persatu, bisa habislah 1jam pelajaran.

Selalu ada ide bagi orang-orang yang berpikir kreatif. Kreatifitas untuk menyelesaikan persoalan, menjawab segala kebutuhan. Yah, dunia pendidikan butuh guru-guru kreatif yang bisa menghasilkan sesuatu buat siswanya. Kreatif dalam menyuguhkan pembelajaran bermakna bagi seluruh anak didiknya. Kita tentu tidak mau, dan malu, kalau dunia pendidikan malah banyak diisi para pendidik bermental seperti pegawai kantoran. Masuk jam 8 dan pulang jam 2. Miskin kreatifitas karena semua rutinintas telah ditentukan dalam job description masing-masing. Guru atau pendidik, menghadapi manusia yang punya aktivitas fisik dan mental. Sangat dinamis, hari ke hari selalu berbeda. Maka, dbutuhkan kreatifitas yagn berbeda juga untuk memberikan layanan yagn sesuai dengan kebutuhan tiap siswa.

Apa yang dilakukan oleh Bu Yus sang wali kelas kreatif ini tidak bisa dianggap remeh. Penempelan bingkai foto ini ternyata berbuntut panjang. Kelas menjadi kompak, dan mereka menyisihkan uang jajannya setiap hari.. Uang ini dikumpulkan oleh bu Wali setiap  hari, berapapun jumlah yang disetor oleh siswa. Mirip tabungan harian, namun penggunaannya telah disepakati untuk kegiatan akhir tahun. Luar biasa, masih ada anak yagn perncaya pada wlai kelasnya dan menitipkan uang satu kelas kepada sang wali. Rasa saling percaya ternyata bisa tumbuh setelah setiap siswa merasa menjadi bagian kelas tersebut. Ah, rasanya akan banyak kreativitas lain yang bisa muncul bila semua unsur di sekolah ini satu visi. Mulai dari sswa, guru,kepala sekolah, pengawas dan dinas pendidikannya. Saya menjadi makin tidak sabar untuk datang kali kedua ke sekolah itu.

Mari berbuat, sekecil apapun yang kita lakukan, jika niatnya baik pasti akan menghasilkan produk yang baik juga. Insya Allah.

salam kreativitas guru




Sabtu, 24 Januari 2015

NEGERI PETARUNG


Tiba-tiba saja kegaduhan di jagat Indonesia meningkat. Pertarungan baru tersaji meski laga lama belum lagi usai. Kegaduhan terus diproduksi - ada yang malah direproduksi - menjadi komoditi trendi. Kegaduhan yang muncul memang telah nyata mampu menghilangkan duga tragedi terbantingnya AirAsia di selat Karimata awal bulan lalu. Berbagai kegaduhan yang nampaknya terpola sejalan dengan nafsu kuasa, meski atas nama keadilan atau hokum sekalipun.

1. Ahok vs FPI
Beruntung sekali pelantikan pak Ahok sebagia gubernur tidak menimbulkan kerusakan parah seperti yang terjadi Mei 1998. Pelantikan wakil gubernur menjadi gubernur karena sang DKI 1 Jokowi terpilih jadi RI 1. Kursi Gubernur pun kosong. Ahok sebagai wagub dipilih menggantikan sang gubernur, namun arus penolakan terjadi. Ada yang menolak dengan cara terang terangan, tetapi ada juga yang menolak tapi diam. Diam karena tak punya kuasa untuk menyuarakan penolakan secara lantang.
FPI merupakan salah satu ormas yang berani bersuara. Perbedaan keyakinan Agama menyulut pertikaian Ahok vs FPI. Lemparan batu di kantor Dewan DKI pun terjadi. Beruntung tidak ada korban jiwa. Pertarungan tidak menyurut meski sang Gubernur kini telah dilantik, sudah punya wakil juga. FPI tetap melawan dan melantik gubernur tandingan.

Semoga saja pertarungan itu tidak meluas dan menimbulkan korban. Urusan politik memang begitu, cepat naik tensi tiba-tiba bisa turun.

2. Menteri KKP Susi vs maling ikan
Tomboy gayanya. Saat dilantik menjadi menteri ada yang meragukan kemampuannya. Maklum, cuma tamatan SMP. Moralnya diasumsikan tidak bagus. Karena ditemukan tato di kakinya (gak tahu di bagian lain ada atau tidak tato). Yang jelas menteri susi tidak diprediksi menjadi terkenal, sangat terkenal seperti saat ini. Bagaimana tidak, dia adalah menteri perempuan yang mendapat sorotan dunia berkat kebijakannya. Kebijakan yang diambil untuk mengembalikan kedaulatan bangsa Indoensia di laut. Kebijakan yang diarahkan untuk memanfaatkan hasil laut sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat.
Sudah lebih dari 3 kapal pencuri ikan ditenggelamkan. Tiada ampun bagi para pencuri ikan di Laut Indonesia. Berani mencuri, artinya kapal tidak bisa kembali ke negeri tuannya. Kita doakan semoga sepak terjang bu menteri ini bisa membersihkan laut Indonesia dari para pencuri ikan. Sehingga nantinya ikan-ikan itu bisa ditangkap oleh nelayan dalam negeri. Tapi jangan lupa ya bu susi, harga ikannya jangan sampai kemahalan. Maklum, dollar lagi gak bersahabat....hehehe

3. KPK vs POLRI
Beberapa waktu lalu KPK menjadikan BG, calon Kapolri, sebagai tersangka. Belum jelas juga tersangkanya karena apa. Kabarnya BG diduga memiliki rekening gendut. Atau mungkin ada kasus lain, kita masih sama-sama menunggu. Yang jelas, karena status itu, BG ditunda untuk menjabat Kapolri. DPR memang telah meluluskan budi dalam Fit and Proper Test. Tapi tetap saja status hokum membuat pak Pres menunda pelantikannya.
Mungkin pun hanya kebetulan, kemarin  Polisi menangkap BW, wakil KPK, sebagai tersangka kasus Pilkada di Kalimantan. Kasusnya sih sudah terjadi saat pilkada 2010 lalu. Namun, pihak polisi menyatakan bahwa penangkapan ini karena ada bukti baru dan ada yang ngadu Kapolri.
Saling tangkap, saling intip, saling intai, saling tuduh, mungkin juga saling sadap akan mewarnai kasus BG dan BW ini. Semoga gak membesar. Dan semoga juga tidak benar asumsi public bahwa ini bukan lagi kasus CICAK Vs BUAYA, tetapi telah menjadi kasus Buaya lawan Komodo.

Ingat pesan pak Pres, harus sinergi, jangan ada Gesekan, apalagi gosokan. Itu bisa berbahaya.

4. Kurikulum 2013 vs Kurikulum 2006
Dahsyat sekali pertempuran yang keempat ini. Saling tarik saling ulur hingga kini. Ini pertempuran paling mengerikan, karena melibat otak anak, guru, orang tua, dan bahkan pemerintah, khususnya pemeirntah daerah. Belum ada tanda-tanda yang mau mengalah. Dua kurikulum ini tetap maju ke arena. Siap bertempur untuk saling mengalahkan.
Keduanya digadang-gadang punya kelebihan yang unik. Keunikan yang menjadi alas an pemberlakuannya tahun ini juga, semester ini juga, SEKARANG.
Dalam banyak diskusi semua teriak belum siap 13. Kami pilih 06. Dan banyak bisikan agar saya mendukung kombatan sang KTSP 2006. Namun apalah daya, palo diketok dan K13 dengan girang menguasai daerah pertempuran aceh timur.
Angin baru berhembus. K-13 digugat kembali. Akankah K-2006 bisa memenangkan pertempuran dalam waktu dekat ini. Dukungan dari Mendagri pun akan makin membuat pertarungan ini makin seru.


Begitu banyak pertempuran dan pertentangan yang sedang eksis di negeri ini. Negeri yang aman damai tiba-tiba berubah menjadi petarung. Banyak sekali pertarungan, utamnya sesame penghuni negeri ini sendiri. Ah, kenapa semua ini dialami bangsa yang sangat besar ini. Benarkah ini bagian dari perbaikan system secara alamiah. Perbaikan dari kejenuhan kehidupan berbangsa dan bernegara yang belum juga bisa bawa rakyatnya jauh dari jurang gelisah. Belum bisa mewujudkan satu kata yagn dulu menjadi cita-cita bersama "Indoensia yang sejahtera".

Selamat bertarung, jangan lupa untuk tetap menjagai perdamaian....

Jumat, 16 Januari 2015

SEMUA BISA MENULIS, SEMUA BISA DITULIS


Banyak rekan pendidik menjadikan kegiatan menulis sebagai momok. Takut salah, hingga menjadi malas untuk memulai berlatih menulis. Terasa selalu ada kegiatan, akhirnya merasa gak punya waktu untuk duduk sekedar menuangkan ide-ide yang melintas cepat dalam batok kepala. Ada juga yang merasa tertekan dan merasa gak punya ide apapun buat ditebar ke layar monitor. Begitulah "momok" rekaan diri yang pada gilirannya menjelma menjadi persoalan profesi.

Tidak jarang ada juga pribadi pendidik yang ambil jalan pintas. Saat menulis dijadikan parameter guru berkualitas dan dibuktikan dengan kegiatan publikasi ilmiah, uang dijadikan penolong. Untuk apa menulis, capek dan butuh waktu lama, menyita pikiran, dan lain-lain keluhan pun muncul. Uanglah yang jadi "Dewa Penolong" semu. "Beli aja", gumam seorang teman yang sedang berbisik dengan temannya. Hehehe, rezeki nomplok bagi yang ahli copy paste. Alih-alih membantu, tapi menangguk untung. Rupiah pun masuk kantong, mengalir teratur seiring periode kenaikan pangkat guru yang setahun 2 kali dilaksanakan.

Bila ada sedikit saja kemauan untuk berlatih, menulis bukanlah sebuah momok. Menulis adalah proses belajar yang harus dilakoni terutama bagi seorang pendidik. Menulis bisa jadi hobi yang positif dan memberikan daya dorong signifikan peningkatan kognisi. Keteraturan hidup dimiliki oleh seorang penulis sejati. Bagi pemula belumlah sampai ke tingkat itu, minimal memiliki keteraturan dalam bentuk jadwal membaca dan penulis yang lebih jelas.

Bila waktu adalah ilmu, maka menulis menjadi salah satu kunci untuk sampai kepada ilmu. Tulisan yang telah ditulis itu bermanfaat buat penulis, juga untuk pembaca. Sejak memulai latihan menulis di Blog sejak 2011 lalu, /Alhamdulillah sudah ada beberapa tulisan yang dibuat di media massa. Terakhri tulisan yang dibuat di Majalah Potret. Bahagia.

Hanya satu kata saat tulisan kita kembali kepada kita dalam bentuk yang berbeda. Kala dikirim melalui email 2 bulan lalu, tak terbayang ia akan kembali dengan bentuk yang lebih indah. Tiada kebetulan yang sempurna di semesta ini, semua sudah ditentukan sang Pemilik kehidupan sebenarnya. Kita hanya butuh berlatih. Tulislah apa saja yang ingin anda tulis. Bila masa nya telah tiba barulah kita tahu arti besar aneka tulisan yang telah dihasilkan. Jangan minder dengan sederet naam besar. Semua kita bisa menulis, semua hal bisa ditulis. Selamat berlatih.

Terima Kasih buat Majalah Potret yang telah memuat tulisan saya.

Salam literasi

Selasa, 13 Januari 2015

CERITA BUAYA DI SEUMANAH JAYA


Proses sertijab Kepala SMPN 4 Ranto Peureulak selesai menjelang pukul 12 siang WIB. Tugas mengantarkan kepala baru dan membawa pulang kepala sekolah lama bersama pak Kasie Kurikulum Dikmen Disdik Aceh Timur usailah sudah. Seremonial yang tidak bisa tidak memang harus dilaksanakan. Tidak peduli lokasi sekolah yang jauh. Bukan halangan walaupun hujan merendam sebagian jalan menuju tempat tugas. Kepala baru tetap harus diantar dan yang lama ditarik pulang untuk ditempatkan sebagai kepala di sekolah yang lain.

Alhamdulillah, proses ini lancar, malahan cenderung cepat berlangsungnya. Ucapan terima kasih pak Mustafa (dua dari kiri) sebagai kepala SMPN 4 Ranto Peureulak yang lama segera disambut dengan ucapan mohon kerja sama semua pihak dari Pak Suryadi (3 dari kiri). Dan pak Rian Kasiekur segera menutup dengan wejangan, petuah, dan kalimat nasehat kepada warga sekolah, "bekerjalah dengan ikhlas agar beban tugas menjadi ringan".

Selesai pertemua di ruang guru, kami bergerser ke ruang kepala sekolah. Ruangan yang kecil dan begitu sederhana, namun bersih dan tenang suasananya. Kesempatan emas saya ngobrol dengan kepala Dusun yang telah menghibahkan tanahnya untuk kepentingan sekolah. Banyak sekali beliau memberikan cerita. Satu cerita yang paling teringat sampai sekarang adalah tentang sepak terjang buaya di sungai yang letaknya tidak terlalu jauh dari gedung sekolah. Maklumlah, sungai tempat buaya itu beraksi melewati rumah kos-kosan saya di Kota Peureulak. Jauh memang jaraknya, tapi kalo buaya itu sempat pergi merantau ke sini kan bisa geger penghuni pesisir. Hehehe

"Apakah pernah ada korban, Pak Kadus?" saya bertanya spontan saja. "Pernah", kata pak Kadus. Cerita aksi buaya pun mengalir. Ada dua orang memancing di pinggir sungai dekat sekolah. Dua orang, dan dua-duaya adalah lelaki. Menjelang maghrib, pemancing 1 meminta kawannya agar segera pulang. Tapi karena sedang syur mincing, pemancing 2 meminta injury time, tambahan waktu. Singkat cerita saat sedang menggulung benang, disaat itu juga seekor buaya menerkam kaki pemancing 2. Pemancing 1 berniat menolong, tapi datang seekor buaya lain, pemancing 1 takut dan lari minta pertolongan kepada masyarakat. 2 Hari kemudian pemancing 2 ditemukan tewas dan telah mengapung jauh dari lokasi TKP (tempat kejadian penerkaman).

Ada beberapa cerita lain yang kalo diceritakan pasti panjang. Memang ada yang selamat dari penerkaman. Namun, berbagai kisah ini mengisyaratkan kebenaran legenda adanya buaya di Krueng Peureulak. Kita harus waspada.

Selamat bertugas pak Suryadi, semoga terhindar dari para buaya.




Senin, 12 Januari 2015

HIDUP MEMILIH MATI

Sertijab Kepsek SMPN 5 Ranto Peureulak (Tanjung Tani) Aceh Timur


Buku "Hidup Sekali, Berarti, Mati" hadiah sohib yang calon pengawas matematika itu masih saya baca hingga sekarang. Pak Khairudin mengirimi buku tersebut melalui Bu Siti, guru matematika SMPN 1 Peudawa. Saya terima buku putih mulus itu masih di dalam segel plastic transfaran. Alangkah senangnya mendapatkan buku Best Seller yang gak dijual di Kota Tua ini. Maklum, warga sudah cukup dengan membaca dua merek Koran ternama yaitu Waspada-Serambi.

Lembar-lembar pertama buku itu saja sudah membuat saya lambat membaca. Lambat karena harus mengulang kalimat demi kalimat yang begitu singkat namun padu sekali, "kita termasuk kelompok yang mana". Membaca buku itu seolah membawa masuk pikiran kita ke otak si penulis buku tersebut, Bang ARR. Sebelum puas mengulang-ulang tiap lembarannya, dijamin gak bakalan saya lanjut ke halaman yang laen. Hehehe

Meski memilih membaca santai tapi bisa dinikmati sampai puas, sampai juga saya ke tulisan yang berjudul "B-C-D". Sang penulis yang hobi baca buku ini ternyata menyisipkan satu tulisan tentang ini. B adalah inisial dari Birth. Kalau kita liat kamus artinya lahir. Maksudnya setiap kita yang ada diunia berarti telah melewati tahapan itu, tahapan B. Lalu yang C, ini huruf awal dari kata Choise, artinya kalo kata guru bahasa Inggris adalah "pilihan" atau "memilih". Kata terakhir yang diawali dengan huruf D adalah Death, artinya "mati".

Jadi, sejak kita lahir ke dunia sampai mati dan masuk kuburan, ada sebuah tahapan yang mengharuskan kita untuk memilih. Tidak bisa tidak, kita semua harus memilih. Bahkan hari-hari yang kita lewati - termasuk hari ini - pasti berlalu dengan berbagai macam pilihan. Pagi-pagi kita sudah memilih mau makan apa. Atau memilih mau pake baju warna apa. Kecuali PNS, hari ini di Aceh Timur akan memilih warna yang sama "warna linmas".

Pilihan bukan hanya pada hal yang simple, hal yang rumit sekalipun tetap harus dipilih. Misalnya guru di sekolah, mereka akan memilih menggunakan media apa ya hari ini supaya murid mudah menguasai materi pelajaran. Atau, mau pake metode yang mana, agar para peserta didik bisa blelajar dengan efektif. Tentu saja ada juga yang tidak memilih kedua-duanya, daripada pusing mending anak-anak disuruh mencatat saja. Alasannya kan gampang, biar anak ada bahan belajar di rumah, maka harus kasih catatan yang banyak.

"Hidup Memilih Mati" adalah rangkaian peristiwa yang telah menjadi setingan penguasa semesta jagat raya ini. Bersyukur kita, telah diberikan hidup, beragam pilihan, dan kematian yang akan menjadi pintu bagi keberlanjutan kehidupan lain. Dari tiga kata tersebut, tentu kita tidak bisa memilih lahir dimana, dari keluarga apa, dan dengan cara apa kita dilahirkan. Semua sudah terjadi di masa lalu. Tapi menghadapi kematian yang akan datang tanpa waktu yang kita tahu, kita masih bisa memilih untuk mati sebagai apa. Bagi kaum muslimin dan muslimat tentu satu pilihan yang tak boleh tiada yaitu mati dengan membawa Iman dan Islam, mati dalam keadaan Khusnul Khotimah. Bila keinginan untuk mati dalam keadaan demikian, tentu selama hidup kita akan menghindari hal-hal yang akan menjauhkan kita dari cita-cita tersebut. Kita pastinya akan memperbanyak kegiatan yang positif dan mendukung niat suci tadi.

Semoga, para guru khususnya di Aceh Timur ini banyak yang mulai memilih untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat buat masa depan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Bukan malah memilih hidup nyantai kayak pantai yang penting gaji tiap bulan diterima. Sekolah-sekolah akan kering kerontang dari kreatifitas akademik penghuninya tanpa ada yang memilih untuk berbuat lebih.

Jangan sampai kita mati tapi belum sempat melaksanakan pilihan-pilihan positif . Hidup sekali, Mati juga sekali, namun anda bisa memilih apapun diantaranya tanpa batas.

Selamat memilih.

Sabtu, 10 Januari 2015

TUA-TUA KELADI PENGAWAS MASA KINI


Kami memanggilnya Bang Anwar. Dia adalah pengawas SD UPTD Peureulak. Foto ini diambil sesaat sebelum beliau meninggalkan tempat gotong royong. Hari ini kami para pengawas dan beberap anggota IGI Aceh Timur membersihkan gedung secretariat yang akan kami tempati di tahun 2015 ini. Bersama Bang Anwar hadir belasan pengawas SD dan Menengah lainnya yang rata-rata tidak muda lagi, alias sudah Tuaaaa Banget.

Beberapa pengawas senior yang datang di pagi tadi sempat menyarankan "bagaimana kalau kita  kumpul uang saja, lalu kita minta orang untuk bersihkan gedung ini?" Saya jawab "itu urusan mudah, tapi bila itu cara yang kita tempuh maka selamanya kita tidak akan pernah punya rasa memiliki terhadap ruangan ini".

Budaya mengongkosi ini memang telah menjalar ke hampir semua aktivitas pendidik, termasuk pengawas. Menggunakan cara-cara instan dengan membayar. Ngapain pusing-pusing, bayar aja beres. Dampaknya terasa sekali dari penggunaan cara-cara itu yaitu kita kehilangan berbagai rasa yang mestinya kita punya banyak dari berbagai aktivitas. Kita juga akan punya keahlian spesifik yang akan makin mengartikulasi bila selalu dibawa dalam praktek. Capek memang, tetapi setelah capek kita akan mendapatkan sesuatu yang kadang tak bisa diukur dengan materi atau uang semata.

Gotong royong kali ini bukan karena pengawas dan IGI Aceh Timur tidak punya uang, kere. Bukan! Semua pengawas masih banyak uangnya hari ini, maklum baru terima uang TPP dan Gaji awal tahun secara bersamaan. Kas IGI juga cukup untuk mendanai orang supaya beres-beres di gedung ini. Gotong royong ini adalah media untuk mengakrabkan antar pengawas dan guru (IGI). Di kegiatan ini kita ternyata masih sehat. Betapa tidak, itu tempat tidur 2 tingkat hasil dari PORA Aceh lalu berhasil di geser ke sudut barat, sehingga sudut timur menjadi ruangan yang memadai bagi aktivitas pengawas dan guru. Betapa nikmatnya pulut panggang dimakan bersama, padahal air minumnya hanya dengan air kemasan "murah".

Satu hal lagi yang mungkin luput dari analisis kita yang sudah terjangkit pragmatism dan instanisme, perbuatan yang bermanfaat untuk pembelajaran ini kelak jadi amal yang akan menemani kita sampai hari Terjanji itu datang.

Buat bang anwar yang telah membonceng grek dan berisikan peralatan gotong royong lengkap, kami ucapkan terima kasih. Doa kami semoga ini menjadi awal agar kelak Bang Anwar bisa jadi pengawas yang makin tua makin jadi. Kalau kata pepatah "Tua-tua Keladi"...

salam pengawas

Senin, 05 Januari 2015

GURU "GILA" JADI IDOLA


Hari ini adalah Senin, tanggal 5 Januari 2015, merupakan hari pertama semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Hari pertama yang berbeda dari tahun sebelumnya. Ya, hari inilah dimana sekolah dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk dipilih, mau lanjut K-13 atau K-2006! Di tengah gonjang-ganjing kurikulum itulah tugas kepegawasan semester genap ini saya mulai.

Selain itu juga masih ada soalan hot lain, apalagi kalau bukan SKP. Bisa panjang kalau kita bahas SKP pada postingan kali ini. Maklum, hal terang benderang itu ternyata bisa berbeda pemahamannya kalau sudah sampai ke otak para guru. Ada yang lantang kepingin buat SKP 2015 lagi. Gak sadar kalau yang 2014 itu saja belum bisa dipenuhi kontraknya. "Saya kiri cuma diisi-isi aja, gak harus ada lampirannya", itu komentar salah seorang guru di sekolah.

Hari pertama ini saya mengunjungi SMK terbesar di Kabupaten Aceh Timur, SMK Negeri 1 Idi. Sekolah yang sudah mulai menemukan jati diri sebagai SMK Teknologi. Proses panjang sempat saya dengar dari pelaku sejarah sekolah ini, siapa lagi kalau bukan sang Waka Kurikulumnya yaitu Pak Antoni. Dari diskusi ringan dengan beliau di ruang kepsek saya baru tahu kalau di SMK ini dulunya ada jurusan perhotelan. Hehehe, hebat betul sekolah ini, hotel tak ada tapi berani buka Jurusan Perhotelan. Namun itulah sejarah, mungkin semangatnya adalah untuk menerima aspirasi atau minat siswa yang ingin kerja di hotel-hotel di luar Aceh Timur.

Hari ini aktivitas sekolah dimulai dengan pelaksanaan upacara bendera. Pelaksanaan upacara bendera seringkali dijadikan salah satu indicator aktivitas di sebuah sekolah. Bila upacaranya khidmat, itu menunjukkan sekolahnya bagus. Itu kata para pengawas senior. Kalau sekarang, bisa anda artkan sendiri saja....hehehe.

Selesai upacara bendera, pak Usman, S.Pd.I, Kepsek ke dua yang pernah ada di sekolah ini, didampingi oleh para wakil, mengadakan briefing dan orientasi pada para guru. Saya sempat mendengar pak Antoni menyampaikan briefing dengan penuh semangat berapi-api. Sebagai pengawas saya senang ada kader guru di sekolah binaan saya yang mampu memotivasi guru. Semua tentu saja agar kinerja para guru di sekolah ini meningkat, meroket, dalam pencapaian tujuan sekolah.

Banyak hal saya dapat dari diskusi dengan guru di SMKN 1 Idi tadi hari ini. Terutama berkaitan dengan program-program sekolah ini di tahun 2015. Saya diberitahu sedikitnya ada 4 kegiatan besar dimana SMKN 1 Idi bermitra dengan para pelaku usaha berskala internasional. Harapanya tentu bisa dilaksanakan sesuai rencana besar yang telah disusun.

Di tengah pembicaraan hangat, pak Abdul Munir, Kadisdik Aceh Timur, muncul bersama seorang wartawan dari harian Rakyat Aceh. Diskusi bertambah hangat. Lebih hangat lagi saat diskusi menjurus pada niat pak kadis yang akan memfasilitasi penyediaan ruko 3 pintu untuk UP sekolah ini. Wah ini ide bagus. Semoga yagn ini juga bisa direalisasikan. Sehingga para siswa bisa mengaplikasikan kompetensi  yang diperoleh dari sekolah kedalam dunia nyata yaitu dunia kerja.

Di luar pagar sekolah ini, tentu ada yang pro dan kontra terhadap semua yang berlaku di SMKN 1 Idi. Terutama sosok Top leader di sekolah ini yang sering kali diperbincangkan track record nya.Namun bagi kita yang berpikiran positif tentu bisa melihat sisi positif dari siapapun. SMK memang beda. Sekolah ini telah menyepakati kembali ke kurikulum 2006, meskipun tetap siap melaksanakan K-13 bila dalam rapat besok diputuskan begitu. Kesiapan kembali ke Kur-2006 adalah bentuk ketaatan pada peraturan tertinggi walaupun gonjang-ganjing nya tetap ada sampai sama keluar dari pintu pagar pukul 13.45 WIB tadi.

Ada kesimpulan penting buat saya, dimana dalam mencapai visi misi dan tujuan SMK ini sangat dibutuhkan guru-guru yang GILA, bukan guru-guru biasa. Guru gila saja yang mau berbuat sampai bisa terwujud visi misi sekolah walaupun rintangan dan halangan menghadang di depan. Perubahan butuh suasana gila. Ya, gila yang dilepaskan mengalir lembut dari mulut sang Wakakur untuk tipikal Kepala Sekolah yang selalu Gali Ide Langsung Aksi. Semakin serius dan seringnya anda GILA, maka tak butuh waktu lama untuk menjadi Idola.

Tak terasa hampir jam 2 siang, saya harus segera meninggalkan ruang diskusi. Sampai jumpa lagi di sekolah lain.

Salam pembelajaran