Jumat, 31 Januari 2014

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

1. Metode Diskusi


Sejak 1 Oktober 2013 saya mulai ditugaskan kembali sebagai pengawas, setelah selama 2 tahun sebelumnya meninggalkan tugas tersebut karena melanjutkan pendidikan di Jakarta. Menjadi pengawas sekolah lagi adalah pekerjaan yang sesuai dengan apa  yang saya pelajari di Kampus. Kegiatan memantau, menilai, dan membina warga sekolah kini menjadi kegiatan harian yang harus saya lakoni sebagai rutinitas, sebuah amanah dari rakyat Indonesia.
Kini, hampir 4 bulan tugas itu saya emban. Sudah ada 9 sekolah yang  secara aktif saya kunjungi. Setiap kunjungan saya jumpai hal-hal menarik, baik yang berhubungan dengan tugas maupun yang diluar tugas kepengawasan. Hal menarik itu bisa berasal dari guru, siswa, kepala sekolah, lingkungan sekolah atau bahkan kejadian yang terekam saat perjalanan menuju ke sekolah binaan. Untuk hal-hal yang tidak enak biarlah menjadi pengalaman pribadi saya saja. Belum ada niat untuk menceritakannya di sini.
Dari beberapa sekolah yang saya kunjungi, ada beberapa hal penting yang butuh perbaikan. Salah satunya adalah Strategi Belajar Belajar yang diterapkan oleh teman-teman guru di dalam kelas. Pembelajaran berlangsung seolah apa adanya, monoton, kurang semangat, dan terkesan kurang direncanakan. Meskipun tentu saja teman-teman guru semuanya memiliki prencanaan pembelajaranyang ditunjukkan pada pengawas yang datang berkunjung. Saya memang belum melakukan riset tentang keadaan ini, juga bukan bermaksud ingin menduga-duga, hanya berdasarkan fakta saja maka saya ingin membagi tulisan ini buat teman-teman guru, semoga bermanfaat.

Pendahuluan
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, serta mengena pada tujuan-tujuan yang diharapkan. Agar dapat memiliki strategi ini, guru harus menguasai teknik-teknik penyajian. Teknik penyajian ini yang sering kita sebut atau dikenal secara luas di kalangan guru sebagai metode mengajar.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang diterapkan guru di kelas. Penting sekali guru menguasai metode ini, karena tujuan pembelajaran di kelas bisa berbeda-beda, tergantung pada materi pelajaran, suasana di dalam kelas maupun antar kelas yang beragam, dan juga bisa dipengaruhi oleh daya dukung yang dimiliki oleh sekolah. Metode yang digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi akan berbeda dengan metode yang digunakan guru untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dalam menghadapi segala persoalan (Roestiyah, 2001).

Metode mengajar
Ada bermacam-macam teknik atau metode mengajar. Setiap metode tentu memiliki keunikan tersendiri, sehingga menjadi penting juga bagi guru untuk memilih metode sesuai dengan tujuan pembelajaran. Jadi untuk tujuan yang berbeda maka metode yang digunakan juga harus disesuaikan.
Berikut ini beberapa metode yang saya sarikan dari buku Roestiyah (2001).
1.       Teknik Diskusi
Dalam diskusi terjadi interaksi antara dua individu atau lebih, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, semua siswa aktif.
Keunggulan teknik ini antara lain:
  • Kelas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, mudah mengelola kelas
  • Mempertinggi partisipasi secara individual
  • Rasa sosial dapat dikembangkan
  • Ada kemungkinan saling mengemukakan pendapat
  • Demokratis
  • Memperluas pandangan
  • Menghayati kepemimpinan bersama-sama
  • Mengembangkan bakan kepemimpinan


Berapa kelemahan juga ditemukan, yaitu:
  1. Bisa memerlukan waktu yang panjang bila terjadi perbedaan pandangan saat diskusi.
  2. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar
  3. Hanya disukai oleh siswa yang senang berbicara
  4.  Biasanya orang menghendaki pendekatan yang formal


Metode diskusi baik dilaksanakan apabila:
  •  Hal-hal yang dipermasalahkan menarik minat dan perhatian siswa. Misalnya tentang manfaat dari internet bagi siswa.
  •  Masalah harus mengandung banyak kemungkinan jawaban, dan masing-masing jawaban dapat dijamin kebenarannya. Contohnya adalah wacana pemindahan Ibu Kota RI dari Jakarta keluar pulau Jawa.

Metode diskusi ini pun bermacam-macam, yaitu:
  1. Whole group (15 orang)
  2. Buzz-group (8 orang)
  3. Panel (3-6 orang)
  4. Symposium
  5. Caologium
  6. Informal-debate
  7. Fish bowl


Inilah teknik/metode pertama yang bisa saya postingan. Selanjtunya akan saya sampaikan ditulisan berikutnya. Kalau pembaca mau lebih jelas, belilah bukunya.


Disarikan dari buku Dra. Roestiyah N.K. dengan judul Strategi Belajar Mengajar.

Minggu, 12 Januari 2014

SMKN 1 IDI MENATA DIRI

Pengawas bersama Wk Hubdin
Hari sabtu, tanggal 11 Januari 2014 penulis melakukan kunjungan ke SMKN 1 Idi. Hari itu merupakan hari ketiga efektif Semester Genap Tahun pelajaran 2013/2014 di Kabupaten Aceh Timur.

Meskipun beberapa Kabupaten/Kota tetangga memiliki perbedaan dalam hal jumlah hari libur semester ganjil, sehingga ada perbedaan permulaan semester genap.

Wk. Manajemen Mutu
Tepat pukul 09.30 WIB saya tiba di SMKN 1 Idi. Tidak terlihat ada aktivitas pembelajaran, meskipun nampak beberapa orang siswa berseragam yang berada di pekarangan sekolah. Setelah memarkirkan kenderaan dinas roda dua, saya langsung menuju kantor. Suasana di kantor berubah drastis, ternyata sedang dilakukan penataan ruang tata usaha. Ruang dewan guru dipindah ke ruangan baru, sedangkan ruangan lama disulap menjadi ruang wakil dan para kajur.

Kedatangan saya disambut oleh seorang ibu yang menurut dugaan saya bukan dari tenaga pendidik/guru. Ternyata benar, beliau adalah staf tata usaha. Di ruang wakil / kajur ini saya berdiskusi dengan bu Ella (Wakil Manajemen Mutu) dan pak Asnawi (hubdin). Diskusi-diskusi lepas berlangsung sekitar 1 jam. Kebetulan di ruangan tersebut ada Televisi baru, jadi bisa sambilan juga liat perkembangan kasus Anas yang sedang heboh di Jakarta.
Suasana di ruang guru
Penulis juga sempat berkunjung ke kantor dewan guru yang baru, dan ternyata ruang guru di dominasi oleh guru perempuan, guru laki-laki sepertinya tidak banyak yang hadir. Kegiatan para guru hanya ngobrol biasa, terlihat juga ada guru yang sedang membaca majalah menyerupai katalog produk barang ternama.

Di depan kelas terlihat beberapa orang siswa sedang bergotong royong memindahkan kursi dan meja. Kabarnya barang-barang tersebut baru diterima dari Dinas. Ada lokal baru, sehingga butuh tambahan meja kursi untuk siswa belajar.

Kepsek SMKN 1 Idi, Dokumen 1&2
Selesai berkeliling, penulis melakukan diskusi panjang dengan Kepala Sekolah. Perlu penyamaan persepsi tentang pembinaan SMKN 1 Idi. Ini penting dilakukan antara pengawas dengan kepala sekolah, mengingat sekolah ini adalah satu-satunya SMK yang ada di Ibukota Aceh Timur. Semoga kegiatan penataan diri yang terpantau oleh pengawas dalam kunjungan sabut kemarin itu menjadi pertanda bagus bangkitnya mutu SMKN 1 Idi menuju  sekolah kejuruan yang profesional dan terbaik di Aceh Timur.

SASARAN KINERJA PEGAWAI (SKP)

Penilaian Kinerja PNS selama ini dilakukan menggunakan DP3 (Daftar Penilaian Prestasi Pegawai). DP3 ini telah menjadi satu-satunya alat penilaian kinerja pegawai yang dilakukan oleh atasan langsung pegawai. Di sekolah, DP3 guru dibuat oleh Kepala Sekolah di tiap satuan pendidikan.

Selain sebagai alat penilaian kinerja PNS, DP3 juga digunakan sebagai syarat kenaikan golongan/pangkat seorang pegawai. Bila nilai dalam DP3 nya ada penurunan, maka seorang pegawai tidak bisa naik golongan ke tingkat yang lebih tinggi. Namun pada kenyataanya, berdasarkan pengalaman penulis, hampir tidak pernah ada ditemukan DP3 yang nilainya menurun dan menyebabkan seseorang pegawai terhambat kenaikan golongan/pangkatnya. Oleh karena itu, DP3 hanya dianggap sebagai formalitas saja.

DP3 tidaklah mencerminkan penilaian kinerja yang sebenarnya. Karena semua guru di tempat penulis bertugas 100% sukses naik pangkat meskipun sebenarnya ada yang berkinerja kurang baik dan belum layak naik golongan. Tapi karena DP3 nya naik selalau, maka usulan kenaikan pangkat pun aman-aman saja.

Mulai tahun 2014, penilaian kinerja PNS diubah menggunakan SKP (Sasaran Kinerja Pegawai). Menurut Yulianus, Pegawai BKN, SKP  merupakan sasaran kinerja dan target kerja tahunan PNS selama satu tahun, apa yang akan dilakukan pegawai, "SKP mempunyai bobot 60% dan 40% penilaian dari aspek behavior, penilaian SKP inin untuk menentukan berapa besaran remunerasi yang akan diterima oleh PNS". tandasnya.

Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih detail tentang pelaksanaan SKP dapat mengunduh file di bawah ini

1. Forumulir SKP
2. Angka Kredit per tahun SKP
3. Panduan SKP 
4. SKP guru belajar

Kamis, 09 Januari 2014

Pengawasan Perdana di SMKN 1 Julok

Hari ini, Kamis 9 Januari 2014 adalah kunjungan perdana saya ke SMK Negeri 1 Julok Kabupaten Aceh Timur. Sebelum sampai di Julok, saya singgah di kantor Dinas Pendidikan untuk melakukan apel pagi. Apel dimulai tepat pukul 08.15 WIB. Setelah mengikuti apel, yang hari ini dipimpin langsung oleh pak Kadis, saya langsung pake helm, jaket anti angin, meluncur lincah menuju ke sekolah binaan di pesisir Kota Julok.

Hanya butuh waktu 30 menit, saya sudah sampai di kecamatan Julok. Sebuah kecamatan yang lumayan ramai dalam wilayah Kabupaten Aceh Timur. Setelah berbelok ke arah pesisir, langsung terlihat beberapa kegiatan di hari pertama semester genap 2013/2014. Saya sempatkan memantau
Tokoh Masyarakat Julok
SMPN 4 Satu Atap, dan berbincang-bincang dengan tokoh masyarakat setempat. Tidak banyak topik pembicaraan yang dibicarakan, namun semangat beliau yang coba saya tangkap adalah tentang pentingnya pendidikan bagi generasi aceh masa depan, "kita tidak bisa bersaing dengan penduduk dari negara lain kalau pendidikan kita jelek", kata beliau. Setelah saya menyatakan setuju dengan komentarnya itu, si bapak lalu menceritakan sedikit kisah hidupnya di pesisir Julok.
Tidak ingin ketinggalan momen pemantauan hari pertama sekolah di semester genap ini, saya langsung mohon pamit pada si Bapak, dan segera berbelok menuju jalan yang akan menghantarkan saya pada pintu gerbang SMK Negeri 1 Julok. Kunjungan perdana, entah apa yang akan saya jumpai, masih menjadi teka-teki. Tanpa memerlukan waktu lama, paling lama mungkin 5 menit, itupun karena saya tidak terlalu mahir dan belum terbiasa juga dengan situasi jalan dipinggiran tambak penduduk, sampailah saya di pintu gerbang sekolah.

Tak jauh dari pintu gerbang, sebuah kantin, berbentuk gubuk, telah menanti kedangan saya, dan ternyata di dalam kantin tersebut sedang terjadi dialog antara pak Kepala SMKN1 Julok dengan Pak Ketua Komite.

Sambutan dengan kopi khas Aceh merek "Ule kareng" segera membasahi kerongkongan. Dilengkapi dengan gorengan hangat, terjadilah pembicaraan pembuka secara santai antara pengawas seklah, kepala sekolah, dan ketua Komite. Pembicaraan di kantin ini di dominasi oleh kegiatan pembangunan beberapa gedung yang memang sedang berlangsung pengerjaannya. Setelah dirasa cukup "pemanasanannya", kami pun segera menuju ke ruang kantor dewan guru.

Betapa bahagianya saya, karena saat mulai memasuki ruang kantor guru, ada kegiatan yang sedang dilakukan oleh para guru, antara lain pendataan barang-barang laboratorium yang baru saja tiba dari
Bersama pak Kepsek
dinas. Setelah menyapa beberapa guru, antara lain sahabat lama saya, Pak M. Nasir, lalu ada Pak Rahmad, dan beberapa guru lain, termasuk satu guru PPL dari Universitas Muhammadiyah Panton Labu.

Dari Laboratorium mesin perkapalan, dialog dilanjutkan di ruang kepala sekolah. Diskusi hangat di ruang kepala sekolah antara lain membahas tentang :

  1. Sejarah singkat SMKN 1 Julok, sejak pendirian hingga perjuangannya sampai hari ini.
  2. Kondisi tenaga pengajar (guru), jumlah guru PNS baru 11 orang, telalu banyak masih guru yang dibutuhkan, belum lagi untuk guru produktif, semua guru produktif merupakan guru bakti yang memerlukan biaya dari sekolah untuk membayar honorariumnya.
  3. Diskusi sedikit melebar ke luar pagar, pak kepsek menjelaskan tentang budaya warga sekitar sekolah yang umumnya mencerminkan budaya masyarakat pesisir yang berkarakter keras, "keras seperti debur ombak di pantai, pak din", begitu pak kepsek menjelaskan singkat.
  4. Satu isu penting yang saya sampaikan tentang kinerja pengawas masa kini. saya sampaikan secara terbuka kepada pak kepsek, juga disaksikan oleh pak ketua komite,
    Ketua Komite Sekolah
    "pengawas saat ini berbeda dengan sebelumnya, kedatangan pengawas saat ini ke sekolah adalah dalam rangka menjalankan tugas pengawasan, pengawas sudah menerima gaji untuk tugas ini, plus tunjangan profesi, plus uang jalan dari dinas - walau tidak terlalu besar - cukup untuk mendukung kegiatan pengawasan, jadi tidak usah lagi bagi-bagi amplop pada pengawas yang datang." Pak kepsek masih merasa tidak biasa dengan penyampaian saya tadi, tapi pada akhirnya beliau faham bahwa pengawas datang ke sekolah tidak lagi mencari uang tetapi menagih kinerja kepala sekolah dan guru serta warga sekolah lainnya dalam melaksanakan layanan pendidikan bagi rakyat. Apakah layanan yang diberikan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau belum, apa yang bisa pengawas sekolah bantu agar mutu sekolah meningkat, dan lain-lain.

Menutup diskusi di ruang pak kepsek, saya mengisi buku pembinaan pengawasan dan mencatat 3 hal penting yang merupakan rangkuman dari diskusi bersama dengan pak kepsek dan pak ketua komite. Setelah mengunyah sebuah ranup (sirih), saya pun mohon pamit. Situasi pada saat pamit inilah biasanya kepala sekolah memberikan amplop yang berisi uang (uang bensin biasanya) untuk pengawas. Alhamdulillah, saat kunjungan ini kepala sekolah komit dengan apa yang saya sampaikan di dalam tadi "jangan ada komersialisasi jabatan pengawas." Memang, uang untuk pengawas itu sebaiknya digunakan bagi kepentingan sekolah saja. Percayalah, pengawas yang datang ke sekolah sudah siap dengan segala sesuatunya termasuk uang untuk beli bensin dan makan siang. Tapi tetap saja, pak kepsek tidak mau mengalah, nampaknya telah diinstruksikannya seorang guru membeli oleh-oleh khas pesisir untuk saya bawa pulang. Nah, ini gak bisa dielak lagi, ikan asin nikmat khas Julok pun nyangkut di honda dinas.

Suasana makan siang di Julok
Setelah berpamitan, diskusi kecil berlanjut dengan guru-guru, antara lain membahas tentang perkembangan SMK Negeri 1 Julok dan dunia pendidikan aceh timur pada umumnya. Diskusi ini ditutup dengan makan siang di samping galon Julok, dengan menu khas aceh tentunya "Kari Kambing".
Terima kasih buat pak M. Nasir yang telah menemani makan siang saya tadi, dan juga buat pak Rahmadsyah Putra yang telah bersedia membayar semua yang ada di atas meja makan. Semoga mendapat ganjaran yagn setimpal.

Demikianlah kunjungan di SMKN 1 Julok. Sampai jumpa di kunjungan berikutnya.




Selasa, 07 Januari 2014

Mutu Pendidikan Sekolah

Mutu adalah satu kata yang masih menyiratkan persoalan besar di Indonesia, khususnya berhubungan dengan mutu pendidikan. Apalagi belum lama ini ranking pendidikan Indonesia berada di kelompok kelas bawah (rendah) berdasarkan  hasil penilaian Programme for International Study Assessment (PISA) 2012 (Tempo, 6 Des 2013).  

Mutu pendidikan merupakan salah satu tema pokok bagi dunia pendidikan Indonesia, selain persoalan pemerataan dan efisiensi. Mutu pendidikan itu sendiri memang sulit didefinisikan secara jelas. Sebagaimana dikatakan oleh Mc Mahon (dalam Wirda dan Purwadi, dalam Balitbang Dipdiknas 2007): "although all agree that the quality of education is important, it is also illusive and har to define". Jadi meskipun umumnya semua orang sudah setuju bahwa mutu pendidikan itu penting, tapi juga masih merupakan bayang-bayang dan sulit untuk mendefinisikannya. 

Tanda bahwa tidak jelasnya mutu pendidikan, dikatakan bersifat elusive, Menurut Mc Mahon ada 7 hal:

  1. mempunyai banyak arti,
  2. sebagai sasaran pendidikan bisa terjadi konflik dengan sasaran lainnya,
  3. definisi tertentu mungkin sensitif secara sosial dan politik,
  4. perhatian terhadap kualitas biasanya terkait dengan kritik di masa lalu,
  5. paling tidak di beberapa bagian populasi tidak pernah sebaik seperti yang seharusnya,
  6. target kualitas kurang dapat disentuh, kerap lebih sulit untuk dicapai daripada target kuantitas,
  7. interaksi perubahan dalam kualitas, efisiensi, dan keadilan bersifat kotroversial.
Meskipun demikian para ahli tetap berusaha memberikan baasan dalam upaya memberi arah pada pelaksanaan program-program pendidikan. Salah satu batasan tentang mutu pendidikan dilihat dari 4 aspek, yaitu:
  1. keluaran atau output (aspek kognitif saja)
  2. keluaran (aspek koginitif dan afektif (nilai))
  3. keluaran jangka panjang (outcome), dan 
  4. input, proses, dan output
(bersambung)

Minggu, 05 Januari 2014

WACANA PEMINDAHAN SEKOLAH UNGGULAN



Jakarta sempat menghangat saat wacana pemindahan Pusat Pemerintahan atau Ibu Kota dari Jakarta. Pro kontra terjadi dan gesekan diberbagai media pun terjadi antara 2 kelompok ini. Santer sudah pro kotra, namun ibu kota dan pusat pemerintahan masih tetap di tempatnya semula.

Lain halnya yang terjadi di tempat tinggal saya, Kabupaten Aceh Timur. Terjadi resah pada banyak pribadi setelah membaca media lokal kebanggaan rakyat aceh “serambi indonesia.” Pada edisi 2 Februari 2013 terdapat berita wacana Bupati Aceh Timur untuk memindahkan SMA Negeri Unggul Aceh Timur ke lokasi baru. Lokasi lama Sekolah ini dahulu dekat dengan ibukota Kota, Langsa. Setelah pemekaran langsa berdiri menjadi daerah otonomi baru.
Generasi Kedua SMA Negeri Unggul 
Aceh Timur
Lokasi baru yang akan dijadikan kampus SMA Negeri Unggul Aceh Timur berada di Kecamatan Peureulak. Daerah ini memang ditetapkan sebagai kota pendidikan Aceh Timur. Sangat beralasan dan tepat bagi Pemkab Aceh Timur untuk mengisi daerah Peureulak ini dengan pelayanan publik bidang pendidikan yang unggul atau berkualitas tinggi.
Seperti halnya wacana pemindahan ibu kota atau pusat pemerintahan RI dari Jakarta, keinginan pak bupati Aceh Timur pun mendapatkan pro kontra yang begitu beragam. Bagi masyarakat peureulak (biasa kami menyebutnya kota peureulak) apa yang diwacanakan bupati disambut dengan gembira. Betapa tidak, masyarakat memang sudah lama mendambakan pendidikan berkualitas yang unggul, berbiaya murah karena akan disubsidi oleh Pemkab Aceh Timur, dengan sistem sekolah yang berasrama, akan membuat para orang tua merasa lebih aman menempatkan anak-anak mereka di sana. Masyarakat peureulak yang juga sebagai pendukung utama pasangan bupati dan wakil bupati pada pilkada lalu, pastinya akan setia mengawal kehendak pak Bupati ini agar terwujud, paling telat SMA Negeri Unggul Aceh Timur harus pindah pada tahun ajaran baru 2013/2014 dari lokasi lama di Birem Bayeun ke Desa Dama Tutong Kecamatan Peureulak.
Anggota Dwan Guru
 SMA Negeri Unggul Aceh Timur, Formasi I
Lalu bagaimana dengan Komunitas SMA Negeri Unggul Aceh Timur menanggapi wacana pemindahan ini?  Para guru dan tenaga administrasi sekolah umumnya berdomisili di Kota Langsa, akan merasa tidak nyaman dengan wacana ini. Pindahnya sekolah ke lokasi yang baru akan menambah jarak tempuh dari rumah mereka ke lokasi sekolah yang baru. Jika di lokasi sekarang, menggunakan sepeda motor, dapat ditempuh dengan waktu 10 s.d 15 menit dalam cuaca normal. Sedangkan apabila sudah pindah ke lokasi baru, maka waktu tempuhnya menjadi 40 s.d 45 menit menggunakan sepeda motor dengan kecepatan sedang.
Para alumni juga kabarnya tidak menyetujui wacana ini, hal ini disebabkan mereka terlanjur telah “terlahir” di lokasi yang lama. Pemindahan sekolah ke lokasi baru akan diartikan sebagai pencabutan identitas keunggulan yang mereka terima di Birem Bayeun. Sebagian menungkapkan sedih dengan rencana pemindahan, apalagi nostalgia yang kental saat awal-awal berpayah-payah membangun SMA Negeri Unggul dimana pada masa awal tersebut sangat minim fasilitas. Misalnya, ketiadaan genset, sehingga saat mati lampu malam hari, kondisi sekolah mirip hutan sawit, gelap gulita. sekolah yang tidak memiliki pagar utuh, tidak punya akses jalan, untuk masuk ke sekolah terpaksa harus lewat jalan kampung (jalan desa). Baru sekitar awal 2010 dibuat jalan masuk ke sekolah ini.
Memang, identitas menjadi sebuah kebanggaan bagi yang mencintainya. Betapa identitas sebagai alumni SMA Negeri Unggul Aceh Timur di lokasi yang sekarang telah menempatkan para alumni sebagai lulusan sekolah berkualitas dengan sejumlah prestasi di tingkat Kabupaten, Provinis, Nasional, bahkan di level internasional. Kebahagiaan bersama yang dulu pernah dirasakan oleh alumni dan tidak ingin terganggu dengan adanya pemindahan sekolah merupakan hal lumrah yang juga harus kita hargai sebagai bentuk kecintaan pada almamater.
Sanggar Tari Unggul
 "Siswa Generasi III"
SMA Negeri Unggul yang telah berbenah, dari ketiadaan fasilitas, lantai dari semen kasar tak berkeramik, berdebut, sering diterjang banjir, kesurupan, dan hal-hal tidak enak lain telah berhasil dilalui. Lalu, haruskah setelah semuanya menjadi bagus seperti saat ini sekolah malah dipindah ke lokasi yang juga mirip dengan sekolah ini tempo dulu, tak berpagar, minim sarana prasarana, juga jauh dari lokasi rumah para guru.
Sebagai salah seorang mantan guru di SMA Negeri Unggul Aceh Timur, kondisi saya justeru berbeda dengan sebagian besar teman-teman guru. Pemindahan sekolah ke lokasi baru malah membuat saya menjadi semakin dekat dengan sekolah. Kalau saat mengajar dulu saya menghabiskan waktu 45 menit dengan sepeda motor menuju sekolah, tapi ke lokasi baru saya hanya butuh 3 atau 5 menit saja. Saat teman-teman bertanya apakah saya mendukung sekolah pindah atau tidak? membuat saya berpikir panjang. Ada hikmah apa dengan ide pak Bupati memindahkan sekolah ini ke Kota Peureulak. Tetapi teman-teman juga tidak salah menolak pindah, karena telah mencintai sekolah ini dengan status yang sekarang.
Dwi Candra Pranata Peraih Medali Emas
OPSI Nasional 2010
Raudhatul Fitiri Zuhra Juara 1 OSN "Astronomi"
Semoga, pengambil kebijakan, dinas pendidikan dan Pemkab Aceh Timur, dapat mengambil keputusan yang win-win, agar kalaupun terjadi pindah akan mendatangkan kemaslahatan untuk semua, khusunya warga aceh timur. Kalaupun tidak jadi pindah, diharapkan gedung Magnet School yang akan dijadikan “kampus baru SMA Negeri Unggul Aceh Timur tetap dapat dimanfaatkan menjadi pusat pendidikan dengan nama atau status yang lain. Setelah pro kontra ini berakhir, semoga tidak ada keresahan lagi. Amin.