Rabu, 12 Agustus 2015

ANAK TKI DI PERBATASAN MALAYSIA



Hari ini ada pertemuan koordinasi Kepala Sekolah dan Tim Teknis penerima dana Bansos Kemendikbud. Ada 13 sekolah yang hadir memenuhi undangan Dirjen PKLK. Peserta berasal dari beberapa daerah 3T Indonesia, ada yang dari Halmahera, Papua, Sulawesi, Bengkulu dan Jambi, Aceh, serta hadir juga utusan dari Pulau Sebatik dan Nunukan. Bertemu dengan insan pendidikan se Indonesia selalu saja menghasilkan kisah baru, ada yang pilu, lucu, tak ketinggalan pula cerita yang bikin syarat ketawa menjadi aktif. Hehehe.

Kisah menggemaskan terlontar dari mulut teman-teman di Sebatik dan Nunukan. Betapa tak asing lagi kita dengar nama dua daerah ini diberbagai televisi nasional, khususnya saat ada pemberitaan deportasi warga Indonesia yang dianggap sebagai TKI ilegal dari Malaysia. Sepenggal kisah dari sang kepala sekolah yang tentu saja membangkitkan rasa kemanusiaan kita sebagai anak bangsa ini. Betapa ini, ternyata ada kesengajaan yang sistematis dari tetangga kita itu agar anak-anak para TKI tidak sekolah. Dengan tidak mengenyam pendidikan di sekolah maka kualitas SDM anak TKI ini menjadi rendah sangat rendah, sehingga bisa dijadikan pekerja murah di kebun-kebun milik orang Malaysia. Terlalu bila memang cerita ini benar.

Fokus membangun perbatasan jangan lagi sebagai jargon para pemain politik. Perbatasan harus benar-benar dijadikan pintu gerbang Bangsa Indonesia. Untuk itu, SDM daerah perbatasan harusnya memiliki kualitas yang minimal setara dengan para tetangga kita. Hal ini penting, sebab WNI di perbatasanlah yang akan menjadi wakil pertama negara dalam menghadapi persaingan Internasional, meskipun dengan tetangga yang mengaku serumpun itu.

Suramnya nasib anak TKI di perbatasan seolah disengaja secara sistematis untuk kepentingan Malaysia. Kebun-kebun milik Malaysia begitu hijau sementara kebun milik orang Indonesia daunnya menguning. Hijaunya kebun malaysia itu hasil kerja TKI yang terjepit hidupnya. tidak ada pilihan lain selain bekerja di kebun dan melibatkan anak dan isterinya sebagai tenaga kerja gratis. Oleh karena itu, teman-teman dari Sebatik dan Nunukan antusias sekali menyambut program Dirjen PKLK Kemendikbud untuk membangun sebuah sekolah berasarama dan disubsidi penuh pemerintah pusat di daerah mereka. Mata rantai pembodohan rakyat Indonesia di perbatasan harus diputus agar tak ada perbudakan bangsa ini dengan mengatasnamakan buruh migran ilegal Indonesia.

Salam buat orang-orang Indonesia di Perbatasan Negeri.