Hari masih pagi,sobat saya Pak Fauzan, S.Pd. sudah ngebel saya. Dia menanyakan apakah saya sudah bisa berangkat menuju SMAN 1 Madat. Hari itu adalah Sabtu, 11 Oktober 2014, saya memang ada kesepakatan dengan SMAN 1 Madat. Jadwal yang sempat tertunda selama 1 bulan. Kegiatannya tidak terlalu besar. Saya diminta menemani guru-guru SMAN 1 Madat menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah disusun para guru.
Menjelang pukul 08 pagi kami berangkat dari kota Peureulak. Pake angkutan umum kelas jumbo. Gak seperti kepala sekolah lain, pak Fauzan, S.Pd. yang sudah hampir 1 priode di SMAN 1 Madat belum mau membeli mobil pribadi. Alasannya karena belum ada tempat untuk nyimpan mobilnya...hehehe. Dengan mobil umum pun lebih santai, tinggal bayar dan bisa nyantai sampai tujuan. Kalau beruntung dapat bonus tidur di kursi.
Udara pagi yang masih segar menemani perjalanan.Tidak ada halangan berarti. Hanya saja harus transit, ganti pesawat kalo di Kuala Namu, tapi karena ini kejadiannya di Kota Julok, maka cuma ganti mobil aja. Biasalah, sampai Julok sewanya tinggal kami bertiga. Tidak mungkin sang supir melanjutkan sampai ke Madat. Alhamdulillah, jumbo pengganti pun kencang lajunya. Sebentar saja sudah tiba di Desa Paya Demam. Desa ini adalah salah satu persimpangan terdekat menuju SMAN 1 Madat.
Musim panen, persimpangan paya demam sepi, tak ada RBT/OJEK. Kami pun terpaksa memanggil ojek pribadi, 2 orang guru laki-laki ditelpon oleh pak Kepsek Madat untuk jemput kami. Tak terasa perut pun keroncongan, sambil nunggu 2 orang sahabat tiba, saya makan lontong dan minum teh hangat. Pengen tau gimana sih rasanya lontong di Paya Demam ini. Ternyata benar dugaan saya, ini lontong enak banget dikunyahnya, dan rasanya juga khas. Gak lama bersih tuh piring ane embat isinya. Teh hangat pun melengkapi kenikmatan lontong sayur.
Penjemput telah tiba. Pak Nawi dan Pak Kamar menjemput dengan 2 buah sepeda motor tua. Kedua penjemput ini pun kami ajak rehat dan minum kopi terlebih dahulu. Menunggu kedua sahabat ini minum, saya mendengar pembicaraan mereka dengan sang pelayan. Ternyata yang melayani saya tadi adalah alumni SMAN 1 Madat. Alumni ini punya sejarah hidup yang bikin saya sedikit terkejut, ternyata dia seorang mualaf bersama ibunya. Ya Allah, di daerah yang rawan saat konflik aceh dulu ternyata ada mualaf.
Tak banyak info tentang sang pelayan yang mualaf bisa saya dapat. Kami segera meluncur ke SMAN 1 Madat. Sampai di depan sekolah saya langsung disambut senyuman para guru. Alhamdulillah, kali kedua saya bisa ke sekolah ini. Kegiatan bersama para guru ini sesungguhnya bukanlah pelatihan dari IN kepada dampingan, ini lebih tepat disebut sebagai kegiatan berbagi pengetahuan. Para guru sudah mengikuti diklat kurikulum 2013, MGMP, maupun bentuk kegiatan kolektif lain. Saya hanya menemani para guru untuk menyempurnakan apa yang sedang mereka kerjakan.
Pak Fauzan, S.Pd. membuka pertemuan di aula. Saya senang sekali bisa berada dalam kegiatan ini. Bisa diskusi tentang tugas profesi guru dengan para pelaku utama pendidikan. Fokus disksui pun mengarah pada hal yang paling ngetop di Indonesia saat ini "Kurikulum 2013". Serunya diskusi hingga harus memindahkan lokasi pertemuan. Lokasi pertama terasa kurang nyaman sehingga diusulkan pindah ke ruang guru.
Meski sekolah ini berada di paling Barat Aceh Timur, namun saya salut dengan semangat berdiskusi guru-guru di sekolah ini. Dua sekolah yang telah mengundang saya untuk berdiskusi ini memang berada jauh dari Ibu Kota. Karena jauh dari pusat kota ini membuat mereka jarang dikunjungi pejabat teras. Jadi tidaklah salah bila saya coba menemani para guru. Semoga ada manfaat dari pertemuan singkat ini buat pribadi guru, saya, dan juga warga sekolah lainnya. Selamat menjalankan tugas profesi buat para guru SMAN 1 Madat. Dan spesial buat pak kepsek, semoga semua rencananya bisa direalisasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar