Keinginan saya untuk bisa menghasilkan tulisan yang baik tidak pernah surut. Latihan membuat tulisan juga masih saya lakukan agar semangat menjadi seorang penulis terus hidup dan tumbuh. Meskipun berbagai hambatan kerap saya jumpai, tetapi semua hambatan itu justru menjadi penyemangat yang kreatif bagi saya untuk terus belajar. Bukan hanya hambatan yang dapat disingkirkan, tetapi beberapa tulisan sederhana dalam blog ini pun terus terisi oleh postingan baru.
Hambatan yang saya alami, mungkin juga dialami oleh penulis pemula lainnya, adalah kebingungan dalam menentukan bidang tulisan seperti apa yang harus dipilih. Terkadang saat membaca biografi sukses seorang novelis, rasanya ingin mengarang sebuah cerita. Tapi di lain kesempatan tatkala menjalani rutinitas sebagai pengawas sekolah, ada keinginan yang kuat untuk bisa menjadi seorang penulis dengan riset-riset sederhana tetapi aktual dan faktual di sekolah-sekolah binaan.
Sebelum terlalu jauh menggali potensi kemampuan menulis, saya menemukan sebuah buku yang menjelaskan tentang tips and trik mampu menghasilkan tulisan karya Prof. Mudrajat Kuncoro. Pada Bab 3 ada pembahasan menarik yaitu tentang "Jenis Tulisan."
Menurut Mudrajat, hasil kegiatan menulis adalah suatu tulisan atau karya tulis. Ditinjau dari bentuk dan isinya, tulisan dibagi menjadi dua macam, yaitu fiksi dan non fiksi. Tulisan tergolong fiksi ini ditulis berdasarkan imajinasi, khayalan, namun tetap berpijak kepada gagasan nyata. Tulisan fiksi ini juga penyampaiannya penuh "bunga" gaya bahasa, metafora, personifikasi, hiperbola, bombatisme, dan sebagainya. Karya fikis yang sudah sering kita kenal adalah : prosa (cerita pendek, novel, roman), dan puisi (ajak, lirik, nyanyian).
Kedua, tulisan non fiksi, yaitu tulisan yang berdasarkan data dan fakta. Tulisan non fiksi tidak menggunakan gaya bahasa sastra, walaupun mungkin ada sebaian yang menampilkan kesan "sastra", terutama pada tulisan berbentuk esai. Tulisan yang masuk kelompok non fiksi adalah reportase, esai, artikel opini, dan kolom.
Saat kita membaca surat kabar, majalah, atau media cetak, kita akan menemukan berbagai macam tulisan. Semua tulisan di media tersebut yang bukan berbentuk berita dapat disebut artikel. Jika artikel dimuat pada halaman opini, disebut "artikel opini." Bila dimuat pada halaman seni, hiburan, atau di majalah, dikatakan "esai," dan bila diletakkan pada kolom khusus redaksi diberi nama "tajuk rencana", dan jika dimuat pada kolom analisis di halaman pertama surat kabar atau kolom pakar di majalah, disebut "kolom".
Selanjutnya tinggal memperdalam upaya mengarahkan minat menulis saja, apakah ke arah fiksi atau non fiksi. Setiap orang tentu memiliki selera yang berbeda-beda. Mari menulis, agar kita dapat mengabarkan kebaikan kepada lebih banyak orang, lintas generasi, dan bertahan lama.
Selamat mencoba.
Minggu, 29 Desember 2013
Rabu, 25 Desember 2013
SOSIALISASI KURIKULUM 2013 DI SMAN 1 IDI ACEH TIMUR
Pada hari sabtu, tanggal 21 Desember
2013 saya diminta untuk menjadi narasumber di SMA Negeri 1 Idi Kabupaten Aceh
Timur. Saat dihubungi panitia sehari sebelumnya, saya diminta agar mempersiapkan materi tentang
sosialisasi kurikulum 2013. Awalnya saya menolak tawaran ini karena sekolah
tersebut bukan binaan saya lagi, pengawasnya telah diganti dengan salah seorang
rekan saya sejak tahun 2011. Namun karena permintaan yang sangat mendesak dari
pihak sekolah, dan tentu atas sepengetahuan pengawas sekolah pembinanya, saya
menerima tawaran ini.
Kegiatan sosialisasi yang singkat
ini dimulai sejak pukul 14.00 dan selesai pada pukul 16.30 WIB. Sesuai dengan
kesepakatan awal bahwa agenda utama adalah memperkenalkan kurikulum 2013 kepada
rekan-rekan guru di SMAN 1 Idi Rayeuk. Meskipun sekolah ini belum dipilih
sebagai sekolah pilot project implementasi kurikulum 2013 oleh
pemerintah, tetapi semangat belajar teman-teman guru di sekolah ini untuk
menguasai kurikulum baru sangat luar biasa. Antusiasme yang tinggi ditandai
dengan hadirnya seluruh guru dalam pertemuan tersebut.
Saat Benchmarking di SMAN 2 Depok, okt 2013 |
Materi pembuka adalah perkenalan
singkat, maklum saya sudah 2 tahun ini tidak lagi menjdi pengawas sekolah di
SMA Negeri 1 Idi. Tidak banyak guru baru, hanya beberapa orang saja, selebihnya
masih terlihat wajah-wajah yang tidak asing lagi. Maklum kami memang sering
sekali melakukan MGMP di sekolah ini 2 tahun lalu.
Setelah perkenalan singkat, saya
memberikan pengantar diskusi dengan pemaparan hasil benchmarking implementasi
kurikulum 2013 di SMA Negeri 2 Depok pada bulan Oktober 2013. Materi
selanjutnya adalah diskusi partisipatif.
Diskusi partisipatif ini dimulai
dengan memberikan kesempatan pada guru untuk mengajukan pertanyaan. Pada sesi 1
ini ada 3 pertanyaan pokok yang diajukan:
1. Apa kelebihan kurikulum 2013 dan apa kekurangan KTSP
sehingga harus diganti?
2. Apakah ada perbedaan yang Essensial sehingga
harus diberlakukan kurikulum baru?
3. Kenapa kurikulum selalu berubah-ubah, belum selesai
diterapkan kurikulum lama tapi sudah diganti dengan yang baru yang justru kami
di bawah (sekolah) justru belum siap melaksanakannya?
Pertanyaan yang spontan itu menuntut penjelasan yang
tuntas tapi mudah difahami dan dapat diterima. Saya rasa belum ada kelebihan
kurikulum 2013, karena memang secara nyata belum ada hasil evaluasinya.
kelebihan-kelebihan hasil kajian akademis tentu tidak akan memuaskan penanya.
Jadi, saya sampaikan bahwa memang belum ada kelebihan kurikulum 2013,
belum bisa kita berteori tentang apa kelebihan kuriklum ini kalau jadi
diterapkan. Namun, kalau kekurangan-kekurangan KTSP itu sudah ada, salah satu
yang bisa dibaca secara mandiri oleh guru adalah hasil dari PISA. Kekurangan
lain dari KTSP adalah adanya kesenjangan antara satu daerah dengan daerah lain di Indonesia karena begitu
beragamnya kemampuan daerah untuk melaksanakan KTSP ini.
Lalu, apakah ada perbedaan yang essensial antara kurikulum 2013 dengan KTSP? Secara spontan ada guru yang berinisiatif memberikan jawaban, katanya "tidak ada perbedaanya, sama saja, paling-paling copy paste." Mendengar tawaran jawaban ini tanggapi dengan sedikit senyum. Betapa hampir masif nya kegiatan copy paste ini dalam implementasi kuriklum tingkat satuan pendidikan. Mulai dari dokumen 1 maupun dokumen 2. Harapan dari pemerintah akan adanya kegiatan pengembangan perencanaan pembelajaran yang bottom up sesuai kondisi di sekolah ternyata tidak menjadi kenyataan. Beban kerja guru yang 24 jam tatap muka per minggu menyebabkan lebih aman copy paste, sehingga aman bila pengawas datang, dan tunjangan profesi pun lancar juga. Nah kalau di kurikulum 2013 nanti tidak ada copy paste RPP dan lain-lain. Kenapa? Karena semua sudah diberikan oleh pemerintah. Segala persiapan sudah ada di Buku Guru. Guru tinggal melakukan persiapan alat dan bahan saja. Buku babon telah menyediakan RPP, sehingga tidak usah copy paste lagi karena sama RPP nya di setiap daerah di Indonesia.
Perbedaan lainnya adalah adanya peminatan dan kelas lintas minat. Peminatan ini memungkinkan siswa memilih berada di kelas MIA (matematika dan ilmu alam), IIS (kelompok ilmu-ilmu sosial), dan kelas Babu (Bahasa dan Budaya).Selain itu juga ada mata pelajaran lintas minat yang bisa dipilih oleh setiap siswa. Lintas minat ini memungkinkan siswa di kelas MIA untuk belajar 2 mapel dari kelompok IIS atau Babu. Begitu juga untuk siswa di kelas MIA dan Babu, mereka dapat memilih dua mapel di luar struktur mapel wajib yang ada di kelas mereka.
pertanyaan ketiga ini banyak di jawab dengan berbagai hasil penelitian. Data yang ada menunjukkan bahwa kurikulumn 2013 ini bila jadi diterapkan merupakan kurikulum yang ke-11 di Indonesia. Tentu banyak alasan kenapa pemerintah mengganti kurikulum secara berkala. Alasan yang paling sering dibicarakan adalah adanya perubahan situasi eksternal, yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlaku secara nasional Apakah para pembaca punya alasan lain kenapa kuriklum ini selalu berubah?
Diskusi yang agak menghangat adalah pertanyaan dari salah seorang guru tentang "kenapa mapel TIK ditiadakan?"Memang TIK ini masih kontroversi, ini mapel penting tetapi dihapuskan. Dampaknya adalah adanya guru TIK yang harus mengajar mapel sejarah di sekolah pelaksana kurikulum 2013.
Ada pertanyaan yang menggelitik dari salah seorang peserta, daripada TIK yang ditiadakan lebih baik kita hapus saja mapel Bahasa Indonesia, bukankah kita sudah bisa semua berbahasa Indonesia. Bagaimana para pembaca, anda setuju dengan penanya terakhir ini?
Jumat, 06 Desember 2013
EMERGENCY PROGRAM PENDIDIKAN MAROKO
Saat hasil TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) Negara
Maroko diumumkan tahun 2003, capaian siswa negara ini berada di bawah
rata-rata internasional. Rata-rata nilai matematika siswa maroko tidak melebihi
angka 347 (rata-rata internasional adalah 495) dan memperoleh skor rata-rata
304 di bidang science (rata-rata internasionalnya adalah 474). Nilai kemampuan
membaca siswa maroko juga tidak terlalu tinggi, hanya mencapai rata-rata 323
dari nilai tertinggi 500 dan sekitar 74% memiliki keterampilan yang rendah
berdasarkan data PIRLS.
Itulah 9 dari keseluruhan 27 Emergency Program Negara Maroko dalam rangka memperbaiki mutu
pendidikan mereka. Tulisan ini bukan untuk membandingkan apa yang telah Maroko
lakukan dengan program-program peningkatan mutu di Indonesia. Meski saat ini
Maroko masih berada di bawah Indonesia, tetapi untuk jangka panjang rasanya
kita perlu juga merumuskan emegency program yang bukan hanya sekedar ganti
kurikulum, melainkan program secara menyeluruh untuk mengangkat kualitas
pendidikan Indonesia dalam menyiapkan generasi emas di masa depan.
Hasil evaluasi nasional yang dilakukan
Kementerian Pendidikan Maroko Tahun 2008 menunjukkan bahwa 50% siswa kelas IV, VI,
VIII, dan IX memperoleh hasil yang rendah untuk mata pelajaran Bahasa Arab,
Bahasa Prancis, Matematika dan Sains (Fisik dan Kimia).
Menyikapi hasil yang dicapai oleh dunia
pendidikannya, Pemerintah Maroko menyusun “Emergency
Program”. Emergency Program ini
berisi 27 buah proyek (kegiatan). Berikut ini beberapa program bidang
pendidikan yang masuk dalam Emergency
Program tersebut, yaitu:
E1.P1. Promoting
and democratizing preschool education. Proyek ini dimaksudkan untuk
menjembatani kesenjangan antara pendidikan di rumah dengan pendidikan yang
berlangsung di sekolah.
E1.P5. Combating
school wastage. Proyek ini termasuk di dalamnya mengurangi siswa tinggal kelas atau drop out, khususnya siswa yang berasal
dari pedalaman dan pelajar puteri.
E.1.P8. Improving
the curriculum. Tujuan dari proyek
ini adalah : 1) pembuatan lembaga pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
(CBA). 2) menghubungkan penelitian tentang inovasi pendidikan dengan kebutuhan
nyata. 3) peningkatan pembelajaran sains dan teknologi.
E1.P10. Integrating
ICT and innovation in student’s learning. Kegiatannya berupa penyediaan
sarana dan prasarana ICT serta pelatihan guru dan pengembangan bahan ajar
digital.
E1.P12. Improving
‘School Life’. Penguatan dalam pelaksanaan nmanajemen sekolah, pengayaan
kegiatan ekstra kurikuler yang bekerjasama dengan klub-klub profesional.
E.2.P2. Promoting
excellence. Memberikan wadah bagi pelajar dengan prestasi/bakat luar biasa.
Termasuk didalamnya menyediakan sekolah lanjutan yang sesuai bagi siswa
berprestasi.
E3.P1. Strengthening
the skills of educational personnel. Memperbaiki sistem pendidikan
keguruan. Proyek ini juga memperbaiki sistem pelatihan guru sehingga sesuai
dengan kebutuhan sekolah.
E3.P2. Strengthening
the mechanismes of inspection and teacher supervision. Proyek ini fokus
pada peningkatan keahlian pengawas sekolah dan prsedur pelaksanaan supervisi
guru.
E3.P6. Improving
the teaching of languages. Peningkatan kemampuan komunikasi menggunakan
bahasa nasional dan bahasa asing melalui konten yang bervariasi.
Langganan:
Postingan (Atom)