Kamis, 26 April 2012

PERAN PENGAWAS SEKOLAH

PEMBELAJARAN KOLABORATIF


Dunia Barat --Eropa dan Amerika-- punya peptah "Time is money" yang diterjemahkan secara bebas menjadi waktu adalah uang. Masyarakat Barat yang sudah lama menikmati 'buah' era industrialisasi menganggap waktu adalah faktor penting untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dimana pekerjaan itu menghasilkan uang. Mereka menyatakan memiliki waktu lebih penting ketimbang memiliki pekerjaan itu sendiri. Atau kalau dalam bahasa kasar kita bisa mengatakan bila anda punya waktu maka anda pasti akan dapat melakukan pekerjaan dan itu bisa mendatangkan uang yang ujungnya anda akan hidup sejahtera, minimal di dunia ini.

Masyarakat Timur Tengah --Dunia Arab-- memiliki pepatah juga "Time is sword" yang di dalam kamus diartikan sebagai "waktu adalah pedang". Masyarakat Arab telah menyadari betapa waktu itu begitu penting, bahkan dengan mengumpakan waktu seperti pedang mengindikasikan bahwa bila kita salah menggunakan waktu maka waktu itu akan "membunuh' kita atau minimal membuat kita menjadi celaka. Secara nyata memang kita lihat di wilayah Timur Tengah banyak terdapat gurun pasir, dengan banyaknya masyarakat di sana yang berprofesi sebagai pedagang tentu menjadi penting untuk menghitung berapa waktu yang harus dimanfaatkan untuk menyeberangi lautan pasir yang luas nan gersang itu, bila salah perhitungan waktu bisa jadi mereka akan terbunuh di tengah padang pasir yang tandus tersebut.

Lalu bagaimana dengan rakyat Indonesia? Lebih khusus lagi bagaimana dengan insan pendidikan kita, apakah dua pepatah tadi berlaku pada kita para pengawas sekolah? apakah kita telah memanfaatkan waktu yang kita miliki untuk menjalankan peran pengawas sekolah dengan baik dan benar? Nampaknya hal ini perlu kita renungkan kembali dengan akal pikiran yang jernih.

Kita punya waktu 1 x 24 jam, sama seperti yang dimiliki oleh masyarakat di Barat dan Timur Tengah. Tetapi di sana masyarakatnya telah lama hidup di atas garis kemiskinan, terdidik dan tidak terjajah lagi secara ekonomi --walau sekarang sudah mulai nampak ada penurunan-- dibandingkan kita di Indonesia. Apanya yang salah terhadap waktu yang kita punya, mengapa waktu yang kita miliki tidak bisa dikonversi menjadi uang (kesejahteraan) bagi kita. Mungkin memang kita tidak menganut dua pepatah itu, jadi kita tidak kenal "time is money" ataupun "time is sword" itu. Kita akan leibh akrab dengan pepatah "waktu adalah ilmu", sehingga setiap waktu bagi kita adalah belajar, dan belajar adalah ibadah, dan ibadah itu lebih baik dari pada kesejahteraan di dunia ini.

Selama menjalankan peran pengawas sekolah saya melihat rekan-rekan guru di sekolah-sekolah memiliki banyak waktu yang belum digunakan dengan maksimal, baik untuk menghasilkan uang (ksejahteraan), maupun waktu yang digunakan untuk belajar. Hasil pengamatan selama menjadi guru juga memberikan gambaran bahwa waktu luang yang kita miliki di sekolah masih lebih banyak digunakan untuk mendiskusikan hal-hal yang justeru tidak berhubungan dengan hal pendidikan, sehingga waktu yang ada tidak menambah pengetahuan bagi peningkatan kompetensi keilmuan kita sebagai tenaga pendidik. Jarang sekali ada guru yang memiliki waktu (jam kosong) lalu menggunakannya untuk mengunjungi kelas lain melihat rekan guru lain mengajar untuk menambah pengalaman. kita juga belum banyak memikirkan untuk membuat perencanaan bersama teman-teman di sekolah bagaimana merancang pembelajaran kolaboratif dan melaksanakannya.

Memang tidak mudah menerapkan pembelajaran kolaboratif ini, disamping kita belum terbiasa melakukannya, banyak diantara kita juga merasa malu jika ada guru lain, atau orang lain (pengawas) yang berada di dalam kelas kita saat kita mengajar. Saya sendiri tidak punya pengalaman cukup dalam melaksanakan pembelajaran kolaboratif ini. Tetapi dengan adanya pengalaman yang sedikit itu jugalah saya coba berbagi kepada teman-teman guru dan pengawas sekolah, betapa setelah menerima kunjungan teman-teman dalam proses pembelajaran saya merasa terbantu, sebab kawan-kawan yang datang berkunjung dapat memberikan masukan-masukan baik di dalam proses maupun pasca proses pembelajaran berlangsung.

Semoga ke depan nanti bukan  hanya guru dengan guru yang dapat melakukan pembelajaran kolaboratif ini, tetapi guru dengan pengawas juga dapat mendesain sebuah pembelajaran kolaboratif ini demi peningkatan profesionalisme guru dan peran pengawas sekolah. 

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya buat rekan-rekan guru di SMA Negeri Unggul Aceh Timur, Mr. Muhasir, Mrs. Ifa Ridha Rahayu, Ibu Irmi, Mr. Chairudin, dan Dek Aqiem, yang telah mendukung program pembelajaran kolaboratif di SMA Negeri Unggul Aceh Timur. Para siswa, khususnya kelas X.2 SMA Negeri Unggul Tahun Pelajaran 2009/2010. Serta untuk seluruh teman-teman saya insan pendidikan yang tidak bisa saya tuliskan namanya disini. 

Semoga ada manfaatnya...wassalam



cuplikan Video Pembelajaran Kolaboratif

3 komentar:

  1. alangkah baiknya jika kolaborasi pembelajaran guru bs diterima sbg konversi beban mengajar

    BalasHapus
  2. video XII IPA mana be? haha
    pengen belajar lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada kak tia, pembelajaran struktur DNA menggunakan media pembelajaran murah...insya allah nanti di lampirkan lagi ya buat XII.IPA nya...

      Hapus