Rabu, 10 Desember 2014

OBROLAN K-13 IBU RUMAH TANGGA



Peureulak, 11 Desember 2014

Obrolan  tentang Kurikulum 2013 ternyata bukan hanya milik para akademisi dan praktisi pendidikan. Bukan juga monopoli pejabat pemegang kuasa pendidikan di Kantor Kementrian Senayan Jaksel. Obrolan hangat tentang fenomena K-13 ini juga ternyata ada di tengah-tengah kehidupan rakyat kebanyakan, termasuk para ibu rumah tangga yang memang terkena dampak penerapan singkat K-13 di sekolah sejak 2 tahun lalu. Ibu-ibu rumah tangga yang dalam sinetron-sinetron televisi kita didominasi oleh peran-peran ibu yang kejam, gila harta, cinta buta dan ada juga yang punya ajian kesaktian laksana Brama Kumbara, kini telah masuk dalam pembicaraan dunia pendidikan yaitu Kurikulum 2013.

Obrolan para ibu rumah tangga tentang K-13 saya dengar dari suara ibu-ibu tetangga. Tidak terlalu berisik memang, namun saya bisa mendengar dengan jelas. Suara-suara yang datang dari keseharian interaksi sang Ibu dengan putera-puterinya. Suara-suara yang sebenarnya bisa dapat dikatakan sebagai keluh kesah para ibu saat anak-anak mereka membawa pulang K-13 dari ruang kelas kedalam ruang keluarga. Begitu luar biasanya K-13 mempengaruhi sebuah keluarga, baik itu keluarga di rumah tangga ataupun rumah sekolah. Hehehe, makanya sebelum menimbulkan gejolak Pak Menteri Langsung "gigit" tuh kurikulum buat distop sementara waktu. Alasan Pak Anies distop sambil dilakukan evaluasi.

Saya coba copy paste kan hasil "nguping" gak sengaja dari ibu rumah tangga. Katakanlah inisial si Ibu yang pertama bernama Ibu Cantik. Ibu ini sedang bincang-bincang dengan ibu lainnya yang kita sebut dengan inisial ibu Manis. Inilah copy paste dialong mereka berdua yang telah melalui proses editing agar lulus sensor...

Ibu Cantik : Apa kabar bu Manis, dari mana kok siang begini baru pulang
Ibu Manis : Kabar Biasa bu Cantik, masih sama dengan kemarin. Ni saya baru pulang, dari pajak (pasar).
Ibu Cantik : Enak udah pulang belanja, saya masih pusing mikiran PR anak saya.
Ibu Manis : Kok punya anak dipikirin sampe pikiran begitu, bu Cantik!
Cantik : ia, selama berlaku Kurikulum 2013 ini banyak betul tugasnya. Gurunya ngasih tugas terus tiap hari.
Manis : Tapi kan tugas itu maksudnya bagus Bu Cantik, supaya anak tambah cepat pinter.
Cantik : Bukannya tambah pinter bu Manis, tapi tambah pusing. Gurunya ngasih tugas, gak dijelasin, kata gurunya "kalo gak tahu, cari aja di internet, pake Google", begitu bu Manis.
Manis : wah enak betul gurunya kalo gitu.
Cantik : memang enak bu, katanya lagi "kalo gak tahu, pergi aja ke warnet atau ke warkop yang ada wifi, download bahan-bahannya". Apa gurunya piker semua kita di kampong ini pada punya laptop dan tablet ya. Kalo tablet obat sakit gigi sih banyak nih..hehehe
Manis : itulah bu Cantik, dipikir  gurunya kita ini udah kelebihan duit...hahaha
Cantik : Saya sampai pasang jaringan speedy, uang belanja saya kurangi supaya cukup untuk pasang jaringan speedy dan beli laptop. Laptopnya gak cukup satu, kakaknya juga harus dibelikan, kalau gak maka akan berantem berebut laptop. Dua-duanya mau ngerjakan tugas mandiri dari sekolah.

Begitulah, obrolan tentang tugas-tugas dari sekolah yang super banyaknya. Tidak jarang akhirnya tugas-tugas itu diselesaikan oleh si Ibu. Kalau Bapaknya gak usah diharap,lebih banyak diskusi di warung kopi dibandingkan diskusi dengan anaknya. Orang tua yang tingkat pendidikannya tamat SMA mungkin bisa membantu anak-anak belajar di rumah. Lalu bagaimanan dengan orang-orang tua yang tidak pernah mengecap pendidikan, bisa lebih seru lagi obrolannya.

Cantik: Belum lagi penilaiannya, untuk apa ada penilaian antar teman?
Manis: Itukan supaya dapat data/nilai yang valid bu, nilainya betul-betul nyata.
Cantik : Nyata dan ril pertama-tama saja bu, setelah penilaian itu  anak saya dimarahi sama temannya, malah diancam "awas kalau kau nilai jelek lagi, kuhajar nanti".
Manis : wah, ngeri juga kalo gitu.
Cantik : ia bu manis, akhinrya cari aman aja, nilai saja yang bagus-bagus, aman kan!
Manis : hahaha, jadinya anak-anak kita ahli copy paste ya bu!
Cantik : ia, sebab kalo dinilai betul-betul jadinya bisa berantem, kawan-kawannya pada marah.
Manis : Betul..betul..betul..memang penilaian antar teman itu tidak sama penerapannya. kalo di SMA mungkin bisa, tapi di Sekolah Dasar belum perlu diterapkan.
Cantik : jadinya anak gak nyaman belajar, harusnya belajar untuk memahami materi pelajaran eh malah sibuk mikirin penilaian itu juga.
Manis : betul lagi apa yang anak Bu Cantik katakana itu ya!
Cantik : anak saya malah sempat bilang "suasna belajar di kelas jadi MENCEKAM", mereka takut melakukan aktivitas seperti dahulu-dahulu, takut nanti dikasih nilai jelek sama temannya. Jadinya suasana kelas yang dulu GEMBIRA kini berubah jadi tegang. Saling intip dan saling mengintai sesame teman.
Manis : saying memang nasib anak-anak kita kalo begitu suasananya. Bukan tambah pintar anak kita, bisa-bisa jadi pada stress!
Cantik : stress lah bu, kita aja yang denger setres, apalagi mereka...aduh duh ...duh. Semoga saja kurikulum 2013 ini diganti, ya Bu Manis!
Manis : saya dengar-dengar juga gitu bu. Menterinyakan udah ganti, jadi kurikulumnya katanya mau diganti juga. Balik ke kurikulum lama lagi, tahun 2006.
Cantik : syukurlah kalo gitu, semoga anak saya bisa ceria seperti dulu lagi. Good bye K-13, hek deh.

Sekelumit dialog ibu rumah tangga ini ternyata seirama dengan kemauan pak Mendikbud. K-13 dihentikan sementara dan hanya diterapkan pada sekolah tertentu. Mungkin ini keputusan terbaik bagi kondisi bangsa kita yang masih menata diri.

Sampai jumpa lagi di Kurikulum berikutnya

2 komentar:

  1. waalah si bapak suka nguping rupanya hahhahaa

    BalasHapus
  2. Nguping atau mendengar salah satu syarat keahlian kalo mau jadi Guru SMK yang top...hehehe

    BalasHapus