THE MODERN SUPERVISOR
Pengunjung yang budiman, tadinya postingan ini mau saya tulis dalam bahasa Inggris, sambil berlatih sebelum kunjungan ke Singapore dan Malaysia pada 5,6 dan 7 Nopember 2012. Tapi baru satu kalimat aja udah bingung mau ngelanjutinnya..hehehe..Takutnya gak sampe apa yang diinginkan dari tulisan ini. Pembaca bisa lihat, judulnya sudah oke betul, kan! (Jampoek_Aceh).
Dalam seminggu ini, saya fokus membaca Bab 2 buku karya Surya Dharma, PhD. tentang Wibawa dan Profesionalitas Pengawas Sekolah. Lumayan menarik bukunya. Isinya tentang bagaimana pemikiran pak Surya dalam rangka peningkatan kinerja pengawas sekolah. Pada detik-detik akhir membaca buku itu, muncullah ide menulis postingan ini. Jadi, apa yang kali ini saya tulis ada yang memang dari isi bab 2 buku tersebut. Untuk menambah wawasan, saya juga menambahkan dengan beberapa slide presentasi Pak Hendarman, Ph.D. Salah seorang dosen yang sangat komunikatif, selain mengajar di UI, Pak Hendarman bertugas di Pusat Penelitian dan Inovasi Kurikulum Kemendikbud, di Senen Jakarta Pusat.
Agar dapat menggambarkan perbedaan antara pengawas masa kini (modern) dengan pengawas masa lalu, kita bisa membandingkan dalam banyak variabel atau faktor pembeda. Oleh karena itu, kita coba lihat perbedaan itu pada tabel di bawah ini. Tabel ini pun aselinya berjudul TRANSFORMATION OF HIGHER EDUCATION MANAGEMENT. Tapi saya rasa ini penting untuk diketahui oleh pengawas sebagai tenaga fungsional tertinggi dalam sistem pendidikan kita.
Faktor Pembeda
|
Old Paradigm/
Pengawas Jadul
|
New Paradigm /
Pengawas Modern
|
Strategy
|
Planned
|
Entrepreneurial
|
Structure
|
Hierarchy
|
Network
|
System
|
Rigid
|
Flexible
|
Staff
|
Title
+ Rank
|
Helpful
|
Style
|
Problem-Solving
|
Transforming
|
Skills
|
To
Compete
|
To
build
|
Shared-Value
|
Better-Sameness
|
Meaningful-Difference
|
Focus
|
System/
Institution
|
Institution/
Individual
|
Source of Strength
|
Stability
|
Change
|
Leadership
|
Dogmatic
|
Inspirational
|
Itu yang saya kutip dari slide presentasi pak Hendarman. Untuk faktor leadership misalnya, dulu sering pengawas itu berprilaku seolah sedang menyampaikan dogma tertentu, sulit berdiskusi yang dua arah. namun sekarang, pengawas harus mampu menginspirasi banyak orang di sekolah binaannya, agar terus berbuat yang terbaik bagi profesi yang sedang diemban.
Pengawas jadul juga terbawa gaya menjaga stabilitas, sehingga kalau observasi kelas akan senang saat menjumpai kelas yang tenang, adem, gak ribut, walaupun di dalam kelas kadang siswa sedang tertidur sekalipun. Stabilitas identik dengan ketenangan. Tapi pengawas sekarang beda, kami sudah faham tentang model-model pembelajaran, kami juga diajarkan paradigma baru pendidikan yang telah berubah dari teaching menjadi learning. Sehingga akan senang kalau ada kelas yang ribut, berarti ada learning di dalam kelas itu, diskusi, bermain peran, demonstrasi, atau memang sedang praktek membuat drama yang skenarionya perang teluk.
Fokus pengawas saat ini pada akhirnya memang pendampingan individu. Setiap guru harus bisa dipastikan pernah mendapatkan pembinaan dari pengawasnya. Hal ini berbeda dengan pengawas jadul, yang umumnya cuma sampe di ruang kepala sekolah...hemm. Faktor lainnya bisa teman-teman analisis sendiri ya.
Sedangkan dari buku pak Surya Dharma kira-kira bisa kita baca dari rangkuman yang saya buat di bawah ini. Tentu saja saya memaparkan dengan redaksi bahasa sendiri, tujuannya agar bisa dibaca dengan santai saja, tidak terlalu serius.
No
|
Faktor Pembeda
|
Guru Jadul
|
Guru Modern
|
1
|
Pola
rekrutmen
|
Subyektif,
sesuai selera bupati/walikota atau dinas
|
Tes,
dengan memperhatikan kualifikasi dan kompetensinya, sesuai Permendiknas 12
thn 2007
|
2
|
Kriteria
calon pengawas
|
Siapa
saja boleh jadi pengawas, termasuk yang sudah hampir pensiun, guru atau
kepala sekolah bermasalah, atau PNS dari dinas lain yang ingin memperpanjang menunda
masa pensiun
|
Guru
III.c, punya pengalaman 8 tahun mengajar. atau
Kepala sekolah III.c, pernah jadi kepala sekolah minimal 4 tahun, Kualifikasi akademik S1 atau S2. |
3
|
Jam
kerja
|
Gak
jelas, terserah kapan mau kunjungan ke sekolah, tidak terjadwal
|
Terjadwal,
harus melakukan 24 jam tatap muka per minggu, sehingga dalam setiap minggu
harus mengunjungi sekolah binaan
|
4
|
Posisi
dalam struktur organisasi
|
Bagian
Tenaga Fungsional, Kanwil Depdikbud Propinsi
|
Tidak
jelas..hehehe
|
5
|
Pakain
dinas saat ke sekolah binaan
|
Baju
Safari dengan 8 kantong, 4 kantong di luar, 4 kantong lagi di bagian dalam
baju. Kata pak surya, hanya pengawas kala itu yang bisa menjawab kenapa
kantongnya sampai 8 buah.
|
Baju
biasa, kadang batik atau baju dinas harian, sama seperti yang digunakan guru
dan kepsek
|
6
|
Fokus
utama kunjungan
|
Jalan-jalan
melihat keadaan sekolah, ngecek kamar mandi, taman, dll, ditemani oleh kepala
sekolah
|
Melakukan
pembinaan, pemantauan, atau bahkan untuk mengadakan pelatihan, sesekali
melakukan pemantauan
|
7
|
Kendaraan
yang dipakai saat kunjungan ke sekolah
|
Umumnya
kijang, yang dibeli saat menjabat kepala sekolah
|
Pake
sepeda motor, angkot, dan ada yang numpang mobil pengawas lain.
|
8
|
Respon
sekolah binaan saat dikunjungi
|
Banyak
yang takut, dan berdoa semoga pengawas tidak datang lagi
|
Ada
yang mengundang untuk berbagai kegiatan.
|
9
|
Kemampuan
ICT
|
Kurang,
jarang yang marah kalau dikasih RPP dalam bentuk soft copy, harus tulis
tangan
|
Mantap,
tidak menolak untuk berbagi soft copy
|
10
|
Rata-rata
usia pengawas
|
Rata-rata
berumur 53 saat diangkat
|
Rata-rata
berumur 35 saat mulai bertugas
|
Tentu saja kebenaran dari tabel itu tidak berlaku absolut. Selalu ada the bad people or the good people pada jaman dulu dan masa kini. Dan tentu saja masih banyak perbedaan lain bila kita memang mau menelitinya secara cermat. Satu hal mungkin yang mesti kita sepakati dengan diri kita, bahwa dimanapun, apapun, posisi dan peran kita, semua bermuaranya satu pada peningkatan kualitas anak didik kita agar kelak menjadi anak bangsa yang mampu hidup lebih sejahtera dari kita berbekal ilmu yang diperoleh dari guru-gurunya...Insya Allah, Amin...
hehehe... banyak sekali perbedaan ya antara pengawas jadul dan modern... perbedaan tersebut mengundang tawa.. ada tawa sinis, senang dan bercampur-campurlah.. intinya pengawas memang harus muda, karena muda enerjik, produktif, dan kreatif. kalo tua kreatif juga alias kreak dan primitif....
BalasHapusterima kasih pak 5, analisisnya dalam dan menyentuh ke dasar persoalan, walau selera humor itu pada akhirnya kembali membuat kita terapung di samudera real world...
Hapus