Selasa, 23 Juni 2015

KOMPENSASI PARA PENULIS



Saat mulai belajar menulis di kegiatan Teaching Writing Camp #2 di Wsma UNJ Jakarta Tahun 2012, tak pernah ada pikiran "apa kompensasi yang bakal saya terima?" Semua dimulai, mengalir, dan terus terjaga konsistensinya sampai sekarang. Menulis itu menjadi aktivitas setengah wajib, artinya sebanyak apapun bahan bacaan yang saya baca, banyaknya pengalaman yang saya alami, kalau belum diikuti dengan sebuah tulisan sebagai pengirignya, terasa belum lengkap. Begitulah betapa berartinya kegiatan menulis itu dalam hari-hari saya. Apalagi saat ini, saya punya jabatan sebagai Ketua Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Aceh Timur, kegiatan menulis menjadi sebuah keharusan. Mengapa? Sebagai Ketua organisasi profesi yang salah satu misinya adalah fokus pada kegiatan Literasi (membaca dan menulis), saya harus bisa memberikan keteladanan. Tidak terlalu baik, namun cukup menjaga semangat para pengurus dan anggota IGI untuk bisa mengikuti jejak ketuanya, minimal teman-teman IGI BERANI menyatakan diri dalam tulisannya.

1. Punya banyak teman dari kalangan penulis
Kegiatan apapaun yang dilakukan, bila kita ingin sukses maka butuh pendukung. Selain dari kalangan internal (keluarga), pendukung lain yang penting dalam menuju keberhasilan adalah adanya kehadiran teman. Kalau kita mau menjadi guru yang "gila" menulis, maka carilah teman sejenis yaitu guru-guru yang aktif pada kegiatan-kegiatan berkaitan dengan menulis. Pencarian teman seperti ini sekarang tidaklah sulit, media sosial seperti Facebook saja mampu menghadirkan sosok-sosok guru penulis hebat yang ada di Indonesia dan dunia. Asalkan anda tidak sombong dan mau mengajak pertemanan, mereka semua pasti mau menerimanya. Penulis umumnya pribadi yang ramah, terbuka dan senang bergaul, apalagi kalau memiliki kesamaan hobi yaitu menulis.

Apa yang kita dapat dari teman "penulis?" Banyak hal. Pertama, kita bisa mempelajari langkah-langkah sang teman sejak awal hingga karier tertinggi yang telah mereka capai. Kita bisa adopsi atau meniru langkah-langkah tersebut sehingga bisa mengikuti -syukur-syukur menyamai- kesuksesan mereka. Keteladanan itu penting, dan kita harus mau belajar dari orang-orang yang telah sukses di dunia yang ingin kita masuki. Dunia menulis yang begitu banyak ragam kesenangan yang bisa kita rengkuh bila mau.
Kedua. Teman-teman penulis ini bisa menjadi mitra dalam berdiskusi. Membuat tulisan memang mudah, tetapi kualitas sebuah tulisan akan lebih baik bila ada masukan-masukan dari para ahli. teman-teman ini bisa memberikan bantuan yang biasanya juga diberikan secara cuma-cuma, murah, dan cepat sekali hasilnya bisa kita peroleh. Saya secara pribadi sudah pernah merasakan itu semua. Bahkan sebuah even berskala nasional pun pernah dibantu oleh teman-teman saya yang sangat baik itu. Tidak bisa saya sebutkan satu per satu namanya di sini, tetapi yang jelas saya tidak mungkin bisa melupakan jasa-jasa mereka semuanya. Semoga Allah SWT memberikan mereka umur panjang, sehat, dan selalu eksis dalam peningkatan kualitas budaya membaca dan menulis di Indonesia.
Ketiga. Teman penulis bisa menjaga motivasi kita untuk tetap mau menulis. Saat teman-teman kita yang merupakan "penulis betulan" mempublikasi tulisannya, maka seketika itu juga kita seperti dingatkan "sudahkah kita menulis hari ini?" Saya selalu termotivasi untuk menjawab tulisan teman saya yang saya baca dengan gembira itu melalu penerbitan sebuah tulisan juga yang saya hasilkan dengan riang. Maka dari itu semoga saya selalu bisa menjadi pribadi yang riang dan gembira bila bertemu dengan tulisan dan bukan sebaliknya.

2. Bisa wisata edukasi gratis
Mengikuti kegiatan yang gratis adalah kesenangan yang menjadi penawar dahaga di tengah-tengah aktivitas harian yang padat. Diundang sebagai peserta (apalagi ke ibukota dan kota besar lain di Indonesia) karena tulisan yang kita buat tentu sangat membanggakan. Tidak semua orang bisa ikut kegiatan yang diundang berdasarkan karya tulis. Contohnya adalah, lomba penulisan PTK, lomba Best Practice, dan lain-lain kegiatan yang didasarkan pada adanya kreatifitas dalam bentuk tulisan.

Bukan hanya di luar daerah, saya juga banyak dapat tawaran dari dalam kabupaten tempat saya bertugas. Undangan menjadi nara sumber, menjadi fasilitator, bahkan undangan diksusi sering saya terima. Anda akan merasakan sensasi luar biasa bila mendapatkan undangan itu. Selain bisa melakukan wisata edukasi, kita juga bisa mengetahui seberapa besar manfaat diri kita untuk orang lain. Kesempatan berbagi pengetahuan ini harus juga dimanfaatkan untuk mengasah ketrampilan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pengembangan ketrampilan menulis.

3. Dapat Duit banyak
Yang ketiga ini mungkin saya belum dapat. Maksudnya belum dapat banyak, kalau sedikit-sedikit sih sudah sering. Hehehe. Dulu pernah ada niat mau menuliss supaya bisa dapat uang banyak. Namun bila ini yang jadi tujuan, kita akan dekat dengan kecewa, sebab tidak selalu tulisan itu dikompensasi dengan uang.yang banyak. Tapi tidak salah juga bila ada yang punya cita-cita jadi orang kaya melalui kegiatan menulis. Silahkan.
Beberapa orang guru penulis yang saya kenal sudah mapan secara ekonomi, memang tidak lagi memasukkan kriteria "mendapatkan uang' untuk aktivitas menulisnya. Ya, mereka justru menulis untuk membuat kita pembacanya jadi kaya, kaya ilmu maupun kaya harta bila mau melaksanakan apa yang kita peroleh dari bahan tulisan mereka. Luar biasa. Saya justru ingin menjadi seperti mereka, berbagi dan membuat orang lain bisa sukses dan bahagia melalui tulisan-tulisan saya.

4. Pribadi aktual dan berkarakter
Penulis bukan orang yang serba tahu, tetapi para penulis selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan tanpa batas. Mereka akan mencari tahu apapun informasi yang akan mereka tuliskan. Data, fakta, informasi, tokoh, apa saja yang berkaitan dengan tulisannya akan dilacak dan tidak akan pernah luput dari imajinasi para penulis. Pikiran para penulis penuh dengan informasi-informasi hidup, selalu ter-update. Itu semua karena kebutuhan, penulis tanpa ada updating ide, pengetahuan, dan tulisan baru, bisa-bisa ditinggalkan para pembaca. Maka dari itu, pribadi para penulis seumpama pribadi yang aktual, dekat dengan hal-hal yang baru. Pribadi seperti ini akan membuat kita (temannya) juga kebagian info-info baru yang sangat bermanfaat.
Dalam memlahirkan tulisannya, para penulis pasti telah memikirkan, menelaah setiap kata dan kalimat yang akan ditulis. Tentu saja  semua tulisan yang terpublikasikan sesuai dengan karakter penulis itu sendiri. Kalau dia orang yang relegius, biasanya tulisannya juga berkarakter relegius. Bila penulisnya seorang humoris, maka banyak karya-karyanya yang bisa bikin orang tertawa saat membacanya. Begitulah.

5. Hidup di hati para pembaca
Saya tidak akan melupakan orang-orang "sakti" yang terus menerus menghujani saya dengan tulisan-tulisannya. Ingat tulisannya akan ingat juga orangnya, begitu juga sebaliknya ingat orangnya akan ingat tulisannya.
Begitu hebatnya para penulis, mereka bisa berada di mana-mana. Maka wajar bila revolusi di sebuah kawasan sering diawali oleh hadirnya tulisan-tulisan yang mendorong orang mau mengikutinya. Dalam kata lain, para penulis itu hidup pada dirinya dan hidup juga di hati para pembacanya.
Bagaimanakah rasanya dirindui para pembaca? Belum ada jawaban. Tetapi suatu saat nanti, sayaj berharap semoga tulisan-tulisan yang saya hasilkan bisa membuat orang mengikuti kebaikan yang ada pada tulisan itu dan juga, bisa mengenang penulisnya...

Teman-teman pembaca yang baik, tentu banyak keuntungan lain dari kegiatan menulis. Menulislah agar anda selalu punya harapan datangnya kompensasi dari kegiatan tersebut, materil dan non materil.

Selamat menulis.

Hotel New Ayuda Cisarua Bogor
22 sd 25 Juni 2015


Nurdin


1 komentar:

  1. Muda-mudahan saya termotifasi dengan tulisan babe ini,,,mohon bimbingannya supaya saya bisa menulis seperti babe,,,,!saya ingin menulis tentang sejarah sekolah tempat saya mengajar, sudah 6 bulan informasi yg saya kumpulkan tapi samapi hari ini belum satu katapun saya tulis,,,kendalanya dari mana saya harus mulai menulis,,,mohon saran dari babe,,,,

    BalasHapus