Senin, 04 Februari 2013

BEASISWA ACEH

KISRUH BEASISWA ACEH 


Kisruh  pelaksanaan pemberian beasiswa Aceh menemukan bentuk seramnya. Terutama bagi para mahasiswa penerima beasiswa yang masih melaksanakan kuliah di dalam dan luar negeri menggunakan dana beassiwa Provinsi Aceh itu. Dapat dipastikan nasib mereka akan diliputi ketidakpastian pembiayaan setelah Pemerintah Aceh mengesahkan APBA 2013 tetapi membekukan pemberian beasiswa Aceh tahun 2013 ini.  Ada juga 135 peserta calon penerima beasiswa yang telah dinyatakan lulus pada seleksi tahun lalu terpaksa harus merelakan bayangan kuliah pasca sarjana di luar negeri karena bekunya dana beasiswa aceh tahun2013.
Ibarat sebuah pepatah "gajah berkelahi semut yang mati." Meskipun tidak terlalu tepat seluruhnya penggambaran pepatah tersebut, tetapi kira-kira itulah yang terjadi terhadap beasiswa Aceh yang dulu dikelola oleh Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Aceh. Alasan pak gubernur ingin membenahi manajemen pengelolaan beasiswa terlebih dahulu, sehingga beasiswa Aceh dibekukan untuk sementara waktu, kalau sudah beres baru dicairkan lagi.
Dalam menempuh pendidikan, biasanya punishment akan diterima oleh mahasiswa yang tidak mampu memenuhi batas standar minimal capaian studinya. IPK yang rendah, atau tidak menghadiri perkuliahan secara benar, jarang hadir ke kampus, dll. Jika ada faktor itu, tentu wajar mahasiswa tersebut diskors atau di DO pihak kampus. Tetapi pada kasus pembekuan beasiswa Aceh ini penyebabnya adalah manajemen yang berprilaku tidak profesional. Ada persoalan akuntabilitas, kebermanfaatan program, sistem informasi lulusan yang tidak rapi, serta banyak persoalan lain yang dilakukan manajemen tetapi "dosanya" harus ditanggung oleh para mahasiswa dan calon mahasiswa penerima beasiswa Aceh.
Sangat paradoks fenomena ini dengan kenyataan yang ada. Betapa Universitas Malahayati yang berada di Bandar Lampung menawarkan beasiswa kepada siswa-siswi terbaik Aceh untuk penerimaan mahasiswa tahun 2013. Mereka yang diujung selatan sumatera saja faham bahwa Aceh butuh bantuan. Karena secara ekonomi memang belumlah berlaku normal. Setelah sekian lama konflik mendera dan disusul oleh bencana Gempa dan Tsunami Aceh, pendapatan perkapita masyarakat Aceh belumlah sebaik tetangganya, Sumatera Utara. Rakyat Aceh yang baru saja terbebas dari konflik dan telah menyadari pentingnya pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik kini memang sedang berburu dana-dana beasiswa, baik dalam dan luar negeri, agar bisa melanjutkan ke perguruan Tinggi. Itulah peluang terbaik bagi mereka agar dapat meningkatkan kualifikasi akademiknya.
Tawaran beasiswa juga datang dari Univeristas Abulyatama Banda Aceh. Perguruan yang seharusnya dibantu, karena dari namanya saja kita tahu kampus ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang telah menjadi yatim, namun malah memberikan beasiswa untuk calon mahasiswanya. Mengapa justeru "pelayan rakyat", yang dipilih secara mayoritas pada Pilkada kemarin, membekukan dana beasiswa dengan alasan manajemen atau pengelolaannya harus diaudit terlebih dahulu.
Benar, memang kita butuh pengelolaan yang baik dalam kasus beasiswa Aceh, supaya uang rakyat yang disalurkan dalam bentuk beasiswa ini bisa tepat sasaran, bermanfaat bagi rakyat secara luas. Tetapi pembenahan sistem pengelolaan janganlah sampai mengorbankan stakeholders beasiswa itu sendiri yang seluruhnya adalah warga Aceh. Mereka yang telah bersabar bertahan di dalam prahara griliya konflik politik RI-GAM dengan berbagai konsekuensi hidup di daerah konflik masa lalu. Mereka juga yang telah memberikan "hati" nya kepada Pemerintah Aceh saat ini secara mayoritas. Dengan harapan tentunya ada keberpihakan kepada mereka atas dasar kejujuran dan keikhlasan sesama warga Aceh. Semoga angin segar kembali berhembus, agar penat persoalan yang muncul dari kasus pembekuan dana beasiswa Aceh ini bisa berlalu





5 komentar:

  1. ingin maju aceh, aktifkan lagi beasiswa aceh pak pemimpin

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga secepatnya akan diaktifkan lagi, amin...kasian yang udah menggantungkan asa pada beasiswa ini...kecewa hana tu'oh peugah...

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Mungkin masih ada pikiran bahwa''keu pue ta peubeasiswa, pu na aneuk teuh, nyang na laba jih ngon pengelola sagai'' jika itu benar maka sangat disayangkan. Sedang pemerintah Australia yang bukan saudara se Naggroe saja setiap tahunnya membiayai mahasiswa Aceh secara penuh untuk kuliah di Negerinya. Nyan ban awak nyan, hana meu nasional meu 5 pih. sang-sang cit hantom jeut keu ibnu sabil. Mestinya yang perlu diperhatikan adalah manfaat beasiswa bagi mahasiswa, bukan pengelolanya.

    Keberhasilan dari bantuan beasiswa kepada mahasiswa bukan diukurdari terserapnya dana yang telah dialokasikan, melainkan dilihat dari tercapainya bantuan pembiayaan studi itu bagi mahasiswa yang betul-betul memerlukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada perbedaan worldview antara penguasa dengan rakyatnya. semestinya bukan dibekukan tapi harus ditambah, kalau perlu yang ber KTP Aceh gratis kuliah di Aceh, disubsidi bagi yang berpretasi, dan yang kuliah di universitas bergengsi dalam dan luar negeri, terutama untuk jurusan yang dibutuhkan bagi pembangunan aceh...butuh waktu debating yang intens untuk menghasilkan rekomendasi bersama..nyan ban, hek ta preh..hana ca-i...bek ta pake pribahasa kuah beuleumak U bek beukah..hahaha

      Hapus