KISRUH BEASISWA ACEH
Kisruh
pelaksanaan pemberian beasiswa Aceh menemukan bentuk seramnya. Terutama
bagi para mahasiswa penerima beasiswa yang masih melaksanakan kuliah di dalam
dan luar negeri menggunakan dana beassiwa Provinsi Aceh itu. Dapat dipastikan
nasib mereka akan diliputi ketidakpastian pembiayaan setelah Pemerintah Aceh
mengesahkan APBA 2013 tetapi membekukan pemberian beasiswa Aceh tahun 2013 ini.
Ada juga 135 peserta calon penerima beasiswa yang telah dinyatakan lulus
pada seleksi tahun lalu terpaksa harus merelakan bayangan kuliah pasca sarjana
di luar negeri karena bekunya dana beasiswa aceh tahun2013.
Ibarat
sebuah pepatah "gajah berkelahi semut yang mati." Meskipun tidak
terlalu tepat seluruhnya penggambaran pepatah tersebut, tetapi kira-kira itulah
yang terjadi terhadap beasiswa Aceh yang dulu dikelola oleh Lembaga
Peningkatan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Aceh. Alasan pak gubernur ingin
membenahi manajemen pengelolaan beasiswa terlebih dahulu, sehingga beasiswa
Aceh dibekukan untuk sementara waktu, kalau sudah beres baru dicairkan lagi.
Dalam
menempuh pendidikan, biasanya punishment akan diterima oleh mahasiswa yang
tidak mampu memenuhi batas standar minimal capaian studinya. IPK yang rendah,
atau tidak menghadiri perkuliahan secara benar, jarang hadir ke kampus, dll.
Jika ada faktor itu, tentu wajar mahasiswa tersebut diskors atau di DO pihak
kampus. Tetapi pada kasus pembekuan beasiswa Aceh ini penyebabnya adalah
manajemen yang berprilaku tidak profesional. Ada persoalan akuntabilitas,
kebermanfaatan program, sistem informasi lulusan yang tidak rapi, serta banyak
persoalan lain yang dilakukan manajemen tetapi "dosanya" harus ditanggung
oleh para mahasiswa dan calon mahasiswa penerima beasiswa Aceh.
Sangat
paradoks fenomena ini dengan kenyataan yang ada. Betapa Universitas Malahayati
yang berada di Bandar Lampung menawarkan beasiswa kepada siswa-siswi terbaik
Aceh untuk penerimaan mahasiswa tahun 2013. Mereka yang diujung selatan
sumatera saja faham bahwa Aceh butuh bantuan. Karena secara ekonomi memang
belumlah berlaku normal. Setelah sekian lama konflik mendera dan disusul oleh bencana
Gempa dan Tsunami Aceh, pendapatan perkapita masyarakat Aceh belumlah sebaik
tetangganya, Sumatera Utara. Rakyat Aceh yang baru saja terbebas dari konflik
dan telah menyadari pentingnya pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik kini
memang sedang berburu dana-dana beasiswa, baik dalam dan luar negeri, agar bisa
melanjutkan ke perguruan Tinggi. Itulah peluang terbaik bagi mereka agar dapat
meningkatkan kualifikasi akademiknya.
Tawaran
beasiswa juga datang dari Univeristas Abulyatama Banda Aceh. Perguruan yang
seharusnya dibantu, karena dari namanya saja kita tahu kampus ini diperuntukkan
bagi mahasiswa yang telah menjadi yatim, namun malah memberikan beasiswa untuk
calon mahasiswanya. Mengapa justeru "pelayan rakyat", yang dipilih
secara mayoritas pada Pilkada kemarin, membekukan dana beasiswa dengan alasan
manajemen atau pengelolaannya harus diaudit terlebih dahulu.
Benar, memang kita butuh pengelolaan yang baik
dalam kasus beasiswa Aceh, supaya uang rakyat yang disalurkan dalam bentuk
beasiswa ini bisa tepat sasaran, bermanfaat bagi rakyat secara luas. Tetapi
pembenahan sistem pengelolaan janganlah sampai mengorbankan stakeholders beasiswa itu sendiri yang
seluruhnya adalah warga Aceh. Mereka yang telah bersabar bertahan di dalam
prahara griliya konflik politik RI-GAM dengan berbagai konsekuensi hidup di
daerah konflik masa lalu. Mereka juga yang telah memberikan "hati"
nya kepada Pemerintah Aceh saat ini secara mayoritas. Dengan harapan tentunya
ada keberpihakan kepada mereka atas dasar kejujuran dan keikhlasan sesama warga
Aceh. Semoga angin segar kembali berhembus, agar penat persoalan yang muncul
dari kasus pembekuan dana beasiswa Aceh ini bisa berlalu
ingin maju aceh, aktifkan lagi beasiswa aceh pak pemimpin
BalasHapussemoga secepatnya akan diaktifkan lagi, amin...kasian yang udah menggantungkan asa pada beasiswa ini...kecewa hana tu'oh peugah...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMungkin masih ada pikiran bahwa''keu pue ta peubeasiswa, pu na aneuk teuh, nyang na laba jih ngon pengelola sagai'' jika itu benar maka sangat disayangkan. Sedang pemerintah Australia yang bukan saudara se Naggroe saja setiap tahunnya membiayai mahasiswa Aceh secara penuh untuk kuliah di Negerinya. Nyan ban awak nyan, hana meu nasional meu 5 pih. sang-sang cit hantom jeut keu ibnu sabil. Mestinya yang perlu diperhatikan adalah manfaat beasiswa bagi mahasiswa, bukan pengelolanya.
BalasHapusKeberhasilan dari bantuan beasiswa kepada mahasiswa bukan diukurdari terserapnya dana yang telah dialokasikan, melainkan dilihat dari tercapainya bantuan pembiayaan studi itu bagi mahasiswa yang betul-betul memerlukan.
ada perbedaan worldview antara penguasa dengan rakyatnya. semestinya bukan dibekukan tapi harus ditambah, kalau perlu yang ber KTP Aceh gratis kuliah di Aceh, disubsidi bagi yang berpretasi, dan yang kuliah di universitas bergengsi dalam dan luar negeri, terutama untuk jurusan yang dibutuhkan bagi pembangunan aceh...butuh waktu debating yang intens untuk menghasilkan rekomendasi bersama..nyan ban, hek ta preh..hana ca-i...bek ta pake pribahasa kuah beuleumak U bek beukah..hahaha
Hapus