Jakarta sempat menghangat saat wacana pemindahan Pusat Pemerintahan atau Ibu Kota dari Jakarta. Pro kontra terjadi dan gesekan diberbagai media pun terjadi antara 2 kelompok ini. Santer sudah pro kotra, namun ibu kota dan pusat pemerintahan masih tetap di tempatnya semula.
Lain halnya yang terjadi di tempat tinggal saya, Kabupaten Aceh Timur. Terjadi resah pada banyak pribadi setelah membaca media lokal kebanggaan rakyat aceh “serambi indonesia.” Pada edisi 2 Februari 2013 terdapat berita wacana Bupati Aceh Timur untuk memindahkan SMA Negeri Unggul Aceh Timur ke lokasi baru. Lokasi lama Sekolah ini dahulu dekat dengan ibukota Kota, Langsa. Setelah pemekaran langsa berdiri menjadi daerah otonomi baru.
Generasi Kedua SMA Negeri Unggul Aceh Timur |
Lokasi baru yang akan dijadikan kampus SMA Negeri Unggul Aceh Timur berada di Kecamatan Peureulak. Daerah ini memang ditetapkan sebagai kota pendidikan Aceh Timur. Sangat beralasan dan tepat bagi Pemkab Aceh Timur untuk mengisi daerah Peureulak ini dengan pelayanan publik bidang pendidikan yang unggul atau berkualitas tinggi.
Seperti halnya wacana pemindahan ibu kota atau pusat pemerintahan RI dari Jakarta, keinginan pak bupati Aceh Timur pun mendapatkan pro kontra yang begitu beragam. Bagi masyarakat peureulak (biasa kami menyebutnya kota peureulak) apa yang diwacanakan bupati disambut dengan gembira. Betapa tidak, masyarakat memang sudah lama mendambakan pendidikan berkualitas yang unggul, berbiaya murah karena akan disubsidi oleh Pemkab Aceh Timur, dengan sistem sekolah yang berasrama, akan membuat para orang tua merasa lebih aman menempatkan anak-anak mereka di sana. Masyarakat peureulak yang juga sebagai pendukung utama pasangan bupati dan wakil bupati pada pilkada lalu, pastinya akan setia mengawal kehendak pak Bupati ini agar terwujud, paling telat SMA Negeri Unggul Aceh Timur harus pindah pada tahun ajaran baru 2013/2014 dari lokasi lama di Birem Bayeun ke Desa Dama Tutong Kecamatan Peureulak.
Anggota Dwan Guru SMA Negeri Unggul Aceh Timur, Formasi I |
Lalu bagaimana dengan Komunitas SMA Negeri Unggul Aceh Timur menanggapi wacana pemindahan ini? Para guru dan tenaga administrasi sekolah umumnya berdomisili di Kota Langsa, akan merasa tidak nyaman dengan wacana ini. Pindahnya sekolah ke lokasi yang baru akan menambah jarak tempuh dari rumah mereka ke lokasi sekolah yang baru. Jika di lokasi sekarang, menggunakan sepeda motor, dapat ditempuh dengan waktu 10 s.d 15 menit dalam cuaca normal. Sedangkan apabila sudah pindah ke lokasi baru, maka waktu tempuhnya menjadi 40 s.d 45 menit menggunakan sepeda motor dengan kecepatan sedang.
Para alumni juga kabarnya tidak menyetujui wacana ini, hal ini disebabkan mereka terlanjur telah “terlahir” di lokasi yang lama. Pemindahan sekolah ke lokasi baru akan diartikan sebagai pencabutan identitas keunggulan yang mereka terima di Birem Bayeun. Sebagian menungkapkan sedih dengan rencana pemindahan, apalagi nostalgia yang kental saat awal-awal berpayah-payah membangun SMA Negeri Unggul dimana pada masa awal tersebut sangat minim fasilitas. Misalnya, ketiadaan genset, sehingga saat mati lampu malam hari, kondisi sekolah mirip hutan sawit, gelap gulita. sekolah yang tidak memiliki pagar utuh, tidak punya akses jalan, untuk masuk ke sekolah terpaksa harus lewat jalan kampung (jalan desa). Baru sekitar awal 2010 dibuat jalan masuk ke sekolah ini.
Memang, identitas menjadi sebuah kebanggaan bagi yang mencintainya. Betapa identitas sebagai alumni SMA Negeri Unggul Aceh Timur di lokasi yang sekarang telah menempatkan para alumni sebagai lulusan sekolah berkualitas dengan sejumlah prestasi di tingkat Kabupaten, Provinis, Nasional, bahkan di level internasional. Kebahagiaan bersama yang dulu pernah dirasakan oleh alumni dan tidak ingin terganggu dengan adanya pemindahan sekolah merupakan hal lumrah yang juga harus kita hargai sebagai bentuk kecintaan pada almamater.
Sanggar Tari Unggul "Siswa Generasi III" |
SMA Negeri Unggul yang telah berbenah, dari ketiadaan fasilitas, lantai dari semen kasar tak berkeramik, berdebut, sering diterjang banjir, kesurupan, dan hal-hal tidak enak lain telah berhasil dilalui. Lalu, haruskah setelah semuanya menjadi bagus seperti saat ini sekolah malah dipindah ke lokasi yang juga mirip dengan sekolah ini tempo dulu, tak berpagar, minim sarana prasarana, juga jauh dari lokasi rumah para guru.
Sebagai salah seorang mantan guru di SMA Negeri Unggul Aceh Timur, kondisi saya justeru berbeda dengan sebagian besar teman-teman guru. Pemindahan sekolah ke lokasi baru malah membuat saya menjadi semakin dekat dengan sekolah. Kalau saat mengajar dulu saya menghabiskan waktu 45 menit dengan sepeda motor menuju sekolah, tapi ke lokasi baru saya hanya butuh 3 atau 5 menit saja. Saat teman-teman bertanya apakah saya mendukung sekolah pindah atau tidak? membuat saya berpikir panjang. Ada hikmah apa dengan ide pak Bupati memindahkan sekolah ini ke Kota Peureulak. Tetapi teman-teman juga tidak salah menolak pindah, karena telah mencintai sekolah ini dengan status yang sekarang.
Dwi Candra Pranata Peraih Medali Emas OPSI Nasional 2010 Raudhatul Fitiri Zuhra Juara 1 OSN "Astronomi" |
Semoga, pengambil kebijakan, dinas pendidikan dan Pemkab Aceh Timur, dapat mengambil keputusan yang win-win, agar kalaupun terjadi pindah akan mendatangkan kemaslahatan untuk semua, khusunya warga aceh timur. Kalaupun tidak jadi pindah, diharapkan gedung Magnet School yang akan dijadikan “kampus baru SMA Negeri Unggul Aceh Timur tetap dapat dimanfaatkan menjadi pusat pendidikan dengan nama atau status yang lain. Setelah pro kontra ini berakhir, semoga tidak ada keresahan lagi. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar