Rabu, 25 November 2015

HARI GURU UNTUK SEMUA GURU


Peringatan Hari Guru secara nasional telah usai. Peringatan meriah yang ditujukan sebagai penghargaan kerja profesi guru dibungkus dalam kemasan "Simposium Guru". Kegiatan ini mengangkat Tema "Guru Mulia Karena Karya". Meriah, karena kegiatan ini dihadiri 10 ribuan orang guru dari seluruh Indonesia.

Simposium yang berlangsung di Istora Senayan ini mendapat sambutan hangat para guru. Pada kegiatan hari pertama, 23 Nopember 2015, berlangsung presentasi finalis Karya Tulis Ilmiah dan dilanjutkan dengna pameran karya guru. Hal ini menjadikan ajang simposium punya gengsi tertinggi karena semua peserta mendapat suguhan presentasi karya-karya terbaik guru dalam pelaksanaan tugas di Tahun 2015. Siapa yang tidak akan puas, sebab beberapa guru yang saya kenal punya kemampuan terbaik dalam hal tulis menulis, ikut mempresentasikan karyanya.

Saya sendiri tidak datang untuk mempresentasikan karya dalam bentuk tulisan, tetapi menghadirkan karya dalam bentuk pengabdian. Kali ini saya mendedikasikan kehadiran saya untuk seluruh guru Anggota Ikatan Guru Indoensia yang telah ikut menghadiri simposium. Kehadiran yang tentu saja difasilitasi langsung oleh pengurus IGI pusat. Jangan iri ya, karena memang tidak semua punya nasib seperti saya. Hehehehe, terima kasih buat Ketua IGI, Pak Satria Dharma, dan juga Sekjen IGI, sang Kumendan, Mas Ihsan.

Kehadiran dalam simposium ini memfasilitasi saya untuk berdiskusi dengan guru-guru terbaik. Hal ini juga difasilitasi oleh Pengurus IGI pusat melalui pelaksanaan seminar sesaat setelah gempita simposium berakhir. Kegiatan seminar dimulai dengan pemaparan Sekjen IGI, Mohammad Ihsan, tentang arti "Hari Guru".Sebutah Hari Guru Tahun ini tidak diikuti dengan angka keberapa. Mulai Tahun ini, setiap peringatan Hari Guru langsung disebutkan tahun, misalnya "Hari Guru Tahun 2015", jadi tahun depan kita akan memperingati "Hari Guru Tahun 2016". Menurut Mas Ihsan, hal ini menandakan bahwa peringatan hari guru tidak disangkut pautkan dengan Ulang Tahun Organisasi Profesi guru yang manapun. Jadi, kata guru pada peringatan hari guru adalah untuk semua orang yang telah mendedikasikan dirinya sebagai pendidik anak bangsa. Bila hari guru dikaitkan dengan lahirnya organiasi profesi guru, PGRI, maka tahun ini bisa jadi peringatan yang ke-70. Namun kalau hari guru diperingati berdasarkan lahirnya Undang-undang Guru dan Dosen, maka tahun ini hari guru menginjak usia yang ke-10. Lah, kalau hari guru didasarkan pada Lahirnya guru pertama di Indonesia, tentu ini sudah yang kesekain kalinya.

Hari guru secara nasional tahun 2015 ini dilaksanakan tanggal 24 Nopember 2015. Ini berbeda dari tahun sebelumnya dimana pelaksanaan biasa dilakukan setiap tanggal 25 Nopember. Jadi, bila dilakukan pada tanggal 25 Nopember, peringatan hari guru bersamaan dengan peringatan hari Jadi PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Ini adalah organisasi profesi guru pertama dan yang memiliki anggota paling banyak saat ini di Indonesia. Seiring datangnya angin perubahan, era reformasi saat ini telah memberikan ruang bagi para guru untuk membentuk organisasi profesi lain selain PGRI.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal (41), Ayat (1) mengamanatkan bahwa  "Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen." Hal ini mengakhiri masa organiasi tunggal dari profesi guru yang selama ini, yaitu PGRI. Info dari Sekjen IGI, saat ini sudah ada lebih dari 50 lebih organisasi profesi guru di Indonesia. Namun, organisasi profesi guru yang aktif membuka cabang di seluruh Propinsi dan Kabupaten saat ini baru 2 saja, yaitu PGRI dan IGI (katan Guru Indonesia).

Peringatan Hari Guru Tahun 2015 ini telah memulai babak baru dimana semua organisasi profesi guru memiliki kedudukan yang sama dan sejajar. Setiap organisasi profesi guru yang dibentuk dengan visi dan misinya sendiri saat ini telah diakuai dan diakomodir secara proporsional oleh pemerintah. Tentu saja ini menguntungkan para guru. Saat ini, para guru punya banyak pilihan organsiasi profesi mana yang dianggap mampu menyuarakan kepentingan-kepentingan guru itu sendiri.

Keduduan organisasi profesi guru yang sejajar di mata pemerintah ini, hendaknya bisa menjadi pemicu semua organisasi profesi guru untuk mengembangkan kiprahnya bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Tidak ada lagi monopoli kepentingan oleh organisasi profesi guru yang mana saja, tidak ada klaim-klaim paling berhak memperjuangkan kepentingan guru.Seemua sama, semua sejajar, maka kini saatnya organisasi profesi guru menjadi organisasi yang profesional dan melayani kebutuhan anggota-anggotanya sesuai dengan visi dan misi lahirnya organisasi profesi guru.

Simposium guru tahun 2015 ini juga menjadi kali pertama dimana para peserta yang hadir menggunakan atribut yang sama "hitam dan putih". Ini menandakan bahwa seluruh guru yang hadir telah mewakili profesinya sebagai guru dan bukan mewakili organisasi profesi tertentu. Meskipuan, di dalam pelaksanaan simposium itu saya menggunakan atribut IGI, ini hanya untuk memudahkan koordinasi dalam memberikan pelayanan kepada anggota IGI yang akan mengikuti simposium, tak ada maksud lain. Alhamdulillah, seluruh anggota IGI yang hadir terlayani dengan baik di simposium guru 2015 ini.

Akhirnya, mari kita mulai membenahi organisasi profesi guru yang ada hingga benar-benar menjadi organisasi yang profesional dan melayani para guru mencapai kompetensi tertinggi sebagai pengabdi.

Selamat hari guru 2015. Jayalah guru Indoensia

Selasa, 06 Oktober 2015

DOGMIT, CARA JITU MELEJITKAN KOMPETENSI GURU





Memiliki sebuah profesi sebagai guru adalah sebuah kebanggaan, karena kita dipercaya oleh negara untuk mengemban tugas mulia mencerdaskan generasi Indonesia. Menjadi guru yang sejatinya sebuah pilihan pekerjaan tentu harus dilaksanakan dengan penuh persiapan, mulai dari menata diri dalam penampilan, menempuh pendidikan untuk pemenuhan standar kualifikasi akademik, sampai dengan persiapan mental yang cukup. Hal ini disebabkan dalam kesehariannya, guru pasti menjumpai ragam persoalan di sekolah, baik itu persoalan yang ada pada diri siswa, kolega, maupun persoalan pribadi guru seperti menyiapkan bahan-bahan pembelajaran yang akan disajikan di kelas.

Menyiapkan bahan-bahan pelajaran - terangkum dalam RPP - saat ini menjadi hal yang tidaklah serumit guru di masa lalu. Saat ini ada banyak peluang untuk meningkatkan kompetensi guru dalam hal mendesain rencana pembelajaran termasuk di dalamnya membuat bahan-bahan pembelajaran, lebih tepatnya mungkin bahan presentasi pembelajaran. Selain pemerintah yang telah merancang pelatihan-pelatihan tentang hal tersebut, jasa-jasa diklat baik online maupun offline saat ini sudah banyak tersedia. Kuncinya adalah pada pribadi guru, mau atau tidak mengorbankan sedikit waktu, pikiran, tenaga, dan dana untuk meraihnya. Meraih peluang peningkatan kompetensi, khususnya bidang IT.

Guru dengan IT sepertinya telah menjadi "pasangan" serasi di era digital. Dengan kemampuan IT yang cukup, seorang guru dapat menjadi guru yang sukses di dalam maupun luar kelas. Memang, dibutuhkan pelatihan berkelanjutan agar kompetensi guru dalam penguasaan IT tetap kontekstual. Untuk itu, kehadiran Diklat-diklat bidang IT saat ini menjadi kebutuhan primer bagi guru. Malah ada yang bilang "tak menguasai IT saat ini ibarat orang buta huruf di masa lalu".

Persoalan lain muncul. Bukan guru yang tidak mau ikut pendidikan dan pelatihan IT secara konvensonal, tetapi keterbatasan waktu. Mengapa? Karena saat ini guru disibukkan oleh beban mengajar 24 jam. Untuk pemenuhan beban mengajar ini terkadang ada guru yang harus mengajar di 2 bahkan 3 sekolah. Kapan mau ikut diklatnya. Oleh karena itu pilihan pelatihan bidang IT secara online adalah sebuah oase ditengah gurun dunia digital. Salah satu oase itu adalah Diklat Online Guru Melek IT (DOGMIT) yang dikelola oleh pakar IT Indonesia, Pak Suka ni.

Saya sudah memiliki keinginan ikut diklat online ini sejak angkatan pertama. Alhadulillah akhirnya masuk juga nama saya dalam daftar peserta DOGMIT angkatan 25. Mengikuti diklat ini membuat saya memiliki banyak keuntungan, antara lain bertambahnya teman senasib yang ingin memperbaiki kemampuan IT, dan kedua bisa mendapatkan software-software bagus secara gratis. Untuk software-software nya yang luar biasa saya ucapkan terima kasih.

Besar harapan saya, dengan mengikuti DOGMIT angkatan 25 ini terjadi peningkatan kompeensi saya, khususnya dalam pembuatan bahan presentasi. Gak sabar ingin menerapkan hasil DOGMIT ini di dalam kelas.

Sudahkah anda mendaftar sebagai peserta DOGMIT?

Rabu, 12 Agustus 2015

ANAK TKI DI PERBATASAN MALAYSIA



Hari ini ada pertemuan koordinasi Kepala Sekolah dan Tim Teknis penerima dana Bansos Kemendikbud. Ada 13 sekolah yang hadir memenuhi undangan Dirjen PKLK. Peserta berasal dari beberapa daerah 3T Indonesia, ada yang dari Halmahera, Papua, Sulawesi, Bengkulu dan Jambi, Aceh, serta hadir juga utusan dari Pulau Sebatik dan Nunukan. Bertemu dengan insan pendidikan se Indonesia selalu saja menghasilkan kisah baru, ada yang pilu, lucu, tak ketinggalan pula cerita yang bikin syarat ketawa menjadi aktif. Hehehe.

Kisah menggemaskan terlontar dari mulut teman-teman di Sebatik dan Nunukan. Betapa tak asing lagi kita dengar nama dua daerah ini diberbagai televisi nasional, khususnya saat ada pemberitaan deportasi warga Indonesia yang dianggap sebagai TKI ilegal dari Malaysia. Sepenggal kisah dari sang kepala sekolah yang tentu saja membangkitkan rasa kemanusiaan kita sebagai anak bangsa ini. Betapa ini, ternyata ada kesengajaan yang sistematis dari tetangga kita itu agar anak-anak para TKI tidak sekolah. Dengan tidak mengenyam pendidikan di sekolah maka kualitas SDM anak TKI ini menjadi rendah sangat rendah, sehingga bisa dijadikan pekerja murah di kebun-kebun milik orang Malaysia. Terlalu bila memang cerita ini benar.

Fokus membangun perbatasan jangan lagi sebagai jargon para pemain politik. Perbatasan harus benar-benar dijadikan pintu gerbang Bangsa Indonesia. Untuk itu, SDM daerah perbatasan harusnya memiliki kualitas yang minimal setara dengan para tetangga kita. Hal ini penting, sebab WNI di perbatasanlah yang akan menjadi wakil pertama negara dalam menghadapi persaingan Internasional, meskipun dengan tetangga yang mengaku serumpun itu.

Suramnya nasib anak TKI di perbatasan seolah disengaja secara sistematis untuk kepentingan Malaysia. Kebun-kebun milik Malaysia begitu hijau sementara kebun milik orang Indonesia daunnya menguning. Hijaunya kebun malaysia itu hasil kerja TKI yang terjepit hidupnya. tidak ada pilihan lain selain bekerja di kebun dan melibatkan anak dan isterinya sebagai tenaga kerja gratis. Oleh karena itu, teman-teman dari Sebatik dan Nunukan antusias sekali menyambut program Dirjen PKLK Kemendikbud untuk membangun sebuah sekolah berasarama dan disubsidi penuh pemerintah pusat di daerah mereka. Mata rantai pembodohan rakyat Indonesia di perbatasan harus diputus agar tak ada perbudakan bangsa ini dengan mengatasnamakan buruh migran ilegal Indonesia.

Salam buat orang-orang Indonesia di Perbatasan Negeri.

Senin, 29 Juni 2015

RAMPAI IGI ATIM



Banyak yang bilang "tak usah ada kegiatan di sekolah, kita fokuskan saja ibadah bulan ramadhan di rumah". Sepintas tentu saja susah dibantah kalo puasa itu memang lebih aman di rumah. Bagi yang tidak ada kaitan antara dirinya dengan orang lain atau dengan instansi manapun, sah-sah saja berada di rumah sebulan penuh. Tapi bagi para guru, apalagi guru PNS, tidak bisa melepaskan diri begitu saja. Setiap bulan para guru PNS menerima gaji, bukan cuma 12 bulan setahun, tetapi gaji para guru PNS ini sampai 13 kali alias 13 bulan dalam setahun. Tanpa melakukan apapun tapi masih menerima gaji penuh, rasanya tak etis. Untuk alasan itulah pada hari ini 24 orang guru, kepala sekolah dan pengawas bertemu di Sekretariat Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Aceh Timur.

Tujuan kegiatan GRATIS yang dilakukan IGI Aceh Timur kali ini adalah membagi pengalaman menulis kepada guru anggota IGI sehingga dapat menghasilkan sebuah karya publikasi ilmiah berbentuk buku. Buku Rampai tentang Best practice anggota IGI dalam menjalankan aktivitas profesinya sehari-hari. Kegiatan sederhana ini dilaksanakan dalam rangka mengisi tugas profesi dengan kegiatan pengembangan diri. Berlatih menulis tentu tidak mengganggu kekhusyukkan ibadah puasa. Semangatnya justru menjadi berlipat, sebab para anggota tidak perlu memikirkan snack, makan siang, dan merokok yang biasanya selalu menjadi agenda sampingan di setiap kegiatan. Patut dicoba.

Aktivitas pelatihan yang mirip training membuat tulisan ini sudah dimulai sejak pukul 10.00 WIB. Dijadwalkan pukul 09.00 memang, namun baru efektif dimulai sejak pukul 10.00. Dan seperti biasa, kegiatan ini dihadiri oleh seluruh pengurus IGI Aceh Timur ditambah anggota yang berkesempatan. IGI tidak fokus pada kuantitas peserta melainkan pada asfek kualitas karya yang dihasilkan. Maklum ini adalah kegiatan tak berbayar. Biasanya jumlah peserta akan menjadi sangat banyak bila kegiatan melakukan pengutipan biaya pendaftaran. Hehehe, agak unik juga guru Aceh Timur ini ternyata, tidak suka dengan yang gratis.

Satu persatu peserta pelatihan sudah mulai masuk pada tahapan praktik membuat tulisan. Format tulisan dalam bentu cerita bebas ini ternyata berdampak positif pada kelancaran tulisan yang dihasilkan. Tidak berapa lama, para peserta sudah mampu membuat tulisan lebih dari satu paragraf. Hehehe, jangan salah, setiap paragraf yang selesai langsung dihapus. Kata teman-teman "kalimatnya kurang bagus". Bila selalu dihapus, kapan siap tulisannya.

Itulah kejadian serupa yang dialami untuk orang-orang yang baru pertama belajar menulis. Tidak yakin tulisannya baik, jadi langsung diedit atau dihapus mati. Tulisan yang baik butuh proses, bisa panjang. dan jarang sekali yang instan "siap saji". Makin tinggi kualitas yang ingin dihasilkan, akan makin lama proses penyelesainnya. 

Salut dengan semangat anggota IGI di kegiatan ini. Meski pengalaman ini adalah pengalaman pertama bagi mereka, semangat untuk belajar tetap tinggi. Saya berharap mereka bisa konsisten hingga hasil kegiatan ini tercetak dalam bentuk buku. Sebuah buku yang kelak akan menjadi motor bagi peningkatan energi literasi di Aceh Timur.

Selasa, 23 Juni 2015

KOMPENSASI PARA PENULIS



Saat mulai belajar menulis di kegiatan Teaching Writing Camp #2 di Wsma UNJ Jakarta Tahun 2012, tak pernah ada pikiran "apa kompensasi yang bakal saya terima?" Semua dimulai, mengalir, dan terus terjaga konsistensinya sampai sekarang. Menulis itu menjadi aktivitas setengah wajib, artinya sebanyak apapun bahan bacaan yang saya baca, banyaknya pengalaman yang saya alami, kalau belum diikuti dengan sebuah tulisan sebagai pengirignya, terasa belum lengkap. Begitulah betapa berartinya kegiatan menulis itu dalam hari-hari saya. Apalagi saat ini, saya punya jabatan sebagai Ketua Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Aceh Timur, kegiatan menulis menjadi sebuah keharusan. Mengapa? Sebagai Ketua organisasi profesi yang salah satu misinya adalah fokus pada kegiatan Literasi (membaca dan menulis), saya harus bisa memberikan keteladanan. Tidak terlalu baik, namun cukup menjaga semangat para pengurus dan anggota IGI untuk bisa mengikuti jejak ketuanya, minimal teman-teman IGI BERANI menyatakan diri dalam tulisannya.

1. Punya banyak teman dari kalangan penulis
Kegiatan apapaun yang dilakukan, bila kita ingin sukses maka butuh pendukung. Selain dari kalangan internal (keluarga), pendukung lain yang penting dalam menuju keberhasilan adalah adanya kehadiran teman. Kalau kita mau menjadi guru yang "gila" menulis, maka carilah teman sejenis yaitu guru-guru yang aktif pada kegiatan-kegiatan berkaitan dengan menulis. Pencarian teman seperti ini sekarang tidaklah sulit, media sosial seperti Facebook saja mampu menghadirkan sosok-sosok guru penulis hebat yang ada di Indonesia dan dunia. Asalkan anda tidak sombong dan mau mengajak pertemanan, mereka semua pasti mau menerimanya. Penulis umumnya pribadi yang ramah, terbuka dan senang bergaul, apalagi kalau memiliki kesamaan hobi yaitu menulis.

Apa yang kita dapat dari teman "penulis?" Banyak hal. Pertama, kita bisa mempelajari langkah-langkah sang teman sejak awal hingga karier tertinggi yang telah mereka capai. Kita bisa adopsi atau meniru langkah-langkah tersebut sehingga bisa mengikuti -syukur-syukur menyamai- kesuksesan mereka. Keteladanan itu penting, dan kita harus mau belajar dari orang-orang yang telah sukses di dunia yang ingin kita masuki. Dunia menulis yang begitu banyak ragam kesenangan yang bisa kita rengkuh bila mau.
Kedua. Teman-teman penulis ini bisa menjadi mitra dalam berdiskusi. Membuat tulisan memang mudah, tetapi kualitas sebuah tulisan akan lebih baik bila ada masukan-masukan dari para ahli. teman-teman ini bisa memberikan bantuan yang biasanya juga diberikan secara cuma-cuma, murah, dan cepat sekali hasilnya bisa kita peroleh. Saya secara pribadi sudah pernah merasakan itu semua. Bahkan sebuah even berskala nasional pun pernah dibantu oleh teman-teman saya yang sangat baik itu. Tidak bisa saya sebutkan satu per satu namanya di sini, tetapi yang jelas saya tidak mungkin bisa melupakan jasa-jasa mereka semuanya. Semoga Allah SWT memberikan mereka umur panjang, sehat, dan selalu eksis dalam peningkatan kualitas budaya membaca dan menulis di Indonesia.
Ketiga. Teman penulis bisa menjaga motivasi kita untuk tetap mau menulis. Saat teman-teman kita yang merupakan "penulis betulan" mempublikasi tulisannya, maka seketika itu juga kita seperti dingatkan "sudahkah kita menulis hari ini?" Saya selalu termotivasi untuk menjawab tulisan teman saya yang saya baca dengan gembira itu melalu penerbitan sebuah tulisan juga yang saya hasilkan dengan riang. Maka dari itu semoga saya selalu bisa menjadi pribadi yang riang dan gembira bila bertemu dengan tulisan dan bukan sebaliknya.

2. Bisa wisata edukasi gratis
Mengikuti kegiatan yang gratis adalah kesenangan yang menjadi penawar dahaga di tengah-tengah aktivitas harian yang padat. Diundang sebagai peserta (apalagi ke ibukota dan kota besar lain di Indonesia) karena tulisan yang kita buat tentu sangat membanggakan. Tidak semua orang bisa ikut kegiatan yang diundang berdasarkan karya tulis. Contohnya adalah, lomba penulisan PTK, lomba Best Practice, dan lain-lain kegiatan yang didasarkan pada adanya kreatifitas dalam bentuk tulisan.

Bukan hanya di luar daerah, saya juga banyak dapat tawaran dari dalam kabupaten tempat saya bertugas. Undangan menjadi nara sumber, menjadi fasilitator, bahkan undangan diksusi sering saya terima. Anda akan merasakan sensasi luar biasa bila mendapatkan undangan itu. Selain bisa melakukan wisata edukasi, kita juga bisa mengetahui seberapa besar manfaat diri kita untuk orang lain. Kesempatan berbagi pengetahuan ini harus juga dimanfaatkan untuk mengasah ketrampilan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pengembangan ketrampilan menulis.

3. Dapat Duit banyak
Yang ketiga ini mungkin saya belum dapat. Maksudnya belum dapat banyak, kalau sedikit-sedikit sih sudah sering. Hehehe. Dulu pernah ada niat mau menuliss supaya bisa dapat uang banyak. Namun bila ini yang jadi tujuan, kita akan dekat dengan kecewa, sebab tidak selalu tulisan itu dikompensasi dengan uang.yang banyak. Tapi tidak salah juga bila ada yang punya cita-cita jadi orang kaya melalui kegiatan menulis. Silahkan.
Beberapa orang guru penulis yang saya kenal sudah mapan secara ekonomi, memang tidak lagi memasukkan kriteria "mendapatkan uang' untuk aktivitas menulisnya. Ya, mereka justru menulis untuk membuat kita pembacanya jadi kaya, kaya ilmu maupun kaya harta bila mau melaksanakan apa yang kita peroleh dari bahan tulisan mereka. Luar biasa. Saya justru ingin menjadi seperti mereka, berbagi dan membuat orang lain bisa sukses dan bahagia melalui tulisan-tulisan saya.

4. Pribadi aktual dan berkarakter
Penulis bukan orang yang serba tahu, tetapi para penulis selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan tanpa batas. Mereka akan mencari tahu apapun informasi yang akan mereka tuliskan. Data, fakta, informasi, tokoh, apa saja yang berkaitan dengan tulisannya akan dilacak dan tidak akan pernah luput dari imajinasi para penulis. Pikiran para penulis penuh dengan informasi-informasi hidup, selalu ter-update. Itu semua karena kebutuhan, penulis tanpa ada updating ide, pengetahuan, dan tulisan baru, bisa-bisa ditinggalkan para pembaca. Maka dari itu, pribadi para penulis seumpama pribadi yang aktual, dekat dengan hal-hal yang baru. Pribadi seperti ini akan membuat kita (temannya) juga kebagian info-info baru yang sangat bermanfaat.
Dalam memlahirkan tulisannya, para penulis pasti telah memikirkan, menelaah setiap kata dan kalimat yang akan ditulis. Tentu saja  semua tulisan yang terpublikasikan sesuai dengan karakter penulis itu sendiri. Kalau dia orang yang relegius, biasanya tulisannya juga berkarakter relegius. Bila penulisnya seorang humoris, maka banyak karya-karyanya yang bisa bikin orang tertawa saat membacanya. Begitulah.

5. Hidup di hati para pembaca
Saya tidak akan melupakan orang-orang "sakti" yang terus menerus menghujani saya dengan tulisan-tulisannya. Ingat tulisannya akan ingat juga orangnya, begitu juga sebaliknya ingat orangnya akan ingat tulisannya.
Begitu hebatnya para penulis, mereka bisa berada di mana-mana. Maka wajar bila revolusi di sebuah kawasan sering diawali oleh hadirnya tulisan-tulisan yang mendorong orang mau mengikutinya. Dalam kata lain, para penulis itu hidup pada dirinya dan hidup juga di hati para pembacanya.
Bagaimanakah rasanya dirindui para pembaca? Belum ada jawaban. Tetapi suatu saat nanti, sayaj berharap semoga tulisan-tulisan yang saya hasilkan bisa membuat orang mengikuti kebaikan yang ada pada tulisan itu dan juga, bisa mengenang penulisnya...

Teman-teman pembaca yang baik, tentu banyak keuntungan lain dari kegiatan menulis. Menulislah agar anda selalu punya harapan datangnya kompensasi dari kegiatan tersebut, materil dan non materil.

Selamat menulis.

Hotel New Ayuda Cisarua Bogor
22 sd 25 Juni 2015


Nurdin


Minggu, 07 Juni 2015

MEMAKNAI LOMBA GURU, KEPALA, DAN PENGAWAS BERPRESTASI


Kegiatan tahunan ini berlangsung di Asrama Haji Banda Aceh, dimulai sejak tanggal 1 Juni s.d 5 Juni 2015. Ajang tertinggi di Level propinsi untuk memilih siapakah guru dan tenaga kependidikan terbaik yang layak mewakili Propinsi Aceh ke level Nasional. Sebuah ajang yang mempertemukan guru, kepala, dan pengawas sekolah dari 23 Kabupaten / Kota se Aceh. Acara yang semestinya sudah familiar di kalangan pendidik, karena gaungnya memang sudah lama sekali didengungkan, sejak era orde baru hingga sekarang. Inilah satu-satunya kegiatan resmi yang berjenjang, dari level sekolah hingga level nasional untuk memilih guru, kepala, dan pengawas terbaik yang ada di republik ini.

Lomba sederhana ini menilai peserta dalam 4 aspek penilaian, 1) portofolio, 2) ujian tulis (sesuai dimensi kompetensi), 3) presentasi karya tulis ilmiah, dan 4) wawancara. Selain keempat aspek tersebut, ada satu lagi mata penilaian yaitu pengamatan selama kegiatan berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh tim panitia untuk memantau sikap yang ditunjukkan oleh peserta selama kegiatan berlangsung. Jadi, peserta tidak bisa seenaknya meninggalkan jadwal kegiatan yagn telah ditentukan panitia. Harus patuh dan taat, bila melanggar maka hilanglah peluang juara.

Pelaksanaan kegiatan ini di level Kabupaten Aceh Timur sendiri "miskin" peserta. Para pendidik, baik guru, kepala, dan pengawas sekolah sepertinya enggan mengikuti kegiatan dengan hadiah jutaan rupiah ini. Betapa tidak, untuk juara I di aceh timur, sang juara akan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 8.000.000,-, juara II sebesar 1 juta, dan juara ketiga diberikan dana pembinaan sebesar setengah juta rupiah. Kompensasi yang besar untuk seorang guru, tetapi lomba ini di Aceh Timur kian tidak ada penambahan jumlah peserta secara signifikan. Bukanlah lomba namanya, bila peserta yang ikut  hanya satu atau dua orang. Namun, itulah kondisi yang ada dalam pelaksanaan lomba guru prestasi tahun 2015 ini di Kabupaten Aceh Timur.

Hal yang tidak jauh berbeda juga berlaku di lomba sejenis pada level propinsi. Dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Aceh, tidak semua Kabupaten / Kota mengirimkan wakilnya, malah ada daerah yang hanya diwakili oleh satu orang peserta. Ironi. Padahal, hadiah yang ditawarkan untuke kegiatan ini luar biasa, juara 1 akan mendapatkan fasilitas umroh plus mewakili propinsi ke level nasional. Juara 2, mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 10.000.000,-, Juara 3 Rp. 8.000.000, Juara 4 (harapan 1) mendapatkan 6 Juta rupiah, dan terakhir juara ke 5 (harapan 2) mendapatkan uang sebesar empat juta rupiah.


Sebagian pendidik ada yang kurang sependapat dengan kegiatan lomba ini, "masa guru berprestasi ditentukan oleh tebalnya dokumen portofolio, itukan tidak mencerminkan kinerja guru yang sesungguhnya". Begitulah komentar umum yang saya terima. Secara luas tentu banyak komentar lain yagn kurang sependapat dengan kegiatan ini. Bagi saya pribadi,kegiatan ini ada sisi positifnya, pertama, saya bisa bertemu dengan rekan guru,kepala sekolah, dan pengawas sekolah se Aceh. Ini tentu kesempatan yang baik untuk berbagi dan menimba pengalaman mereka. Saya malahan datang ke ajang ini tanpa ada membawa misi untuk menjadi juara, maklum, masa kerja saya masih begitu muda untuk menjadi duta pengawas berprestasi Aceh di level nasional. Oleh karena itu, selama kegiatan ini saya betul-betul menikmatinya meskipun menu makanan tidak bisa dinikmati setiap hari

Kedua, kegiatan ini menjadi ajan uji diri. Seberapa berkualitaskah diri saya ini. Maklum, saat di Kabupaten tidak begitu teruji dengan jelas, karean peserta yang ikut sangat sedikit..

Dari sisi tempat pelaksanaan, tahun ini yang paling tidak ideal. Lomba paling bergengsi ini biasanya diadakan di hotel berbintang, tetapi kali ini dilaksanakan di sebuah asrama, yaitu asrama haji. Pemilihan asrama haji ini mungkin ada hubungan dengan hadiah berangkat umroh bagi juaara pertama...hehehe.

Ada satu hal yang bisa diambi pelajaran dari lomba guru prestasi ini, bahwa tidak ada prestasi instan.Para juara  harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Tetapi persiapan itu bukan TC, persiapan itu hanyalah menuntut para peserta untuk melaksanakan tupoksi dengan sebaik-baiknya. Berprestasilah dalam bekerja, insya Allah anda akan menjadi juara di Lomba ini.


Salam Prestasi

Jumat, 08 Mei 2015

SCIENCE CAMP MENDULANG IDE


Selain unggul di bidang OSN, SMAN 3 Semarang setiap tahun mengirimkan wakil diajang OPSI dan ISOP. Selalu saja ada ide yang berakhir pada penelitian siswa dengan kualitas tinggi. Kabar terakhir sekolah ini menemukan alat deteksi boraks pada makanan menggunakan tusuk gigi. Wow, keren....

Bagaimana mereka menjaga konsistensi? apakah siswa peserta lomba riset ini berasal dari kelas olimpiade, kelas inti atau kelas unggulan? Ternyata tidak. Menurut guru pembimbingnya, Mas Agus, untuk menjadi peneliti tidak melulu siswa yang pintar dari kelas unggulan, siswa dari kelas biasa juga tetap punya potensi tinggi menjadi peneliti dan penulis. Persoalan utamanya adalah pada limpahan ide. Ide-ide yang segar dan otentik adalah kuncinya. Kalau siswa sudah punya ide ini, tinggal bombing sedikit saja langsung jadi risetnya.

Gimana cara dapat ide-ide segar itu?
Jawabannya adalah Science Camp. Siswa yang memiliki hobi meneliti dikelompokkan dalam sebuah kegiatan ekstra kurikuler bidang penelitian. Nah, kelompok ekskul ini lalu diajak berkemah di tempat yang bisa memunculkan ide sesuai dengan topic pada lomba. Perkemahan bisa dilakukan di pantai yang tercemar minyak bumi, ke pegunungan yang baru meletus, kedekat daerah pembuangan sampah, dan lain-lain. Peserta camp diminta untuk menemukan 2 ide yang bisa dijadikan cikal bakal judul penelitiannya nanti.

Ide-ide dari science camp dipertajam lagi saat diskusi di sekolah dengan pembimbing. Kunci akhirnya memang ada di pembimbing. sekolah yang memiliki pembimbing yang ikhlas membina, akan lebih besar peluangnya untuk menghasilkan siswa peneliti. Kebanyakan pembimbing mengejar uang atau bonus materi. Ini berbeda dengan pembimbing OPSI di SMAN 3 Semarang, sering gak ada honornya. Tetapi pak guru pembimbing ini cukup diberi imbalan kebahagiaan saja saat siswa binaannya menjadi juara.

Kita butuh ide, tetapi tetap saja kita jauh lebih  membutuhkan guru pembimbing yang dapat menjaga ide dan mengembangkannya menjadi judul/topic penelitian top. Jadi terserah anda sekarang mau mulai dari mana...

selamat meneliti


Rabu, 06 Mei 2015

PENGALAMAN DARI SEKOLAH MITRA


Ada beberapa yang bisa dipelajari dari sekolah mitra. Sebagian bisa diterapkan di sekolah asal dan tentu saja ada bagian yang belum bisa diterapkan saat implementasi. Berikut beberapa hal yang mungkin bisa kita ambil sebagai program harian di sekolah:

1. Briefing pagi
Sebelum memulai aktivitas PBM, SMA Negeri 3 Semarang melaksanakan briefing pagi. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari 15 menit menjelang bel jam 1 berbunyi. Para guru datang dan langsung masuk ke ruang transit. Ruang ini berisi meja bundar mirp ruang rapat direksi perusahaan perkebunan. Hehehe.
Di ruangan ini, setiap pagi, kepala sekolah memberikan motivasi, informasi terkini serta evaluasi hasil kinerja sekolah hari kemarin. Ada Tanya jawab dan ada juga pemberian hadiah (bila ada). Kegiatan briefing ini memungkinkan informasi apapun dibagikan secara cepat dan akurat, langsung dari sumbernya. Memang ada guru yang terlambat mengikuti kegiatan ini, tetapi jumlahnya makin hari makin berkurang dan jam 1 PBM pun berjalan dengan aman terkendali.

2. Kelas Olimpiade

Setiap tahun sekolah ini langganan jawara OSN, tentus saja di level internasional. Saat kami kunjungan saja, ada 2 siswa yang sedang ikut lomba di Amerika...Hah, Amerika, ke Banda Aceh Aja susah jadi juara.
Rupanya sekolah ini punya kelas olimpiade. siswa di kelas ini berasal dari para juara di SMP. pembinaannya juga luar biasa. para guru pembimbing yang rela tidak dibayar honornya, membina tanpa kenal lelah. Kata mas Agus sang pembimbing "untuk menjadi juara, para peserta harus dibina oleh sang juara juga"... Wow, berarti kita memang harus bermitra dengan para sekolah jawara kalau ingin menjadi juara.

udah dulu yah, nanti sambung lagi...mau ke kantor antar berkas

Selasa, 05 Mei 2015

PROGRAM KEMITRAAN DARI KEMENDIKBUD


Hotel New Ayunda di puncak bogor menjadi tempat workshop tahap 1 program kemitraan kemendikbud. Cuaca sejuk dan lingkungan yang tenang membuat workshop 4 hari ini berjalan dengan lancar. Gak usah khawatir mengalami keletihan, setiap pagi tukang jamu gendong menawarkan obat kuat bagi yang memerlukannya.

Program ini begitu panjang. Desain awal - menurut keterangan Pak Mamat yang punya gawean - kegiatan ini akan berakhir pada workshop 3 di bulan Oktober 2015. Namun karena akan ada rencana penyegaran di struktur organisasi kemendikbud, barangkali kegiatan kemitraan ini berakhir di bulan puasa yaitu pada bulan Juni 2015. Tentu saja menggunakan gaya sprint 100 M gaya bebas. Biar bisa ke udag.

Berkumpul dengan teman-teman dari 34 propinsi memang seru. Banyak cerita dan kisah inspiratif yang disajikan, baik oleh teman sekamar maupun rekan di bangku sebelah saat workshop. 34 propinsi, dimana tiap propinsi diwakili oleh rata-rata 2 sekolah. Tiap sekolah diwakili oleh 3 orang peserta, yaitu TAS, Kepsek dan Pengawas, tentu saja program ini melibatkan begitu banyak insan pendidikan Indonesia. Kawan sekamar saya yang pengawas, bertugas di Gorontolo, sakti mandraguna, saat jadi guru, anak asuhnya selalu mendapatkan medali emas OSN geografi tingkat naisonal. Pengawas aseli Jawa Tengah ini punya aktivitas unik, sekarang sian jadi pengawas dan malam beliau jualan bakso. Hebatnya semua dagangannya diolah sendiri. Sambil refreshing sekaligus nabung buat mudik tiap tahun. Luar biasa Mr. Sulkan.



Empat hari di puncak kami dikirim ke sekolah mitra1 Sekolah mitra yang kami kunjungi adalah SMA Negeri 3 Semarang. Belajar banyak hal tentang pelaksanaan pendidikan di sekolah ini seolah tak ada habisnya. Saya akan ceritakan satu persatu temuan penting yang mungkin bisa diterapkan di lingkungan sekolah para pembaca semua.Sampai jumpa di bagian dua...mau monev UN lagi....

Thanks buat kemendikbud dan timnya...Pak Mamat, Mbak Ana dan Mbak Sri yang lincah

Rabu, 08 April 2015

PERNAH AKAN DITUTUP, SEKARANG JUSTRU BEPRESTASI

Banyak SMA Unggul di Indonesia hanya membuka program / penjurusan IPA saja, tanpa ada program IPS di dalamnya. Hal itu juga hampir dilakukan oleh SMA Negeri Unggul Aceh Timur. Sekolah ini pernah berencana menutup program IPS pada tahun 2010. Sebab akan ditutupnya program IPS adalah kurangnya siswa yang berminat masuk program IPS ini. Selain itu juga ada kekurangan guru rumpun IPS di SMA Negeri Unggul. Dua factor ini ditakutkan akan mengurangi kualitas lulusan IPS dari satu-satunya SMA Unggul di Kabupaten Aceh Timur.

Ketika wacana penutupan IPS di Unggul disampaikan kepada guru, para guru IPS melakukan penolakan. Teman-teman guru rumpun IPS merasa tidak adil bila unggul hanya membuka IPA. "IPS juga memiliki keunggulan yang layak dibuka di sekolah ini", begitu kata salah seorang guru Ekonomi yang merupakan guru senior di unggul. Kepala sekolah, dan saya yang masih menjadi konsultan di sekolah ini pun melakukan pemantauan, boleh dibuka kembali kelas IPS bila jumlah siswa peminatnya lebih dari 20 orang. Yah, 20 orang sebagai syarat minimal sebuah rombel ideal bisa dibuka. Dan ternyata pantastis, hingga saat ini jumlah siswa IPS dan IPA di SMA Negeri Unggul boleh dikatakan berimbang.

Tadi pagi saya dapat SMS dari pak Muhasir, Wakasis di SMA Negeri Unggul, "beh, siswa kita lolos OSN ke tingkat nasional!" Saya sangat girang mengetahui berita ini, dan yang akan mewakilli Aceh ke OSN Tingkat nasional ternyata Bidang Geografi. Ini mapelnya rumpun IPS. Ketika diskusi dengan pak Kepsek berlangsung di depan ruang Tata Usaha, lewat bu Endang, guru ekonomi yang dulu menentang keras penutupan jurusan IPS. Saya menyapa dan mengucapkan "selamat bu Endang, IPS mewakili Aceh ke Yogyakarta", bu Endang pun senyum dan memberikan jawaban sambil sedikit menyindir saya dan pak Kepsek, "Itulah Beh, IPS yang dulu mau pak kepsek dan babeh tutup ternyata bisa berprestasi. Setelah pada 2010 kita meraih medali emas OPSI, sekarang giliran geografi yang akan berangkat." Jawaban bu Endang tentu sangat wajar, setelah wacana penutupan IPS dihembuskan waktu itu, bu Endang bersama rekan guru rumpun IPS "mati-matian" meningkatkan kualitas siswa yang ada di rombel IPS. Luar biasa. Tapi yang jelas, kita tidak menutupnya bu Endang, kita hanya hampir menutup...:D

Prestasi memang harus sesuai dengan bakat dan minat siswa, kita tidak bisa paksakan  seorang anak didik harus masuk IPA atau harus memilih IPS. Dwi Candra Pranata, siswa kelas IPS yang meraih emas OPSI tahun 2010, adalah siswa cerdas yang saya harapkan masuk IPA.Namun, dia malah memilih IPS. Saya agak kecewa waktu itu. Ternyata pilihan Dwi benar, IPS adalah pilihan tepat buat dia sehingga sekarang bisa melanjutkan studi dan makin cemerlang karirnya di UIN Malang. Dan saat ini, Al Fany Nurizki, mewakili Aceh pada bidang Geografi lomba OSN  2015 di Yogyakarta. Alhamdulillah, buah dari pembatalan penutupan Program IPS telah melahirkan berbagai prestasi ditingkat local (kabupaten), regional (propinsi Aceh) dan Nasional.

Prestasi juga tidak bisa dilahirkan tanpa kerja sama. Siswa dan guru pembina harus sama-sama menerima untuk saling berbagi, waktu, ilmu, tenaga, dan material. Kerja sama tim dengan guru-guru lainnya juga mutlak diperlukan bagi pengkondisian terciptanya budaya belajar. SMA Negeri Unggul memang sejak awal didedikasikan untuk itu, melakukan praktek-praktek pembelajaran kreatif, memberikan ruang bagi para siswa untuk berkreasi, dalam rangka pencapaian 8 Standar Nasional Pendidikan Indonesia.

Hari ini, hampir seharian saya di ruangan kantor ini. Ruang yang dulu pernah saya gunakan untuk membantu kepala sekolah mengelola SMA Negeri Unggul, sejak 2008. Semoga, dukungan dair berbagai pihak akan semakin besar lagi sehingga sekolah ini benar-benar menjadi sekolah yang layak untuk dijadikan kebanggaan masyarakat Aceh Timur.

Selamat, semoga sukses
  

Selasa, 31 Maret 2015

SEKOLAH RASKIN



Beberapa waktu lalu saya punya kesempatan mengunjungi sebuah sekolah di Pedalaman Idi. Tidak terlalu jauh, tapi tetap harus menggunakan jasa RBT / ojek bila hendak menuju ke sana. Sebuah sekolah yang jauh dari kata sempurna dari sisi sarana, namun para gurunya punya komitmen untuk tetap kompak. Itulah SMA Negeri 1 Banda Alam yang lebh tenar dengan nama bekennya sebagai SMA Keude Geurubak.

Kunjungan singkat bersama Kasie Kurikulum beberapa waktu lalu telah memberikan saya kesempatan berdiskusi dengan sang Kepsek, Pak Khalidin. Pertanyaan pertama tentu saja tentang bagaimana motivasi beliau bertugas di tempat setengah terpencil ini. Ternyata pak Kahlidin yang sudah lama saya kenal sebagai salah seorang guru terbaik di SMA Negeri 1 Idi belumlah berubah. Dia tetap menunjukkan semangat kerja meskipun tantangannya begitu luar biasa.

Lokasi sekolah ini sedikit aneh. Pada local ujung, yaitu 3 ruang yang dibangun pertama sekali oleh masyarakat, terdapat  pemandangan yang tidak biasa. Dari teras samping bangunan, kita akan melihat betapa sisi sekolah ini berbatasan dengan halaman sekolah yang memiliki kedalaman 8 sampai 10 meter. Bukankah ini sangat membayahakan, bila terjatuh dari teras sekolah ini, siswa bisa celaka 17. Dan bagian yang curam itupun tidak bisa ditimbun, dari mana uangnya menimbun halaman sekolah yang dalamnya sampai 8 meteran begitu. Buat honor guru saja tak cukup uangnya, konon lagi untuk nimbun. Ladala, persoalan sarana ternyata berkaitan erat dan saling ikat mengikat dengan urusan duit alias biaya.

"Kok bisa sekolah ini dibangun diatas lahan dengan kontur yang dahsyat macam ni, pak Khalidin?" Tanya saya serius. Kata pak Khalidin yang masih tergolong kepsek muda ini, "karena Tanah ini yang paling murah pak, andai cukup uang tentu sekolah ini akan dibangun di lokasi yang dekat dengan jalan utama. sekolah ini didirikan atas partisipasi masyarakat, mereka mengumpulkan raskin jatah mereka, lalu dijual dan uangnya digunakan untuk bangun sekolah ini."

Bangun sekolahnya pake RASKIN. Terkejut sekali saya dengar penjelasan ini. Raskin itukan kebutuhan pokok bagi warga miskin, kalau berasnya ditukar dengan gedung sekolah, lalu mereka makan apa? Tentu saja masih makan nasi, memang betul, tetapi darimana mereka dapat nasi tanpa raskin yang telah dijatah tiap bulannya itu. Luar biasa sekali kondisi ini. Untuk membangun sarana pendidikan, sekolah negeri,  yang mestinya menjadi tanggung jawab Negara masyarakat harus merelakan jatah hidupnya. Semoga hasil pengorbanan masyarakat ini akan bisa dimanfaatkan oleh generasi penersunya khususnya generasi muda Keude Geurubak.

Saya tidak bisa berkata banyak seperti biasa, kala masuk ke ruangan guru yang menggunakan ruang pustaka sebagai ruang guru sementara. Tapi saya ada menjanjikan untuk memberikan semacam pelatihan gratis kepada para guru tentang membuat artikel sederhana. Entah kapan ini bisa diwujudkan. Salut terhadap perjuangan para pendidik di pinggiran kota atau daerah setengah terpencil ini, semoga mereka tetap bisa bertugas dengan motivasi yang tak mengendur.

Salam pengawas

Rabu, 25 Maret 2015

IGI ACEH TIMUR #1

 


Teman-teman IGI Aceh Timur, saya ucapkan terima kasih atas dukungan semuanya terhadap keberadaan organisasi ini. Besok, IGI Aceh Timur akan menginjak usia pertamanya yaitu 1 tahun. Usia yang masih sangat muda, apalagi bagi sebuah organisasi yang bergerak secara mandiri berdasarkan kontribusi guru dan pengurusnya.

Banyak ide muncul dari kalangan internal IGI, tentang bagaimana ulatah pertama ini diperingati. Bagi saya pribadi, tidak ada yang lebih penting di hari ultah pertama ini selain pelaksanan cita-cita IGI "sharing and growing together". Oleh karena itulah maka disepakati kegiatan pelatihan guru blogger dan publikasi artikel secara gratis untuk anggota IGI dan guru-guru yang pernah ikut kegiatan IGI. Alhamdulillah, ternyata ada juga partisipasi dari guru yang tidak termasuk 2 kategori tersebut.

Satu tahun adalah usia yang sangat belia, boleh dibilang masih usia bayi. Bayi IGI yang baru tertatih berjalan ini, dihadapkan pada tantangan yang begitu berat, mendesak dan harus terlibat. Kontribusi IGI yang masih balita ini bukan hanya pada kegiatan peningkatan kompetensi guru tapi juga pelibatan dalam penyusunan konsep-konsep peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Aceh Timur. Beruntung IGI pernah melakukan studi literasi ke kota Surabaya. Kegiatan studi ini memberikan banyak pencerahan yang sebagian dari itu tentunya bisa disodorkan kepada pihak terkait untuk memajukan dunia pendidikan di Aceh Timur.

Pelatihan sederhana yang awalnya ditujukan sebagai penghargaan terhadap komitmen para anggota dan pengurus, pada gilirannya berkembang menjadi gerakan peningkatan kompetensi guru dalam hal penguasaan IT dan berlatih menulis. Saya menyaksikan sendiri kegiatan pelatihan ini di salah satu titik pelaksanaan, luar biasa. Para peserta terdiri dari guru-guru SD, SMP, dan jenjang SMA. Kehausan akan ilmu tentu tidak bisa dipenuhi oleh satu paket kegiatan IGI ini. Para guru tentu harus selalu punya motivasi untuk belajar, berbagi, dan tumbuh bersama.

Kemitraan strategis dengan PGRI dan organisasi profesi guru lain yang ada di Aceh Timur pun sudah mulai dirintis. Kerja sama ini akan nyata dilapangan dimana ada pembagian peran antara organsiasi profesi. Namun bentuk kegiatan bersama ini tentu sangat bergantung dari dinamika kebutuhan masing-masing organisasi itu sendiri.

Saya berharap, acara sederhana yang akan digelar pada 26 Maret 2015 di SMP Negeri 1 Pante Bidari bisa menunjukkan jati diri IGI Aceh Timur yang tidak pelit ilmu dan siap mendampingi para guru untuk belajar. Apapun yang IGI bisa pasti akan dibagikan sampai tuntas kepada semua pihak yang membutuhkan, terutama para guru.  IGI Aceh Timur ada untuk guru dan dunia pendidikan  khususnya di Kabupaten Aceh Timur. Banyak pihak yang belum puas memang. Tetapi itu bukan karena kami tidak mau melakukan yang terbaik. IGI butuh waktu untuk terus memajukan pendidikan di daerah ini. Semoga di usia yagn kesatu ini, IGI Aceh Timur akan semakin dicintai dan didukung kegiatannya oleh insan pendidikan di Aceh Timur.

Selamat hari jadi yang ke-1, semoga IGI Aceh Timur makin berarti.

Kamis, 19 Maret 2015

MELANJUTKAN RASA BOSAN


Setiap kita pernah dihinggapi rasa bosan. Kebosanan yang datang tiba-tiba tanpa pernah ada perencanaan atau jadwal datangnya. Bosan yang seirngkali membuat seluruh energy untuk beraktivitas hilang. Kebosanan juga kadang bisa membuat saluran motivasi terhambat, macet. Kebosanan seringkali mampir hanya untuk mengajak kita terus masuk dalam lubang kemalasan, malas untuk melakukan rutinitas yang telah terjadwal atau kadang malah telah terjanji.Semoga setelah membaca postingan ini anda akan melanjutkan rasa bosan itu dengan sesuatu yang bernilai positif.

Saya pernah bosan menjadi pegiat LSM, setiap hari adalah proyek dan kerja. Uang menjadi pada awalnya menjadi target utama, maklum, di perantauan Banda Aceh saya butuh banyak uang, paling tidak uang koin untuk nelpon di telpon umum pinggir jalan. Anda tentu sulit sekali menemukan benda langka itu sekarang di sana. Kebosanan itu datang terutama saat job terus berlanjut, tak ada jeda, kurang istirahat, selalu berkutat dengan data, editan, dan laporan. Saat itu ternyata uang tidak bisa membayar kebosanan. Saya jenuh sekali. Untuk menghilangkan kebosanan itu maka saya pindah kerja, tidak lagi menjadi pegiat LSM, saya memilih menerima SK jadi Guru dengan Status PNS.

Status PNS ini membuat saya kehilangan banyak uang. Penghasilan PNS tidak mampu mengimbangi apa yang saya dapat di LSM. Tetapi, dalam kegiatan baru sebagai guru PNS ini ternyata bisa menghilangkan kebosanan yang saya temui di paragraph pertama. Nah inilah pelajarannya, ternyata rasa bosan itu bisa menghantarkan kita pada pekerjaan baru. Jadi, pelajaran pertama ayng bisa diambil dari rasa bosan adalah "apabila kebosanan itu datang, carilah pekerjaan baru dengan tanangan baru dan aktivitas yang baru". Tapi saya juga belum tahu kalau bosan Jadi Guru PNS selanjutnya mau jadi apa. Karena memang rasa bosan ini tidak butuh perencanaan antisipasi.


Rasa bosan kalau tidak dilanjutkan bisa jadi akan menghadirkan bencana. Betapa banyak rasa bosan membuat orang jadi frustasi. Bukan karena bosan miskin, orang kaya raya dan tenar sekalipuan banyak yang mendatangi kematian dengan terpaksa yang disebabkan rasa bosan. Jadi rasa bosan yang datang itu harus dilanjutkan, harus diteruskan, jangan berhenti pada kata "aku bosan". Sebagai guru saya pernah bosan mengajar selama 7 tahun di sekolah yang pertama. Bosan karena segala rutinitas yang saya lakukan akan berulang setiap tahun, dan itu sudah 7 kali saya ulangi. Maka, ketika sudah datang si bosan itu pada saya, segera saya lanjutkan dengan pindah mengajar ke sekolah kedua. kebetulan sekolah kedua membuka lowongan buat guru-guru yang sudah bosan dan jenuh mengajar di sekolah lama tetapi butuh tantangan baru. Jadilah saya tetap sebagai guru tapi punya rutinitas yang baru. Asyik. Semua berubah jadi menyenangkan kembali.

Di sekolah kedua saya belum bosan, saya masih sangat menikmati pekerjaan saya, namun takdir berkata lain, saya harus segera meninggalkan sekolah kedua ini. Adalah perintah menjadi pengawas sekolah yang memisahkan saya dengan komunitas kecil nan unik di dekat dapur bata itu. Saya harus meninggalkan segala fasilitas gratis dan sumber-sumber penghasilan ekonomi, semua diganti dengan rutinitas baru sebagai penjelajah, pengawas the explorer. hehehe. Meninggalkan dunia yang selalu bertemu keceriaan para siswa dan masuk dalam dunia "penuh masalah" para guru-guru. Tentu kasus ini bisa mendatangkan kebosanan lebih cepat dari normalnya. Ingat, anda bisa cepat bosan bila diberikan sesuatu yang baru namun kita belum mampu melihat banyak sisi positifnya. Oleh karena itu, agar rasa bosa ini tidak datang dengan kecepatan super dalam kehidupan saya, maka sebanyak mungkin saya harus bisa menemukan beragam hal positif dari posisi baru yang diberikan. Syukur Alhamdulillah, sisi-sisi positif itu perlahan Nampak dan kebosanan yang telah menunggu itupun perlahan menjauh.

Anda tentu punya banyak trik sendiri untuk mengatasi kebosanan. Setidaknya ada 2 hal yang bisa dilakukan bila bosan itu datang. Dari pengalaman pribadi ini, saya mengatasi kebosanan dengan 2 hal; pertama, mengganti pekerjaan lama dengan pekerjaan baru yang lebih menantang dan aktivitas yang dilakukan seluruhnya berbeda. kedua, cegah kebosanan yang bisa datang kapan saja, melalui penemuan hal-hal positif dari sebuah rutinitas yang sedang anda lakukan. Semakin banyak sisi positif bisa anda temukan, maka energy positif yang akan anda miliki juga akan semakin banyak pula.

Selamat beraktivitas, semoga bisa melanjutkan rasa bosan dalam hidup anda.

Kamis, 12 Maret 2015

SEKOLAH TERBAIK DI ACEH TIMUR


Sekolah terbaik di Aceh Timur adalah mereka. "Apa indikatornya?" Jawaban terbaru tentu hasil OSN 2015 Tingkat Kabupaten. Sekolah ini berhasil merebut posisi juara untuk 7 mata pelajaran dari 9 mata pelajaran yang dilombakan. Prestasi yang tentu saja sulit untuk dibantah oleh para pesaingnya, minimal di level Kabupaten Aceh Timur.

Sejak diresmikan operasionalnya tahun 2007, SMA Negeri Unggul baru bisa mengikuti kegiatan OSN Tingkat Kabupaten pada tahun 2009. Saat itu saya  masih menjabat sebagai wakil kurikulumnya. Debut pertama di ajang OSN saat itu tanpa target besar, Unggul hanya ditargetkan oleh pak Kepsek, Drs. M. Thaib M. Syah, M.Pd. hanya menjuarai 50% saja. Artinya, bila ada 9 mata pelajaran sains yang dilombakan, unggul minimal juara di 5 mapel. Sejelek-jeleknya mungkin cukup juara di 4 mata pelajaran lah. Namun hasilnya ternyata di luar target, bukan hanya juara di 4 mapel, sekolah ini malah menjadi pengumpul medali terbanyak, meskipun belum juara umum.

 
 
Hampir setiap ada kesempatan saya pastikan mengunjungi sekolah ini, dalam satu bulan saya upayakan minimal 2 kali bisa datang. Waktu kunjungan pagi hari, saya dapati semua siswa dan siswi di sma ini belajar dengan Kurikulum 2013. Sistim kelas berpindah konsisten diterapkan di SMA Negeri unggul aceh timur. Saat kunjungan malam hari, saya mengamati para siswa mengaji. Pengajian antara siswa (putera) dipisahkan dengan pengajian siswi (puteri). Jadi tidak alasan datang  mengaji karena ingin ketemu si dia...hehehe. Nah, hari ini saya kunjungan sore hari. Ternyata kegiatan sore hari ini sangat menyenangkan. Para siswa melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler. Ada pencak silat, karate, bulu tangkis, bola voli, sepak takraw dan basket yang sedang berlangsung dengan penuh ceria. Saya saja bahagia melihatnya.
 
 
Sebetulnya SMA Negeri Unggul Aceh Timur tidak hanya focus pada kegiatan kognitif atau pembelajaran saja. Kegiatan lain seperti bidang olahraga, juga menjadi prioritas dan dilakukan pembinaan yang serius. Bahkan untuk kemajuan bidang olahraga prestasi ini, SMAN Unggul pernah mendatangkan pelatih dari luar. Memang, tujuan kegiatan ektra ini bukan melulu prestasi, kebugaran dan keceriaan para siswa menjadi target yang tidak bisa diabaikan. Para penanggung jawab ekstrakurikuler telah diberikan target-target yang harus dipenuhi. Kabarnya begitu.
 
Di Aceh Timur, jarang sekali ada sekolah punya fasilitas pencak silat, katakanlah matrasnya, yang memadai. Di SMAN Unggu. ini kebetulan ada matras yang akan membuat para pesilat dan atlet karate nyaman berlatih. Jadi, bagi para lulusan SMP yang juga berminat menjadi atlet terkenal, tidak usah ragu masuk ke SMA Negeri Unggul Aceh Timur.
 
 

Fasilitas untuk berolahraga mungkin belumlah sempurna. Namun, dari sisi ketersediaan lapangan, semua olahraga massal yang umum dimainkan di Aceh telah dimiliki oleh sekolah ini. Lapangan basket ini contohnya, meskipun tidak semua siswa memilih bermain basket, tetapi sekolah telah menyediakan lapangan basket yang terletak di bagian tengah sekolah. Asyik lah pokoknya.

Kebersamaan akan terbentuk secara alamiah bila semua kegiatan ekstra kurikuler dijalankan dengan baik. Olahraga bola voli bahkan telah sejak lama dimainkan bersama antara guru, siswa, dan kepala asrrama.

Begitulah sekelumit kisah tentang aktivitas sore hari para siswa di sekolah berasrama ini. Memang masih jauh dari kata sempurna. Tetapi beberapa gambar yang penulis tempelkan di postingan kali ini mungkin bisa memberikan penjelasan umum tentang siapa mereka dan bagaimana mereka belajar seta beraktivitas. Inilah Sekolah Menengah Atas Negeri yang berasrama di Aceh Timur. Sekolah yang diniatkan oleh para pendirinya untuk menjadi laboratorium pendidikan di Aceh Timur masih terus membutuhkan input siswa dan bahkan guru berkualitas.


Hampir lupa, kegiatan baris ber baris juga tetap dilatih. Tim pengibar bendera akan sangat membutuhkan keterampilan berbaris. Oleh karena itu, latihan berbais ini juga menjadi keharusan bagi unggul. Terakhir, selalu ada penggembira. Selesai acara dtutup dengan makan bersama

Selasa, 03 Maret 2015

KREATIFITAS YANG BERLANJUT


Foto ini saya ambil kemarin saat kunjungan Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shalallohu Alaihi Wassalam di SMPN 1 Pante Bidari. Di kelas yagn sama dengan postingan saya beberapa waktu lalu tentang Tindakan Kreatif Wali Kelas. Senang sekali rasanya bisa kembali berada di kelas ini.

Kalau dalam postingan lalu saya tertarik dengan figura photo para siswa, kali ini berbeda, pandangan saya mentok di jendela kelas. Ada yang biasa tetapi unik di sana. Jendela itu dihiasi gorden warna warni. Saya memang tertarik, dan segera mendekati gorden itu. Saya memegangnya, lembut dan masih terasa Wangi, mungkin dicuci dahulu sebelum gorden ini dipasang.

Dari kejauhan saya rasa gorden itu tidak ada unsur kreatifitasnya. Umumnya setiap kelas memang menghiasi jendela dengan kain gorden bila akan ada kegiatan di sekolah. Tapi ketika sang kepala Sekolah, Ibu Hamidah Rokayana, menyampaikan bahwa gorden itu adalah Jilbab tua sumbangan para siswa. "Hah, jilbab tua", saya benar-benar gak menyangka. Ternyata gorden indah mirip mata kapak ganda ini dibuat dari barang yang sudah tidak digunakan lagi. Jilbab tua yang sudah terlalu tipis bila dipakai. Jilbab yang mungkin saja kehilangan makna saat dikenakan dikepala menjadi amat bernilai artistic tinggi saat nangkring di depan jendela kelas. Duhai ibu Yus wali kelas ini, kreatifitas anda ternyata masih berlanjut.

Ide itu memang anugerah, dan setiap orang pastinya diberikan berbagai macam anugerah. Namun, tidak semua ide bisa berubah menjadi kreatifitas. Semua ide bisa menjadi kreatifitas yang bisa dinikmati semua orang adalah saat ide itu telah dijalankan, diterapkan. Ide sederhana sekalipun, bila sudah diterapkan pada alam nyata, bukan hanya cantik di alam pikiran, tentu akan menjadi sesuatu yang sangat berbeda. Betapa berbedanya ketika jilbab usang ini ada ditangan para siswa dibandingkan saat jilbab itu disentuh oleh Ide cemerlang sang wali kelas. Anda bisa buktikan sendiri keindahannya dengan mencobanya di kelas-kelas yang anda pimpin.

Salut buat bu Yus yang terus berlanjut kreatifitasnya. Kita semua tentu menunggu ide-ide apalagi yang menjelma menjadi kreatifitas baru. Memang, ide itu mahal, dan kreatifitas nyata sebagai manifestasi ide-ide alam pikiran kita tentu jauh lebih mahal. Dan memang, bagi orang-orang kreatif, uang bukanlah tujuan yang utama.

salam kreatifitas

Sabtu, 28 Februari 2015

KURIKULUM DIGANTI GURU ATIM PeDe LAGI




Sempat gamang dengan pemberlakuan K-13, kini guru Aceh Timur mulai Percaya Dili lagi. Ya, gamang yang disebabkan penerapan K-13 masih menuai kontroversi. Ada yang mendukung dan juga ada yang menentang pelaksanaan Kurikulum "warisan" rezim pak SBY. Begitulah lumrahnya sesuatu yang baru, pasti diikuti pro-kontra.

Tiada satupun buatan manusia ini yang tanpa celah, walaupun kadang memang ada yang mendekati sempurna. Kurikulum 2013 ini pun bukan tanpa celah, beberapa persoalan penerapannya bisa ditemuakan dengan gambling di Aceh Timur. Pertama, tidak satu pun sekolah di Aceh Timur yang menjadi pilot project penerapan K-13 ini pada tahun 2013. Memang ada sekolah yang dengan inisiatif sendiri menerakan K-13 di sekolah, sekolah itu adalah SMA Negeri Unggul Aceh Timur dan SMKN 1 Peureulak. Kedua sekolah ini dengan berbagai kekurangan yang dimiliki telah berani menerapkan K-13 dan sekaligus menjadi model sekolah pengguna K-13. Sayang, kedua sekolah ini pada awal-awal penerapan K-13 dengan inisiatif sendiri ini kurang mendapat dukungan, baik dari Dinas Pendidikan Aceh Timur maupun dari LPMP Aceh.

Kedua, pilot project K-13 umumnya dilakukan di Kota-kota besar. Hampir semua contoh pembelajaran, dan lain-lain, dilakukan di kota-kota yang umumnya lebih maju baik dalam hal pendidikan kota itu maupun tingkat kualitas sumber daya manusianya. Kecendrungannya adalah semua contoh-contoh pembelajaran yang disuguhkan itu hampir pasti sulit untuk dilakukan di Aceh Timur dan di daerah-daerah lain. Johan Wahyudi, seorang guru penulis, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan salah satu radio di Jakarta "semestinya contoh-contoh dalam K-13, baik dalam pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian, itu dilakukan di daerah, misalnya di Papua, di pedalaman Kalimantan, dan kalau perlu di Aceh". Mengapa Pak Johan tendensius begitu, karena kalau contoh-contoh itu diambil dari Jakarta, sudah pasti daerah akan kesulitan mengikutinya, tapi kalau sebaliknya, semua contoh-contoh dilakukan di Daerah, sudah pasti Jakarta dan Kota-kota besar lainnya akan mampu mengikutinya.

Ketiga, pelathan massal yang menganggu PBM. Sekolah sering mengalami kekurangan guru. Maklum, guru-guru terlalu banyak yang dipanggil ikut pelatihan K-13 dan harus meninggalkan kelas. Selain dipanggil penataran oleh Dinas, LPMP, PPMG, MGMP, ditahmbah lagi setiap guru diwajibkan melakukan pendampingan ke sekolah lain. Bukan hanya sampai di situ, kepala sekolah juga harus meninggalkan sekolah karena dipanggil juga untuk mengikuti penataran atau pelatihan K-13.

Begitulah suasana saat K-13 baru dijalankan sejak 2013 hingga 2014. Tidak ada sekolah yang menjadi pilot project di Aceh Timur, hingga sekarang hanya menyisakan 1 SMA saja yang boleh menerapkan K-13. Pelaksanaan K-13 juga butuh contoh-contoh yang seimbang dengan kondisi daerah-daerah di Indonesia.  Video-video pembelajaran diharapkan dibuat di daerah agar lebih memungkinkan untuk ditiru daerah lain. Dan terakhir, dibutuhkan pola pelatihan yang diharapkan tidak mengganggu proses PBM. Sekolah memang memiliki toleransi bila hanya satu atau dua orang guru tidak ada di sekolah, tetapi bila terlalu banyak guru yang harus meninggalkan sekolah, tentu dapat dipastikan PBM akan terganggu. Dampak dari terganggunya PBM adalah kualitas para lulusan sudah pasti akan menurun.

Harapan besar, semoga dengan penundaan K-13 dan kembali menggunakan K-2006, guru Aceh Timur akan PeDe Lagi. Gak terikat dengan kewajiban penilaian 11 teknik yang bikin mabuk kepayang. Hehehe, RPP juga tinggal diedit dikit aja. Selamat bertugas mas bro semua.

salam Kurikulum

Kamis, 26 Februari 2015

WISATA BENCANA


Dari sekian destinasi yang dikunjungi tim, kami menyempatkan singgah di wisata lumpur lapindo di Kota Sidoarjo. Wisata Duka dengan sajian utama pemandangan lautan lumpur yang masih terus bertambah volumenya. Penambahan volume disebabkan semburan lumpur dari pusat semburan itu belum berhenti. Meski di foto semua Nampak tersenyum, situasinya menjadi berbeda setelah berinteraksi dengan warga korban lumpur lapindo yang belum menerima ganti rugi secara tuntas dari PT. Minarak Lapindo.

Daratan seluas kurang lebih 1.500 Hektar kini telah menjadi gundukan lumpur yang dibatasi oleh tanggul tinggi. Butuh tenaga dan kehati-hatian saat menaiki tanggul ini agar bisa mendapatkan pemandangan lumpur dan kepulan asap berbau khas gas alam. Daerah yang dulu merupakan rumah para penduduk kini telah berganti dengan genangan lumpur. Oh, mengerikan sekali bila membayangkan ada korban yang meninggal karena tidak bisa lari menghindari terjangan lumpur yang keluar dengan cepat dari lubang semburan.

Tukang ojek yang membawa saya berkata, "di sini rumah saya pak Haji", sambil jari tangannya menunjuk ketengah-tengah lumpur. "Di sebelah sini pesantren, dan itu makan pak Yayi" (maksdunya Kiayi). Si tukang ojek antusias sekali bercerita, yah mungkin juga itu cara agar saya yang menyewa jasa ojeknya gak bosen. Karena yang dilihat selama keliling dengan Honda nya si mas cuma ngeliat lumpur. Tukang ojek ini pun menyampaikan sedikit keluh kesah, tentang pekerjaannya yang hilang, keluarga yang harus pindah-pindah kontrakan, ganti rugi yang belum selesai, dan tentu saja masa depan anak-anaknya yang terancam suram karena tak punya tempat tinggal tetap. Betul-betul mengenaskan.

Di Sini, di Aceh, memang pernah ada bencana dahsyat, Tsunami. Tahun 2004 bencana itu datang. Tapi, bencana Tsunami itu telah berakhir. Malah Kota Banda Aceh sekarang sudah kembali memiliki gedung-gedung megah dan penghuni yang juga makin padat. Tsunami di Aceh seolah telah hilang jejaknya. Hal berbeda dengan keadaan di Lapindo. Lumpur yang bercampur gas masih terus keluar dari lubang utama. Volumenya pun tak kunjung berkurang. Ada kemungkinan tanggul penahan ini pun akan dilampaui oleh tingginya volume lumpur yang ada. Ngeri, apa yang akan terjadi bila tumpukan lumpur menjadi 2 kali, atau 3kali, atau bahkan lebih dari 3 kali banyaknya menimbun tanggul.

Di Aceh juga pernah ada  konflik. Namun Alhamdulillah, sekarang sudah berakhir dengan kedamaian. Berbeda dengan kehidupan di sekitar tanggul. Mereka harus berperang dengan lapar, dengan penghasilan yang tak menentu. Hidup bergantung dari uluran tangan orang-orang yang datang berkunjung ke wisata duka ini. Makin hari, para pengunjung yang datang juga makin sedikit, sedangkan kebutuhan hidup mereka justru makin tinggi. Petaka mengintai mereka tanpa ada kejelasan kapan akan berakhir.

Di tengah-tengah genangan lumpur ini, delegasi linterasi IGI Aceh Timur berbagi dengan para korban. Menaiki ojek berkeliling lokasi lumpur. Semoga kunjungan ke tempat penuh cerita duka ini menjadikan para guru memiliki hati yang tulus dan welas asih terhada sesama. Benar-benar menjadi guru professional yang selalu berbagi untuk kebaikan semua insan.

Salam literasi

Rabu, 25 Februari 2015

PERAN LITERASI DI GANG DOLLY


Tempat bersejarah ini ada di sekitara Dolly. Sebuah cerita lama yang tak mudah lekang dalam ingatan warga Surabaya. Saking sudah melekatnya ingatan warga dengan gang Dolly, seorang guide di Surabaya, mas Bowo namanya, pernah bilang ke saya bahwa kalau datang ke Surabaya harus tahu sejarah wali dan juga sejarah Dolly. Hehehe, mas Bowo bisa aja ngeramu jembatan ingatan kita.

Apa yang ada di Dolly sebelum ditutup oleh Pemko Surabaya pada 2014 lalu adalah cerita duka. Duka kemanusiaan yang tak bisa dibayangkan daya penghancurnya. Menghancurkan moral, karena tidak ada lagi rasa malu atau merasa bersalah telah berkolaborasi mencari nafkah dengan cara yang tidak manusiawi. Prostitusi merupakan kegiatan yang dilarang dalam agama Islam dan juga tidak baik dari sisi kesehatan. 

Bukan hanya pekerja sex. Memang ada pekerjaan yang secara umum dapat dikatakan sah, lumrah, dan di luar Dolly pekerjaan tersebut adalah halal. Misalnya, ibu-ibu pencuci seprai dan sarung bantal. Room service, security, tukang bikin kopi, jasa antar jemput, penjual rokok, bisnis karaokean. Dan masih banyak lagi lah kerjaan ikutan yang muncul apabila aktivitas Wisma aktif menjelang maghrib. Tentu saja pekerjaan halal itu menjadi tidak benar-benar halal tatkala sipelaku usaha tahu dan ngerti dia kerja untuk siapa dan dibayar pake uang "hibah" tadi. Saya gak berani dan ngeri membayangkan hal itu. Mendengar cerita ini dari warung kopi di depan gang tadi saja saya sudah geleng-geleng kepala. Tapi gelengnya pelan, jadi gak ada yang tahu.

Saat kebenaran datang, kebathilan pasti hancur. Ternyata tidak semua orang pasarah dengan apa yang terjadi di sekitara Dolly. Seorang sahabat bersama teman-teman di Taman Baca Masyarakat menolak segala bentuk aktivitas prostitusi di Dolly. Pak Karsono lalu berupaya menghimpun segala potensi yag ada untuk mendiirkan TBM di kampong nya itu. TBM yang menjadi Oase penyadaran memutus mata rantai usaha jual beli gairah sexual. Upayanya berhasil. Dolly sekarang sudah ditutup. Bahkan ada anak yang aktif  di TBM itu telah memberikan pesan moral pada ibunya yang seorang PSK, "Ibu, sampai kapan kamu menafkahi kami dengan uang haram?"

Kini TBM itu telah mengambil peran penting memutus mata rantai prostitusi. Bersama orang-orang yang tak ingin mewairisi usaha keluarga bisnis prostitusi, atau pengelolaan wisma sex, mereka telah menyampaikan pesan pentingnya generasi muda dididik dan diajar. Proses belajar melalui gerakan literasi terpadu di TBM Putat Jaya telah benar-benar menginspirasi saya. Ternyata gerakan literasi yagn sederhana itu bisa mendorong hilangnya bisnis haram di Gang Dolly.

Salam literasi

Selasa, 24 Februari 2015

MENIMBA PENGALAMAN KADISDIK KOTA LITERASI SURABAYA



Tiada yang tak mungkin terjadi bila DIA menghendaki. Keyakinan lama yang terus ada saat menghadapi hal tersulit sekalipun. Tiada yang mustahil untuk urusan dunia ini, bila kita mau mengusahakannya semaksimal mungkin. Bukankah segala potensi telah dianugerahkan Tuhan Semesta Alam kepada setiap insan. Keyakinan yang membuat kami dari Organisasi Profesi guru Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Aceh Timur berhasil mengunjungi Kota Surabaya sebagai Ikon Kota Literasi di Republik Indonesia.

Banyak kunjungan yang menjadi target safari literasi IGI Aceh Timur di Surabaya, salah satunya adalah mengunjungi instansi penganggung jawab utama gerakan Literasi di sekolah, Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Dan kunjungan ke Dinas Pendidikan inipun segera menjadi kenyataan. Senin, 16 Februari 2015 kami diterima pihak Dispendik Kota Surabaya. Pertemuan dengan format ramah tamah inipun dimulai sejak pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB. Alhamdulillah, banyak hal yang bisa menjadi pelajaran berharga.

Bu Eko, salah seorang Kepala Bidang, memberikan kata-kata pembuka tentang apa saja peran Dispendik Kota Surabaya. Beliau sendiri tidak panjang lebar, karena pembicaraan selanjutnya disampaikan oleh Dr. Ichsan, Kepala Dispendik. Pak Ichsan datang terlambat karena harus melayani tamu lainnya di ruangan beliau. Dan diskusi pun berlangsung sangat dinamis. Tanya jawab terjadi begitu penuh semangat. Belum lagi semua diskusi ini pun disaksikan Ketua IGI Pusat, Pak Satria Dharma, yang menjadi sponsor utama safari literasi di Kota Surabaya ini. Pelajaran Pertama yang bisa dipetik adalah Profesionalisme Dispendik Surabaya. Segala aktivitas sekolah dapat dipantau secara online oleh pihak Dinas. Mereka punya system informasi yang mumpuni. Kemauan sang Kepala Dinas untuk memberikan pelayanan maksimal bagi kebutuhan stake holdersnya telah menghantarkan Dinas Pendidikan Kota Surabaya selalu tanggap terhadap kebutuhan sekolah. Apapun informasi yang kita inginkan dari sekolah yang ada di Surabaya bisa langsung kita dapatkan dari website Dispendik ini. Luar biasanya lagi, semua system informasi ini bukan dibeli dari penyedia layanan, tapi didesain bersama Unversitas top yang ada di Jawa Timur. Setidaknya ada 13 Perguruan Tinggi yang mendukung program Dispendik.

Ketuda, Dispendik beserta jajarannya selalu memantau kondisi sekolah.Setiap hari minimal ada 2 sekolah yang dikunjungi. Dalam setiap kunjungan, Dinas menerima masukan tentang segala kebutuhan atau persoalan yang ada di sekolah dan bukan sebaliknya. Kunjungan ke sekolah ini menjadi sangat penting, selain memantau kinerja sekolah, kunjungan ini juga bisa memotivasi setiap warga sekolah karena dapat menyampaikan keluhan secara langsung pada kepala Dinas. Ah luar biasa sekali kerja Dinas Pendidikan ini. Dinas pendidikan ya memang bukan hanya urusan administrasi doang, tetapi harus mengelola segala hal yang berhubungan langsung maupun tidak dengan peningkatan mutu pendidikan di setiap sekolah.

Ketiga, hal menarik ketiga adalah tentang penjaringan kepala sekolah. Dispendik mendata seluruh guru yang telah memenuhi syarat menjadi kepala sekolah. Berapapun jumlah guru yang memenuhi syarat itu akan dimasukkan dalam program seleksi penerimaan kepala sekolah. Maka, seluruh guru yang memiliki golongan III.C otomatis menjadi calon peserta. Dari pendataan terakhir, Dispendik mendapatkan 8000 orang lebih yang memenuhi syarat pencalonan. Kepada seluruh calon kepsek itu lalu diminta mengisi data secara online dan dilakukan seleksi tahap pertama. Seleksi tahap pertama ini berupa setudi kasus. Setiap calon diminta untuk menjawab kasus yang diberikan secara online. Dari tahapan ini biasanya akan lulus 800 orang saja dan masuk tahap kedua seleksi. Pada tahap kedua, seluruh calon diminta menyerahkan program kerja bila kelak terpilih menjadi kepala sekolah. Setelah itu, seluruh calon akan diwawancarai untuk memverifikasi apakah jawaban kasus dan program tadi dibuat oleh calon itu sendiri dan bukan hasil desain orang lain. Dalam artian, semua adalah otentik bin aseli.

Itulah paparan singkat 3 buah kinerja Dispendik Kota Surabaya. Tentu masih ada hal lain yang belum penulis sampaikan. Namun, dari 3 hal itu, tentu saja semua sangat mungkin dilakukan di Kota Ku Aceh timur. Persoalannya adalah "apakah para pengambil kebijakan di Kota ini mau mengadopsinya?" Penulis siap memberikan masukan bila para pejabat berkenan merapat. Hehehe

Salam literasi

Selasa, 17 Februari 2015

SEDERHANA TAPI KREATIF


Seperti tidak pernah ada habisnya. Cerita tentang komunitas kreatif yang selalu berbuat. Melakukan sesuatu secara ikhlas, tanpa pamrih dan penuh dengan kesungguhan. Sekolah ini, SMPN 23 Surabaya adalah sekolah di tengah kota. Kotanya pun bukan kota kecil, melainkan kota Surabaya yang hanya beda tipis dengan Kota Jakarta. Bisa kita banyangkanlah, seperti apa umumnya sekolah di kota, lahan yang sempit murid yang banyak, dan guru yang cuek dengan tamu karena sedang sibuk menyelesaikan urusannya masing-masing.

Keadaan berbeda itu kami dapatkan di sini. Banyak hal kreatif yang telah dilakukan warga sekolah, guru, siswa, dan kepala sekolahnya. Contohnya adalah pemilihan sekolah untuk melaksanakan program Eco School. Dengan program ini, sekolah menjadikan tanaman hijau sebagai murid kedua. Para tanaman ini ditanaman dan dirawat dengan baik. Kita tahu, setiap satu helai daun dari pohon yang ditanam membutuhkan air. Nah, di kota itu kan air menjadi kebutuhan yang belum tentu bisa disediakan oleh Kota Pahlawan ini. Maka dari itu, agar pohon ini tetap hidup subur dan cukup air, maka air hujan harus ditangkap dan kesuburan dari serasah daun harus diperangkap. Semua dalam satu tempat yang bernama Biopori.

Kita butuh air, biopori bisa membantu menyimpankan air saat musim hujan untuk kita gunakan kala kemarau datang. Tanah butuh hara agar subur, maka biopori menyediakan hara makanan untuk akar-akar tumbuhan yang ditanam di halaman sekolah. Biopori, sederhana sekali, namun belum semua kita pernah mebuat biopori ini. Ibu Kun, penanggung jawab lingkungan sekolah, menyatakan bahwa di sekolah ini ada 800 lebih biopori yagn dibuat oleh siswa dan guru. Tanah digali dengan alat sederhana. Kedalaman lubang adalah 1 meter dan diameter disesuaikan dengan paralon yang akan digunakan.

Biopori yang ada dalam lubang ini pada musim hujan akan menyerap air dan menyimpannya. Lubang paralon itu juga bisa diisi dengan daun tumbuhan yang gugur ke Tanah. Dua persoalan selesai. Hujan yang dianjijkan Tuhan menjadi berkah, benar-benar bisa diwujudkan. Sampah yang biasanya mengganggu keindahan, kini telah berhasil ditabung. Bahkan produksi sampah yang telah menjadi kompos di sekolah ini bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan sekolah selain dana BOS.

Para siswa juga dilatih unuk berbagi dan menjadi insan yang bermanfaat untuk lingkungannya. Pembuatan biopori di sepanjang jalan raya yang ada di depan sekolah adalah manifestasi adanya karakter positif pada diri siswa. Betapa besar manfaat dari sebuah lubang yagn bernama Biopori ini. Semoga segala penghargaan atas segudang kreatifitas SMPN 23 Surabaya ini bisa memberikan inspirasi bagi kita untuk terus berbuat sesuatu yagn bermanfaat.  Kesadaran akan besarnya manfaat biopori merupakan buah program literasi yang telah dijalankan sekolah ini. Semoga sekolah lain mengikuti jejak mulia warga SMPN 23 Surabaya.

Salam literasi

Senin, 16 Februari 2015

PROGRAM LITERASI, BIKIN SISWA BERPRESTASI


Asrama Haji Surabaya, Gedung A.2 Lantai 2, Kamar Nomor 219. Itulah tempat yang menjadi peristriahatan saat kegiatan belajar Literasi selesai dilakukan seharian ini. Hari ini adalah hari kedua IGI Aceh Timur dan saya berada di Kota Literasi Surabaya. Kegiatan padat hari ini dimulai dari pertemuan di Ruangan Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Pukul 09.00 WIB kegiatan dimulai. Salut, tepat waktu. Meskipun pak Kadis, Dr. Ichsan terlambat 15 menit, tidak mengganggu jalannya pertemuan. Bu Eko sebagai Kabid Dikdas mewakili presentasi pak Kadis. Beliau terlambat karena sedang menerima tamu. Orang penting, selalu dibutuhkan orang lain. Secara detil, kegiatan di Dispendik Kota Surabaya dapat dibaca di sini.

Lepas dari Dispendik Kota Surabaya, perjalanan berlanjut di Balai Pemuda. Di gedung ini terdapat Perpustakaan Kota Surabaya yang tak kalah fenomenal dibandingkan dengan keberadaan Dinas Pendidikannya. Begitu banyak actor hebat, hehehe wajar kalau Kota ini berani, gak malu-malu, dengan terang-terangan menyatakan sebagai kota Literasi. Kota yang memang siap menjadi rujukan bagi siapa saja yang ingin belajar lebih dalam tentang literasi. Adalah Bu Arini Pakistianingsih yang memberikan presentasi kegiatan literasi kota Surabaya. Perpustakaan menjadi ujung tombang dalam pemberian pendampingan program literasi sekolah maupun TBM (Taman Bacaan Masyarakat). TBM yang ada di Kota inipun luar biasa, sudah 1000 lebih TBM berhasil dibentuk. Bukan hanya dibentuk, TBM ini aktif dalam mendorong peningkatan budaya baca di Kota Surabaya.

Pertemuan di perpus dipersingkat. Hal ini berhubungan dengan jadwal di sekolah. Khawatir para siswa udah pulang, bisa gak kecapai maksud. Segera meluncur ke SMAN 5 Surabaya. Sekolah hebat. Orang-orang besar banyak yang jadi alumni di sekolah ini. Ada Bung Karno, Tri Risma (Walikota Surabaya), Rudi Hartono, dan sederet nama tenar lainnya. "Gila!" gumam saya dalam hati. Sekolah ini ternyata bukan sekolah sembarangan.Gedung tuanya tidak boleh dirombak karena merupakan sekolah dengan status cagar budaya. Dibuat pada zaman belanda, tahun 1925. Pantas saja suasana pujangga lama terasa kuat di sekolah ini.

Romongan diterima langsung oleh Ibu Sri Widianti. Kepala sekolah perempuan yang punya prestaasi segudang. Tak diragukan lagi bahwa beliau terpilih karena prestasi.Beda dengan di kampong sebelah. Kata Pak Satria Dharma (ketua Komite Sekolah), seleksi kepala sekolah di Surabaya ini melebihi seleksi calon pimpinan KPK. Hehehe, bisa aja pak Ketua IGI ini berkelakar.

Segudang prestasi yang dicapai di sekolah ini, ternyata tidak lepas dari masukan sang ketua komite. Mereka melaksanakan program literasi dengan sangat baik. Program literasi di sekolah ini dipimpin oleh seorang Koordinator literasi. Wah, jabatan yang gak ada konversi jam tatap muka. Mau gak yah sekolah di Aceh Timur menduduki jabatan tanpa konversi jam mengajar. ini. Hehehe.

Orang besar selalu saja punya banyak pengalaman. Setelah memberikan makan siang kepada delegasi tim SMA IGI Aceh Timur, kami pun pamit. Di ruang kesenian, Ibu Kepsek yang sedang puasa ini memberikan pesan pada saya. Terima kasih Ibu, saya akan ingat pesan itu. Bahwa jabatan yang mestinya saya terima adalah jabatan yang bisa mengambil keputusan. Hehehe....

Yang tidak habis pikir, program literasi membaca di SMAN 5 Surabaya ini sampai dapat menghitung berapa kecepatan membaca siswa selama 3 tahun mengikuti program ini. Luar biasa. Kecepatan membaca ini ternyata punya kolerasi terhadap prestasi siswa. 100% siswa lulusan sekolah ini diterima di perguruan tinggi negeri dalam dan luar negeri.

Salam literasi

Kamis, 12 Februari 2015

JUJUR DALAM MENULIS


Jujur dalam menulis begitu berkesan dalam ingatan saya. "Pagi buta", setelah shalat subuh saya menemukan kalimat itu. Bukan kalimat istimewa dengan susunan kalimat bertatabahasa rumit, melainkan kalimat sederhana yang biasa kita dengar sehari-hari. Kalimat yang ditulis ringan, mengalir begitu saja dalam sebuah komentar seorang "tokoh pendidikan" SMKN Taman Fajar. Begitulah alkisah judul postingan kali ini saya comot.

Dalam salah satu status FB saya, Pak Fitriadi, S.Pd. M.Pd. (M.Pd. nya sedang digodok), mengomentarinya begini, "Ternyata saat kita betul-betul konsen menulis, 2 halaman siap 2 hari, tapi semua hasil pemikiran sendiri rasanya puas...tapi 10 halaman siap dalam 1 jam, hasil plagiat, rasanya hambar begitu. Mari jujur dalam menulis". Begitulah komen lengkap calon tokoh pendidikan Aceh Timur ini. Hehehe

Ada beberapa makna yang bisa kita tangkap dari kalimat itu, "mari jujur dalam menulis". Bagi saya, makna pertamanya itu berhubungan dengan pentingnya setiap guru punya sifat jujur. Kejujuran yang juga menjadi bagian penilaian, masuk kateogir B dalam SKP yakni "prilaku kerja" pegawai. Kejujuran atau integritas menjadi perhatian pemerintah. Sifat jujur yang dulu pernah membuat Islam menguasai dunia selama 800 tahun lebih adalah modal utama. Tidak bisa tidak, kalau kita mau sukses maka kita harus punya kejujuran, memiliki integritas yang tinggi. Membaca komentar itu "jujur dalam menulis" mengundang Tanya kedalam diri saya sendiri "sudahkah saya jujur pada diri saya sendiri?" Ataukah selama ini kejujuran itu hanya bagus secara tertulis dalam bertumpuk-tumpuk dokumen yang telah ada, dan bahkan akan semakin tinggi dan banyak tumpukan itu di masa datang. Pertanyaan ini tentu hanya bisa dijawab secara benar oleh orang yang jujur. Jujur itu adalah KITA.

Makna kedua agak berbau teori. Ada juga yang bilang dengan istilah kerennya "normative". Jujur dalam menulis mengandung makna "Tulislah apa yang kita lakukan, dan bukan menuliskan apa yang orang lain lakukan seolah menjadi kelakuan kita". Itu namanya nipu. Itu sama dengan bohong. Bohong itu tidak jujur. Sekali tidak jujur, maka kita akan masuk dalam perangkap kebohongan seumur-umur. Tobatnya susah. Orang yang punya sifat bohong akan susah tobat. Kalau orang ahli silat lidah atau ahli bohong bilang gini, "Tobat Aku gak akan aku berbohong lagi". Kata-kata tobatnya itu masih ada kadar bohongnya. Kata para senior, kalau orang sudah sering bohong, maka akan menganggap bohong itu jadi baik. Bahayanya lagi bila pada level akut dan menganggap kebohongan itu sebagai sebuah kejujuran. Ini bahaya.

Makna yang ketiganya apa ya! oh ia, makna yang ketiganya dari "jujur dalam menulis" adalah bila anda tidak bisa atau belum mampu menulis, maka jujurlah pada diri sendiri. Bilangin aja "saya belum mampu bikin PTK, belum bisa nulis artikel", dan lain-lain. Karena dengan jujur kita bilang belum mampu, maka kita harus belajar, biar mampu, biar pinter. Karena ada keinginan untuk belajar, maka kita cari teman, memilih kawan, yang bisa diajak untuk belajar membuat tulisan atau bikin Penelitian Tindakan Kelas. Terutama yang bisa gratis. Nah itu. Dari sifat jujur dengan makna yang ketiga ini justru akan terjadi penghematan jutaan rupiah. Beneran nih!!!

Semoga kejujuran yang dimulai dari menulis akan membuat kita jujur dalam berkata, jujur dalam berbuat, dan jujur pula dalam tindakan.

Ada yang mau nambahin lagi, silahkan tulis di komentar. Ingat, berkomentarlah dengan jujur.

Salam kejujuran.

Rabu, 11 Februari 2015

GURU PEMBELAJAR



Judul entri kali ini adalah tentang realitas guru di kampong Aceh Timur. Para Siswa/siswi SMA punya ajang bergengsi berupa OSN SMA.Tiap tahun even ini menjadi sangat prestisius. Inilah even dengan mengusung level "kepintaran". Siapa yang jadi juara, maka sekolah tersebut akan disegani baik oleh lawan maupun kawan. Betapa tidak, OSN mengadu kecepatan, ketepatan, dan kesiapan siswa dalam menjawab soal-soal yang susahnya sangat luar biasa (itu kata saya, anda bisa bilang dua kali sangat luar biasa susah).

Hari ini, 11 Februari 2015 kembali ajang OSN ini digelar. Kali ini bertempat di SMAN 1 Ransel (Rantau Seulamat). Meriah sih acara pembukaannya. Tapi ada beberapa kekeliruan. Pertama protocol salah menyebutkan acara, mestinya menyanyinkan lagu Indonesia Raya, tapi dibacakan Laporan dari panitia (Kabid Dikmen). Lalu saat sambutan Pembukaan Kadisdik, kali ini diwakili oleh Sekretaris Disdik Atim. Setelah panjang lebar berpidato, pak Sekretaris lupa menyebutkan kata-kata "Dengan ini acara OSN SMA 2015 dengan resmi saya nyatakan dibuka". Mungkin kegiatan OSN inilah yang saya tahu tidak dibuka pelaksanaannnya secara resmi tapi acara tetap jalan dan selesai.

Ada 400 lebih siswa yang ikut, dari seluruh SMA di Aceh Timur. Oh sorry, ada satu SMA yang tidak ikut, yaitu SMAS Bungongn Jeumpa. Tahu gak kenapa sekolah yang terletak dekat Koramil Idi ini tidak ikut? Ternyata, sekolah ini telah ditutup oleh Dinas Pendidikan. Penyebabnya adalah karena tidak dapat memenuhi 8 standard nasional pendidikan. Hehehe, kasian amat nasib mu Bungong. Para siswa yang datang selain membawa ilmu juga harus siap fisik. Upacara pembukaannya aja harus dijemur begitu, lumayanlah 1 jam kurang sedikit.

Sering sudah saya menjadi pengawas ruang OSN ini. Sejak jadi pengawas, sudah lebih dari 5 kali saya melakoni tugas "mata-mata" ini. Semangat rasanya melihat para siswa pintar dikumpulin jadi satu begini. Rapi-rapi, cerdas-cerdas, dan semangatnya itu, bikin guru dari sekolah lain pada iri. Para siswa peserta OSN ini pasti sudah diseleksi di sekolahnya. Rangkaian seleksi yang tentunya panjang, berjenjang dan sangat kompetitif. Di sekolah tertentu malah ada siswa yang harus menangis karena gagal, kalah bersaing dengan temannya untuk ikut di lomba tahunan ini. Begitulah, kadang sangat dramatis sekali.

Lalu apa pelajaran yang para guru bisa ambil dari kegiatan ini? Pertama, semua guru hendaknya memiliki target yang akan dicapai. Target yang tidak biasa. Kalau para siswa juara kelas ini berani memasang target jjadi juara di OSN tingkat kabupaten ini, mestinya para guru juga punya target semacam itu. Supaya tetap hidup.semangat belajarnya. Yang terjadi berbeda sangat, untuk peserta guru berprestasi yang dilaksanakan setiap tahun, biasanya payah guru yang mau diutus mewakili sekolahnya sebagai peserta. Alasan penolakan biasanya karena para guru belum punya Karya Tulis Ilmiah. Hehehe, kalau karya yang lain mungkin ada, banyak!

Kedua. para siswa yang datang ini optimis semua. Mereka yakin bisa jadi juara, baik juara I, Juara II, Juara III, dan juara Harapan. Juara harapan ini maksudnya selalu berharap bisa jadi juara. Intinya para siswa punya niat untuk selalu melakukan yang terbaik dan menjadi siswa yang terbaik pula, di sekolah, di kabupaten, malah kalau ada rezeki bisa jadi yang terbaik se Indonesia. Beda hal dengan para guru pembimbingnya, hehehe, "jadi guru biasa ajalah, kalau terlalu aktif atau banyak ide, nanti akan dikasih banyak tugas tambahan", begitu sebagian besar bisikan otak kecil para guru. Maka banyaklah para guru yang cukup ngajar aja, atau tugas-tugas pokok saja. Biar gak keluar dari zona aman.



Ketiga, para siswa kita selalu siap bila telah dipilih. Siap untuk berkorban waktu, belajar demi OSN ini. Siswa terpilih jadi peserta OSN pasti memikul beban yang lebih dibandingkan teman-temannya. Para siswa terpilih ini bekerja lebih, karena kerja lebih mereka dalam belajar maka mereka juga punya ilmu lebih, punya pengalaman lebih, punya teman lebih, dan juga dapat kasih sayang lebih dari guru pembimbing.Andai, para gur di sekolah ku semua mau berbuat lebih, secara terus menerus, pastilah kasih sayang para kepsek akan diberikan juga lebih besar lagi. Tambah insentif bukan hal yang mustahil. Tapi ada syaratnya, kepala sekolah juga jangan mau ketinggalan untuk melakukan yang terbaik juga. Kalau enggak, malu lah sama siswanya.

Guru harus terus belajar selama masih mau mengemban tugas mengajar. Guru pembelajar menjadi syarat penting seorang guru masuk dalam system. Sistem pendidikan yang bertugas memfasilitasi para siswa menjadi dirinya sendiri. Dengan segala kekhasan pada setiap individu siswa, sudah selayaknya guru berani untuk tetap belajar sepanjang hayat. jadilah guru pembelajar, kelak kita bisa menghasilkan siswa yang Juara.

salam OSN 2015